Ritual Malam "Gosok Gigi" Dalam Sesi Pernikahan Adat Kaidipang

Pernikahan adalah bagian terpenting dari kehidupan, yakni mempersatukan dua lawan jenis ( laki-laki dan perempuan ) dalam sebuah ikatan suci yang kemudian menghasilkan keturunan.

Terlepas dari agama apa pun, intinya pernikahan kadang kala di kait-kaitkan dengan adat istiadat yang sudah menjadi tradisi turun menurun. Bahkan dibeberapa daerah, jika pernikahan tidak disertai dengan adat istiadat maka pernikahan tersebut tidak akan terjadi.

Ada yang ketika menyelenggarakan pernikahan, di lakukan dengan prosesi adat yang ketat, mulai dari rencana akan menikah hingga pada puncak acara, dan ada juga yang sudah bercampur dengan budaya masa kini, tanpa harus meninggalkan adat istiadat daerah setempat.

Di salah satu daerah, tepatnya di kecamatan Kaidipang, kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Provinsi Sulawesi Utara, sebelum acara pesta pernikahan berlangsung, pada malamnya ada acara adat "Gosok gigi" bagi calon mempelai pria dan wanita.

Adapun alat yang di gunakan untuk menggosok gigi bukanlah sikat gigi yang sering di pakai oleh kebanyakan orang pada umumnya, melainkan "Kurinda" atau alat yang digunakan untuk menggosok parang.

selanjutnya, calon pengantin pria yang telah dirias oleh MUA, hanya duduk di kamar, menanti calon pengantin laki-laki. Dan pada jam yang telah ditentukan calon pengantin laki-laki dibawa oleh keluarganya memasuki kamar calon pengantin wanita.

Setelah itu kedua mempelai dibaringkan, tapi tidak bersamaan. Calon pengantin laki-laki adalah yang pertama mendapat giliran untuk di "gosok giginya" lalu kemudian calon pengantin perempuan.

Yang jadi pertanyaannya, apakah gigi yang digosok menggunakan gurinda tidak terasa ngilu? Jawabannya adalah tidak, mengapa? Karena jika kedua mempelai merasakan ngilu ketika di gosokan gurinda kegiginya, pertanda kedua mempelai sudah melakukan pelanggaran.

Adat menggosok gigi pada calon pengantin, sampai sekarang masih terus di lakukan saat akan melangsungkan pernikahan di daerah ini. Dan sudah menjadi tradisi secara turun menurun.

Namun jika yang menikah adalah perjaka dan perawan maka adat tersebut harus selenggarakan, tetapi jika yang menikah sudah pernah menikah sebelumnya, adat tersebut akan di tiadakan oleh tokoh adat.

Sebelum acara adat gosok gigi ini di laksanakan, keluarga kedua calon mempelai akan bertemu untuk membicarakan berapa uang panaik yang diminta oleh keluarga perempuan, pertemuan kedua keluarga ini di sebut "Kindu".

Selama kindu berlangsung kedua keluarga akan berdebat dulu, dengan menggunakan bahasa daerah kaidipang lama. Jika lelaki yang meminang bukan penduduk asli setempat, maka pihak keluarga perempuan akan mencarikan keluarga angkat bagi si calon mempelai pria dengan persetujuan ketua adat setempat.Setelah peyerahan uang panaik dari keluarga calon mempelai pria, acara pertemuan ( kindu ) selesai.

Seminggu sebelum acara pernikahan berlangsung, keluarga perempuan akan melakukan pertemuan kembali yang di pimpin oleh ketua adat. Pertemuan kali ini akan membahas siapa yang ditugaskan untuk mengundang tamu baik secara lisan maupun tulisan ( Undangan ).

Secara lisan orang yang bertugas untuk mengundang adalah pengurus adat di daerah setempat, pun orang tersebut harus mahir berbahasa daerah ( kaidipang ). Karena saat akan mengundang mereka akan menggunakan bahasa daerah.

Saat yang ditugaskan mengundang tamu Istimewa, semisalkan Bupati, maka orang tersebut harus pandai berbahasa daerah dan saat mengundang harus menggunakan kain sarung yang dililitkan di pinggang dan kain panjang yang dibuat selempang serta kopiah hitam. Saat akan turun untuk mengundang tamu istimewa, orang yang bertugas untuk mengundang tersebut diturunkan secara adat oleh para tokoh adat yang dipimpin langsung oleh ketua adat.

Adapun orang yang bertugas untuk mengundang tamu biasa, hanya pandai menggunakan bahasa daerah. Dalam penyebaran undangan baik tulisan maupun lisan ada perbedaan sedikit, undangan lisan disebarkan satu minggu sebelum acara dan undangan tulisan tiga hari sebelum acara pernikahan.


Demikianlah beberapa adat istiadat yang dapat saya bagikan dalam sebuah pernikahan didaerah bolaang mongondow utara kecamatan kaidipang provinsi sulawesi utara. Barangkali dari pembaca ada yang penasaran, cobalah sesekali mengunjungi daerah ini yang dikenal dengan hasil pertanian berupa padi.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel