Subtansi Filsafat Kritisme Immanuel Kant
Semua orang yang mendalami filsafat tentu mengetahui bahwa Descartes ( 1596-1650 ) adalah orang yang diakui sebagai Bapak Filsafat Modern karena ia menemukan rasio atau kesadaran diri yang kemudian menjadi prinsip filsafat Barat modern. Namun, rasionalisme Descartes segara mendapat kritik tajam dari para filsuf empiris Inggris, misalnya David Hume.
Gejolak perbedaan pemikiran dan pertentangan pemikiran keduanya sudah diakui oleh sejarah perkembangan filsafat itu sendiri. Jika kita memandang dari kaca mata empirisme, kita bisa mengatakan bahwa filsafat Descartes masih sangat terbatas karena ia belum memasukkan realitas empiris ke dalam sistem pemikirannya. Sebaliknya kelemahan yang sama juga dapat dilihat dalam filsafat empirisme yang tidak berhasil memasukkan dimensi rasional dalam sistemnya. Maka dengan ini, kedua-duanya memiliki keterbatasan.
Pertentangan yang tidak memiliki titik temu itu, kemudian memunculkan seorang filsuf yang bernama Immanuel Kant, yang kedua paham yang bertentangan di atas di lakukan sintesa, sehingga pada sistem filsafat Kant dapat ditemukan baik unsur empirisme maupun rasionalisme. Dengan itu, Kant juga diakui sebagai filsuf paling berpengaruh dalam filsafat modern.
Kebesaran Kant sebagai filsuf tentu saja tidak hanya terletak pada kemampuannya mensintesakan kedua paham filsafat yang bertentangan itu, melarikan juga karena Kant menghasilkan sebuah sistem filsafat yang secara fundamental mempengaruhi perjalanan filsafat sesudahnya.
Berbeda dari rasionalisme Descartes yang lebih terfokus pada beberapa problematika epistemologi, metafisika dan filsafat agama atau ketuhanan, filsafat Kant membicarakan hampir semua bidang kehidupan manusia secara filosofis. Kant berbicara mengenai filsafat politik, metafisika, epistemologi (teori pengetahuan), etika, agama, ketuhanan atau teologi, keadilan, sejarah, estetika, filsafat ilmu alam, antropologi dan geografi. Dimana semua tema ini kemudian mengubah perjalanan filsafat Barat modern selanjutnya karena Kant membicarakannya dengan pendekatan yang khas yakni Kritisisme.
Filsafat Kritisisme sendiri adalah aliran filsafat yang menekankan untuk terlebih dulu menyelidiki kemampuan rasio dan batas-batasnya, sebelum tindakan mengetahui dengan menggunakan rasio itu dilakukan. Terlebih Kritisisme sering dipertentangkan dengan dogmatisme, yaitu filsafat yang langsung menjalankan tindakan mengetahui sebelum kemampuan rasio dan batas-batasnya diketahui. Dimana filsafat dogmatisme meyakini begitu saja dengan kemampuan rasio, dan cenderung berpikir dengan menggunakan pendekatan metafisis, seperti Allah, substansi, esensi dan lainnya, tanpa lebih dulu menyelidiki benarkah rasio memiliki kemampuan untuk mengetahui hal itu.
Secara praktek Kritisisme milik Kant ini, merupakan filsafat yang memulai penyelidikannya bukan dengan langsung membahas mengenai objek yang mau dibicarakan, melainkan dengan mulai meneliti syarat-syarat kemungkinan dari sesuatu yang ingin dibicarakan. Jadi, Kant tidak seperti Descartes atau Hume yang langsung berbicara mengenai pengetahuan. Dengan sikap kritisnya, makanya Kant lebih dulu berbicara mengenai syarat-syarat kemungkinan pengetahuan. Semisalnya, bagaimana pengetahuan itu mungkin? Bagaimana Etika itu mungkin? Bagaimana estetika itu mungkin? Bagaimana negara itu mungkin? Bagaimana metafisika itu mungkin?.
Nah melalui pertanyaan seperti itu, maka selalu membawa Kant untuk menghasilkan sebuah filsafat yang sama sekali baru, karena ia kemudian membuktikan bahwa banyak klaim dalam filsafat sebelumnya yang kemudian diperhatikan Kant tidak memadai, atau tidak mungkin. Contohnya klaim dari filsafat rasionalisme terkait pengetahuan tentang Tuhan. Setelah Kant meneliti syarat-syarat kemungkinan pengetahuan tentang Tuhan itu, akhirnya ia memperlihatkan bahwa pengetahuan mengenai Tuhan itu tidak mungkin.
Atas dasar metode yang ditawarkan oleh Kant itu, sebenarnya kita tidak dapat membayangkan perjalanan sejarah filsafat Barat modern. Pengaruh dan kebebasan Kant bahkan telah terlihat pada masa hidupnya. Maka tidak heran setelah itu ia begitu disanjung filsuf setelahnya. Diantaranya adalah :
Seorang penafsir pertama Kant, Karl Leonhard Reinhold, bahkan perna mengatakan " Dalam seratusan tahun Kant akan memiliki reputasi yang sama dengan Yesus Kristus".
Dan Arthur Schpenhauer, seorang filsuf besar dari jerman, mangatakan bahwa "Buku utama Kant yang berjudul, Kritis atas Akal Budi Murni (KABM ) adalah buku yang terpenting di Eropa". pentingnya keberadaan buku Kant yang dengan fundamentalnya gagasan dalam buku ini juga dapat terlihat dari ungkapan yang dilontarkan oleh penyair atau filsuf Friedrich Holderlin kepada saudaranya. (Anda harus membaca buku KABM sekalipun kau tidak mempunyai uang yang cukup untuk membeli lampu dan minyak, dan sekalipun kau hanya punya waktu antara tengah malam hingga ayam berkokok)
Terlebih, yang terkenal dari Kant bukan hanya arti penting gagasannya, tapi juga cara dia menyampaikan gagasan-gagasan itu dalam tulisannya, kalimatnya panjang, beranak pinang, karena dia berusaha memasukkan seluruh gagasannya secara utuh dalam sebuah kalimat. Atas dasar keistimewaan itu, maka filsuf Pencerahan dari Jerman yang bernama, Moses Mendelsson, pernah mengatakan buku Kant merupakan karya yang menghancurkan syaraf - syaraf. Dan Kant juga adalah Sang penghancur segala sesuatu, sebab dengan metode kritisismenya itu, Kant mengkritik hampir semua pendapat para filsuf sebelum dirinya.
Dengan pengaruh yang sangat mendasar ini, maka dalam studi mengenai filsafat Barat berlaku sebuah diktum yang mengatakan : kita bisa saja mengkritik Kant atau tidak setuju pada Kant, tapi kita tidak mungkin mempelajari sejarah filsafat Barat Tampa mempelajari Kant. Mempelajari filsafat Barat tanpa mempelajari Kant sama dengan mempelajari filsafat Yunani tanpa mempelajari Plato.
Demikianlah filsafat Kritisisme milik Kant, yang mendamaikan kedua pertentangan pemikiran antara rasionalisme dan empirisme dalam pergulatan filsafat Barat di era modern.