Kajian Perkembangan Gerakan Feminisme (Bagian Akhir)

Sesuai perkataan saya nanti kita ketemu di tahun 1980 di pembahasan sebelumnya, karena di tahun ini gerakan feminisme ketiga berkembang disebabkan adanya berbagai kritik dalam tubuh femenisme pada massa gerakan feminisme kedua memaksa terjadinya pendefenisian di berbagai konsep dalam feminisme pada akhir tahun 1980an. Menurut (Brooks 1997) Setidaknya ada 2 hal yang memaksa reatikulasi konsep-konsep dalam feminisme.

1. Dari internal feminisme denfiri yang mulai menyadari konsep mereka masih ada yang bersifat etnosentris dan rasis karena hanya mementingkan perempuan kulit putih kelas menengah dan masih memarginalkan perempuan dari etnis dan kelas lainnya.

2. Feminisme gerakan kedua dilihat belum komprehensif menyuarakan isu “sexsual difference”. Sedangkan feminisme mulai berkembang dengan teori-teori postmoderenisme, poststrukturalisme dan postkolonialisme yang menjalani jalan berkembangnya feminisme.

Dari hadirnya postmodernisme perkembangan feminismen sejak akhir 1980 sangatlah majemuk sebab postmodernismen menolak wacana monolitik dan kebenaran tunggal serta menolak penyatuan dengan budaya populer. Bukti lain dari hadirnya konsep postmodernisme ini suara yang tadinya termarginalkan mendapatkan ruang untuk menyuarakan aspirasi diri dan dapat didengarkan. Dinamika ini juga mengakibatkan begitu banyak aliran yang tercakup dalam feminisme setelah perkembangan pasca gerakan feminisme. 

Baca juga :



Dengan hadirnya banyak aliran pasca gerakan feminisme kedua, menghadirkan pula pola perkembangan feminisme yang di dikotomi antara gerakan feminisme ketiga dan postfeminisme. Dari perkembangan kedua ini sebagian feminis ada yang berpandangan keduanya dianggap sebagai perkembangan feminisme yang berbedah dan persamaan yang ada diantara keduanya ialah waktu kehadiran yang hampir bersamaan dan adapun sebagian feminis mengemukakan bahwa keduanya berkembang dengan waktu bersamaan atau ada usaha yang sama. 

Dikotomi dalam perkembangan gerakan feminisme ketiga ini melahirkan pula usaha definitif yang datang dari beberapa feminis untuk mendefinisikan diri mereka sebagai feminis gelombang ketiga atau feminis postfeminisme. Lebih jauh dari itu keduanya tidak hanya bertentangan secara istilah namun juga dari segi definisi yang tumpang tindih dan bertentangan.

Mari kita lihat apa itu Postfeminisme dan gerakan feminisme ketiga dalam perkembangan feminisme. Istilah postfeminisme pertama muncul di sebuah artikel 1920. Istilah yang digunakan untuk menyatakan sikap “pro perempuan namun tidak anti laki-laki” sekaligus merayakan keberhasilan gerakan feminisme pertama dalam meraih hak pilih. Istilah postfeminisme kembali muncul di tahun 1980 dengan makna yang sangat beragam.

Adapun definisi postfeminisme adalah sebagai titik temu antara feminisme dan postmodernisme, postrstrukturalisme dan postkolonialisme yang berarti postfeminisme merupakan pengkajian yang lebih kritis terhadap feminisme. 

Postfemenisme merumuskan perang kepada media massa dan budaya populer yang sering digunakan sebagai perantara untuk menyebarkan propaganda yang mendiskreditkan perempuan-perempuan yang telah teremansipasi. Susan Faludi dalam bukunya Backlash: The Undeclared War Against American Women 1991.

Berikutnya gerakan feminisme ketiga yang dimulai pada 1990an ini, memiliki banyak perbedaan dalam definisi dan terkadang saling bertentangan namun para pecetus gerakan feminisme seperti Iyvonne Tasker dan Diane Negra menyatakan secara sistemasis gerakan ketiga muncul sebagai reaksi atas postfeminisme. 

Gerakan feminisme ketiga menarik diri dari dikotomi antara mereka dengan postfeminisme dalam hubungannya dengan budaya populer. Postfeminisme dinilai tidak memiliki agenda feminis yang jelas atau semua pergerakannya dimotori berbagi kepentingan komersial. Gerakan feminisme ketiga menyatakan diri sebagai feminisme yang berkembang di dunia akademik, bersifat sistematis, dan lebih bersifat kritis.

Gerakan feminisme ketiga sekali lagi menyatakan diri melawan dominasi perempuan kulit putih dan lebih mengedapan perlawanan secara seragam dan universal dengan bentuk perempuan kulit berwarna. Gerakan feminisme ketiga juga terlibat berbagai aktivitas turun ke jalan-jalan dan menolak penggunaan istilah postfeminisme karena implikasi negatif yang melekat pada makna postfeminisme.

Dari pembahasan diatas, dapat dilihat bahwa feminisme telah berkembang dari sekedar perjuangan untuk diakui sebagai manusia yang memiliki rasio seperti layaknya laki-laki, feminisme berkembang menjadi gerakan yang memiliki aspirasi mejemuk. 

Inti dari semua perbedaan yang dijabarkan diatas adalah masih satu perjuangan yaitu kesetaraan perempuan untuk menjadi subjek aktif dalam kehidupan. walaupun yang terlihat adalah kritik sesama internal feminisme masih ada dan massa gerakan memiliki cara penekanan yang berbeda-beda. 

Kajian Perkembangan Gerakan Feminisme

Urain diatas saya akui tidaklah cukup mengurai secara keseluruhan keistimewaan didalam perkembangan dan perjuangan kaum perempuan. teman-teman harus dan bisa pergi pada sisi kajian feminisme yang lebih luas sehingga dapat menelah secara universal kajian ini. Demikian dan terima kasih.

Awin Buton

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel