PILKADES, Sebuah Upaya Mengingat Kembali Esensi Dari Seorang Pemimpin

Pemimpin adalah pilihan rakyat. Sebab demikian itu, seorangan pemimpin harus bertanggungjawab atas rakyat yang telah memilihnya. Pemimpin yang dimaksudkan adalah pemimpin secara umum, termasuk juga pemimpin agama ataupun pemimpin kelompok masyarakat yang memiliki tanggung jawab atas segala urusan umatnya. 

Inti dari tugas dan tanggung jawab besar para pemipinan publik ialah mengurus urusan rakyatnya. Jikalau diberikan tugas untuk memperbaiki kondisi negara hendaklah ditunaikan dengan sebaik-baiknya. Demikian juga ketika diberikan tanggung jawab dalam mengurus persoalan agama rakyatnya maka hendaklah ditunaikan semaksimal mungkin.

Kepemipinan sendiri merupakan sebuah konsep yang dilandasi amanah yang bukan hanya di pertanggungjawabkan kepada rakyat secara umum melainkan juga kepada Tuhannya secara individu. Dalam urusan ini semua agama mengajarkan seorang pemimpin untuk memenuhi kewajibannya kepada rakyat, yaitu sebagai pelayan rakyat, karena rakyat memiliki hak mendapatkan pelayanan dari pemimpinnya, begitupun sebaliknya, rakyat berkewajiban mentaati pemimpin dan mendukung setiap program kerja yang dibuat oleh seorang pemimpin.

Saya menuliskan tentang kepemimpinan karena menyoroti fenomena pencalonan kepala desa di Kabupaten Kepulauan Sula yang berpotensi menjadi perhalatan politik besar, maka pastilah menjadi perhatian khusus untuk semua orang.

Pemilihan Kepala Desa atau disingkat Pilkades yang diprediksi akan semarak dan kompetitif di tahun ini. Pastinya akan menjadi pembahasan menarik dan akan sering ditemukan di setiap ruang-ruang diskusi publik. Sebab pemilihan yang dilakukan pada tahun ini terasa sangat berbeda karena menggelontorkan dana yang begitu besar dan jumlah bakal calon yang banyak. Walaupun disisi lain, dana yang di keluarkan berbeda-beda nominalnya karena berdasarkan jumlah daftar pemilih di desa tertentu.

Isu yang berkembang pesat dalam perhelatan ini, khususnya di Kabupaten Kepulauan Sula, yakni banyaknya Bakal Calon Kades, dimana hampir setiap desanya berjumlah sekitar 6-8 orang, jumlah yang fantastis untuk sebuah pencalonan ditingkat Desa, dan katanya dari jumlah tersebut di dominasi oleh pemuda, Ada apa? Kenapa bisa sebanyak itu ?

Pertanyaan ini sering kali muncul ketika melihat fenomena tersebut dan sudah tentu semua orang akan memunculkan pertanyaan seperti di atas, karena pada 10 tahun kebelakang, pencalonan kepala desa hanya diikuti 1-3 orang yang banyaknya didominasi oleh orang tua atau orang yang berusia di 40-an.

Sebagian orang yang berkesimpulan bahwa adanya fenomena ini karena zaman sekarang jika menjadi seorang kepala desa sudah menjanjikan dari segi keuangan tidak seperti dulu, dimana seorang kepala desa hampir seperti seorang sukarelawan, ada juga yang beranggapan bahwa menjadi kepala desa telah menjadi trend terbaru, makanya banyak yang ingin menjadi kepala desa.

Jadi apakah saya pesimis dengan fenomena itu? Tentu tidak, karena bagi saya semua orang memiliki hak untuk mencalonkan diri sebagai Kepala Desa jika memenuhi syarat administrasi yang ditentukan oleh Undang-undang. dan semua yang mencalonkan diri pastinya memiliki alasan dan motivasi yang patut dihargai. Maka tujuan saya menyoroti fenomena ini hanya satu yakni hanya ingin menunjukkan bahwa menjadi seorang pemimpin itu memiliki tanggung jawab dan tanggung jawab itu wajib dilaksanakan seperti yang saya kemukakan di atas. 

Selebihnya saya ingin mengatakan sesuatu yang penting untuk di ingat untuk para bakal calon yang nantinya akan terpilih mengemban amanah di desanya masing-masing. Bahwa menjalani sebuah kepemimpinan (Kepala Desa) seperti anda memikul karung kopra "amanah" menuju mesin timbangan. Dimana jikalau anda menjatuhkan karung kopra di tengah jalan dan karungnya pecah, maka yang anda dapatkan adalah malu, hilang kepercayaan, ganti rugi, potong gaji atau diberhentikan tanpa pesangon. 

Sebaliknya jikalau anda berhasil mengangkat sampai ke timbangan, maka anda akan mendapatkan keberhasilan dari berbagai aspek misalnya, kepercayaan, kenaikan gaji serta pengakuan sebagai pekerja yang hebat dan pastinya anda patut berbangga diri.


Jadi, saat menjadi kepala desa jangan berbangga jika baru terpilih, karena itu awal dari sebuah proses tanggung jawab yang taruhannya nama baik. anda baru bisa berbangga diri ketika anda telah berhasil memimpin dengan baik selama masa bakti. Kenapa saya berkata demikian, sebab sebagian besar pemimpin di Indonesia lupa akan hal itu.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel