Dilema Partai Politik, Antara Ideologi atau Kepentingan Politik Praktis

Berbicara tentang kehadiran partai politik dalam negara Indonesia yang memiliki sistem demokrasi, tentu jelas terbuka saat pasca orde baru atau memasuki era reformasi, dimana reformasi membuka keran kebebasan salah satunya berserikat, kebebasan membentuk partai politik. Jika diamati sekarang, berbagai partai politik telah menunjukkan perkembangan yang sangat signifikan, baik secara kuantitatif maupun kualitas. 

Disisi lain dinamika dan persoalan kontemporer juga bermunculan dengan beragam sehingga membentuk kehidupan perpolitikan di Indonesia saat ini bergerak semakin hari semakin dinamis, namun menyisakan praduga kehilangan oreantasinya.

Salah satunya yakni integrasi antara nilai ideologi partai dan kepentingan politik praktis yang terlihat bersebrangan, dimana nilai ideologi partai politik bersifat himpunan ide dan prinsip sebagai pedoman berjalanya perjuangan suatu partai politik tertentu. Perihal ini secara eksplisit sejalan dengan definisi partai politik menurut Prof. Meriam Budiarjo yaitu. 

Partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir, anggota-anggotanya memiliki orientasi nilai-nilai yang sama untuk memperoleh kekuasaan dan merebut kedudukan politik agar dapat melaksanakan programnya karena kekuasaan dan kedudukan politik diperoleh secara konstitusional untuk mempengaruhi dan melaksanakan kebijakan publik.

Dari uraian diatas dapat diasumsikan bahwa dilema yang dihadapi saat ini adalah antara perjuangan orientasi nilai-nilai yang sama (ideologi) dan kekuasaan dan kedudukan politik yang diperjuangkan lewat politik praktis. Alih-alih mempertahankan nilai ideologi partai sebagai identitas utama partai yang harus dihayati dan sebagai bentuk menjaga nilai historis yang diwarisi oleh para pendiri masing-masing partai. Namun di satu sisi, kepentingan politik praktis menjadi kebutuhan yang mengharuskan untuk dipenuhi demi keberlangsungan eksistensi partai politik dalam konstalasi politik nasional.

Dari benturan kebutuhan tersebutlah yang acapkali menjadikan berbagai partai politik justru kehilangan identitas, sebab petugas partai lebih cenderung mengedepankan kepentingan politik praktis ketimbang menjaga nilai ideologi yang kemudian nilai ideologi partai menjadi terabaikan dan terkesan hanya sebagai pelengkap administrasi saja. Padahal tanpa disadari kenyataan ini pastinya menghasilkan dampak fundamental bagi internal partai tersebut.

Kebutuhan partai politik untuk dapat mewadahi semua pemilih (suara) yang menjadikan tujuan partai yang lahir dari dasar nilai ideologi partai tidak menjadi acuan dalam kehidupan kepartaian. Tentu saja dinamika ini landasi banyak faktor salah satunya kebutuhan dukungan atau suara itu. 

Hal ini disebabkan juga oleh sistem multipartai yang dianut Indonesia, sehingga persaingan antara partai politik semakin kuat dan tentunya untuk mencapai tujuan tersebut diperlukannya berbagai strategi untuk diimplementasikan, meskipun harus meniadakan dan mempertimbangkan nilai ideologi partai yang dianut.

Lihat Juga :

Dinamika Kaum Wanita dalam Dunia Politik Indonesia

Keberadaan Partai Politik dan Tampilan Praktisnya
  
Dampak dari semua itu dapat dilihat pada tampilan partai politik dewasa ini yang cenderung terlihat pragmatis dalam upaya mendapatkan kekuasaan dan juga secara sistematik membentuk polarisasi kader yang oportunis. Sebab bukan lagi nilai ideologi yang ditingkatkan melainkan bagaimana mengelola berbagai cara demi meraih kekuasaan semata. Artinya nilai moral dan etika politik mulai ikut terkikis sepanjang dilematisasi partai politik ini berlangsung.

Politik

Sebelum menutup sebagai informasi, Opini diatas muncul ketika ada salah satu dari peserta diskusi di meja paling kanan yang melemparkan pertanyaan, kenapa partai politik terlihat kehilangan arah dan lebih kenapa terkesan lebih oportunis?.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel