Mengenal dua Filsuf Wanita Indonesia

Indonesia dengan segala bentuk kehebatannya, tentu memiliki kelebihan juga dalam bidang ilmu pengetahuan dan dua sosok wanita hebat yang diungkapkan ini adalah wanita yang memiliki peran penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Ilmu Filsafat. Berikut adalah biografi dari kedua filsuf tersebut:

1. Karlina Supelli


Karlina Supelli dikenal sebagai seorang Filsuf dan Astronomer wanita pertama asal Indonesia yang lahir di Jakarta 15 Januari 1958, sekarang berumur 64 tahun.



Wanita yang memiliki minat besar terhadap bidang ilmu fisika, matematika dan metafisika ini, telah mengantarkan dirinya untuk menempuh pendidikan sarjana pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan astronomi, Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1981. Selain itu Karlina Supelli juga merupakan lulusan dari beberapa Universitas yakni, University College of London, Inggris. dalam bidang Space Science (MSC, 1989), University College of London, Inggris. Program Doktor, Studi Filsafat Program Pascasarjana Universitas Indonesia, S2 di tahun 1992 dan terakhir Studi S3 di bidang Ilmu Filsafat di Universitas Indonesia tahun 1997. dengan disertasi yang berjudul 'Wajah-Wajah Alam Semesta: suatu kosmologis empiris konstruktif'.

Disisi lain Karlina Supelli juga merupakan seorang pegiat akan isu-isu kemanusiaan. Dimana di 19 Februari tahun 1998, ia turut mengambil andil dalam demonstrasi bersama Aktivis Suara Ibu Peduli di bundaran HI dengan tuntutan aksi yaitu menuntut turunnya Harga Susu. 

Demonstrasi yang dilakukan ini membuat dirinya dan kedua koleganya, Gadis Arivia dan Wilarsih, di tuduh dengan tuduhan melanggar ketertiban umum dan didakwa dengan pasal 510 KUHP yang berbunyi, Diancam dengan pidana denda paling banyak tiga ratus tujuh puluh lima rupiah.

Dalam kehidupan intelektualnya kini ia jalani dengan masih aktif mengajar dan sering hadir dalam beberapa vorum kegiatan ceramah yang membicarakan berbagai tema besar seperti, Berfikir dan bertindak (masyarakat takhayul vs masyarakat ilmiah), Kosmos dan Masalah Kebebasan Tuhan, 20 tahun Reformasi: Majukah Rasionalitas dan Budaya Ilmiah Kita, Ancaman terhadap Ilmu Pengetahuan, Kapasitas Nalar dan Akal Budi Laki-laki dan Perempuan Adalah Sama. Adapun karya bukunya yang dapat ditemukan ialah buku yang berjudul Dari Kosmologi ke Dialog: Mengenal Batas Pengetahuan, Menentang Fanatisme.

2. Gadis Arivia


Gadis Arivia adalah seorang Filsuf, Aktivis Gerakan Perempuan atau Feminis, Doktor Filsafat Indonesia dan salah satu pendiri Yayasan Jurnal Perempuan. Gadis Arivia lahir di New Delhi India tepatnya 8 September 1964 dari seorang ibu berdarah Aceh- Minang kelahiran Pematang Siantar dan ayah berdarah Melayu Deli yang bernama Arif Effendi bekerja di British Council, sebuah lembaga kebudayaan kerajaan Inggris yang berada di India.


Ketertarikan terhadap Filsafat bermula ketika masih menjadi mahasiswa Diploma III Sastra Prancis Universitas Indonesia 1980-an. Dimana ia sering kali mengunjungi Perpustakaan Pusat kebudayaan Prancis dan banyak membaca buku-buku tokoh filsafat Prancis dan setelah selesai dalam pendidikan sastra Prancis-nya. Gadis Arivia melanjutkan studi magister-nya dalam bidang Filsafat di Universitas Indonesia. 

Atas ketertarikannya itu mengantarkan dirinya untuk menjadi mahasiswa langsung dari seorang filsuf kenamaan Prancis yakni Jasques Derrida selama dua tahun ketika ia melanjutkan studi di School of Social Scientific Studies, Prancis. Dan terakhir melanjutkan studi Doktor Filsafat universitas Indonesia, dengan Disertasi Dekonstruksi Filsafat Barat, Menuju Filsafat Berperspektif Feminis.

Pada tahun 1996 Gadis Arivia bersama dengan Toety Heraty dan Asikin Arif mendirikan lembaga yang dinamai Yayasan Jurnal Perempuan sebagai langkah inisiatif untuk menerbitkan Jurnal Perempuan yang bertujuan untuk meningkatkan bahan perkuliahan paradigma Feminisme di Fakultas Filsafat Universitas Indonesia.

Dan puncak dimana seorang Gadis Arivia dikenal oleh sebagian besar orang Indonesia. Ketika saat peristiwa penangkapan dirinya saat berdemonstrasi bersama puluhan ibu-ibu yang tergabung dalam Kelompok Gerakan 'Suara Ibu Peduli' yang menyuarakan tentang isu kelangkaan susu bayi di Bundaran Hotel Indonesia, pada Februari 1998.

Sekarang Gadis Arivia masih berkegiatan sebagai Dosen Studi Feminis dan Filsafat Kontemporer di Universitas Gadjah dan masih aktif mengisi materi di Yayasan Jurnal Perempuan yang di dirikannya. Adapun karya-karya bahkan Pemikirannya yang dihasilkan oleh seorang Gadis Arivia dapat dibaca dan didengar yakni. Ceramah Inklusifitas Feminisme, Ceramah Ekofeminisme, Ceramah Postfeminisme, Ceramah Post-Strukturalisme dan Feminisme dan karya-karya bukunya yang berjudul, Filsafat Berprespektif Feminis, terbit tahun 2003, Feminisme: Sebuah Kata Hati, terbitan 2006, Yang Sakral dan Yang Sekuler terbit tahun 2009, Modul Panduan Media Meliput LGBT, Kesehatan dan Hak Reproduksi Perempuan: Panduan untuk Jurnalis dan Novel Menulis Tubuh terbit tahun 2012.

Tentu banyak pemikiran dan gagasan yang menjadi kontribusi besar dari kedua kontributor ilmu pengetahuan asal Indonesia ini. Namun sayangnya ketidakmampuan sayalah sehingga uraian tentang kedua filsuf hanya sebatas diatas. Maka seyogyanya jika anda berminat untuk mendalami pemikiran keduanya wajib untuk membaca buku dan ceramah mereka. Demikianlah pembahasan tentang biografi singkat dari para filsuf-filsuf wanita yang berasal dari negara Indonesia.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel