Menatap Masa Depan Kabupaten Kepulauan Sula

Berbicara tentang menatap masa depan suatu daerah,, maka kita tidak hanya sekedar membicarakan masa depan pemimpinnya, masa depan tanahnya, masa depan lautnya. Akan tetapi kita mestinya membicarakan masa depan manusianya.

Kabupaten Kepulauan Sula sendiri telah menyandang status kabupaten tertinggal di tahun 2020-2024. Beberapa faktor ditetapkan suatu daerah sebagai daerah tertinggal adalah

1. Sumber Daya Manusia (SDM)

2. Perekonomian Masyarakat

3. Sarana dan prasarana

4. Kemampuan keuangan daerah

5. Aksesibilitas dan

6. Karakteristik daerah

Faktor-faktor ini dapat di baca dengan jelas dalam Perpres Nomor 63 tahun 2020. Nah jika melihat secara kritis, kita akan menemuka titik pusat dimana semua faktor-faktor diatas dapat dikelola dengan baik. Saya beranggapan bahwa titik pusatnya ialah pada faktor Peningky Sumber daya manusia (SDM). Sebab kenapa? Karena jika dianalisis pada fokus utama daerah berstatus Berkembang dan Daerah status Mandiri, selalu memberikan perhatian yang cukup pada Pengembangan Kualitas Manusia, kemudian dilanjutkan dengan faktor-faktor lainnya.

Bagi saya Kabupaten Kepulauan Sula kedepannya perlu memberikan perhatian khusus pada peningkatan kualitas manusia dan memanfaatkan potensi yang ada. dimana ini bukan hanya kepada yang sekolah atau yang hanya memiliki ijazah. namun termasuk yang tidak memiliki ijazah agar dapat diberikan ruang untuk meningkatkam kualitas diri yang telah didapatkan di lingkungan pergaulan atau berdasarkan pengalaman. Dalam hal ini Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa pastinya mempunyai tanggung jawab untuk menjawab tantangan ini, karena disana juga terdapat wewenangnya.

Salah satu rencana yang dikemukakan Kementerian Desa (PDIT), yaitu menghilangkan ketertinggalan tersebut dengan cara meningkatkan Perekonomian Daerah dengan fokus utama yaitu Pengembangan Produk ulUnggulan Daerah tertinggal, yang di upayakan lewat Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). Ini jelas bahwa tidak ada ketidakcukupan untuk menjawab semua tantangan tersebut.

Tentu sebagian orang menganggap ini sebagai asumsi yang egois karena hanya berfokus pada satu faktor yang harus diutamakan. Maka sebelum membahas lebih jauh, saya ingin mengatakan bahwa alasan kenapa saya lebih fokus pada peningkatan kualitas manusia dan Pemanfaatan kualitas manusia, sebab menurut saya semua faktor-faktor lain dapat dituntaskan jikalau manusianya telah memiliki kemampuan mengembangkan dirinya sendiri, dengan begitu daerahnya pun meningkat secara langsung.

Lalu apa yang seharusnya dilakukan? Menurut saya langkah awal yang harus dilakukan ialah Pemerintah daerah dan Pemerintah Desa bersama-sama dengan rakyatnya harus melahirkan suatu konsep yang dilandasi dengan gagasan yang sistematis, dimana konsep ini terlepas dari agenda Kementrian Desa diatas. Salah satu cara yang sering menjadi primadona yaitu peningkatan mutu pendidikan daerah, namun tidak hanya sampai disitu karena semestinya konsep ini harus komprehensif dan sampai pada lapisan masyarakat yang paling bawah. Terkhusus pada rana pemuda, karena pemuda adalah orang-orang yang memiliki jangkauan peran yang jauh masih panjang.

Sekarang Gagasannya apa? Gagasan yang harus dibangun pertama kali adalah melihat potensi pemuda dan mengembangkan potensi tersebut dalam suatu daerah maupun desa. Sejauh yang terlihat, pemuda yang pengangguran di Kabupaten Kepulauan Sula secara jumlah dapat merobohkan tembok Cina. namun secara kualitas tidak di manfaatkan dengan baik, ini akibat dari sistem pemberdayaan manusia yang tidak melihat potensi lain sehingga hanya berpatokan pada Strata Pendidikan yang tercipta dalam struktur sosial yang diperparah dengan butanya Pemerintah Daerah untuk melihat potensi itu.

Salah satu kegagalan Pemerintah daerah maupun Desa dalam melihat potensi tersebut adalah ketika adanya sosialisasi seperti, Sosialisasi Pertanian, Peternakan, Perikanan dan sosialisasi jenis lainnya. dimana sebagian besar pemuda baik yang berijazah hingga yang tidak berijazah tidak diikutsertakan dalam sosialisasi tersebut. Malahan lebih fokus pada Petani, Peternak dan Nelayan yang rata-rata telah berusia lanjut. Padahal peluang jangka panjang apa yang disosialisasikan ada pada pemuda. Suatu konsep yang berpeluang buntu di perjalanan. Tanpa mengucilkan niatan pemerintah daerah dan rakyat yang hadir pada sosialisasi, namun hanya ingin menunjukkan bahwa pemuda semestinya dihadirkan.

Lihat Juga :

Wisata Mangrove Waka Yoya Kepulauan Sula

Cara Pengolahan Kopi Sula Asli Dari Kepulauan Sula

Bertemu dan Berdialog Dengan Suku Bajo di Kepulaun Sula

Inti dari analisis dan tawaran gagasan saya ini adalah memanfaatkan pemuda sesuai kemampuan yang dimiliki, baik pemuda tersebut hanya lulusan sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA) atau bahkan sama sekali tidak berpendidikan. Karena saya meyakini bahwa semua manusia lahir dengan akal yang belum tentu hebat jika di tingkatkan lewat pendidikan formal. Sebab sejarahpun mencatat betapa banyaknya orang sukses yang tidak memiliki ijazah atau hanya lulusan seadanya.

Orang lain mungkin mengembangkan pemikirannya dalam menatap masa depan suatu daerah dengan pemanfaatan kearifan lokal dan sumber daya alam. Namun menurut saya pemanfaatan kearifan lokal dan sumber daya alam dan lainnya itu di kontrol oleh seorang manusia.

Tentu semua perlu untuk ditingkatkan bersama-sama, maka tak semestinya memberatkan satu sisi apalagi saling menjatuhkan. dan ingat, semua ini butuh proses.

Kepulauan Sula, Sanana

Sebelum mengakhiri ocehan receh ini, sekali lagi saya ingin mengatakan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM), tidak hanya melulu diukur berdasarkan tingkat pendidikan, namun lebih pada pemanfaatan sumber daya manusia. Terimakasih

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel