Kemunduran HMI : Problem Etis dan Intervensi Senior

Menurut seorang Kuntowijoyo dalam Bukunya Paradigma Islam; Interpretasi untuk Aksi di bagian dua, Bab X terkait Dimensi-dimensi Sosial Gerakan Islam di Indonesia mengungkapkan bahwa

"Dalam kaitan ini, kita juga dapat menilai penyebab perpecahan di kalangan HMI. Bagaimanapun harus di ingat bahwa HMI lebih merupakan organisasi Politik daripada organisasi yang berorientasi keagamaan. Jadi mereka yang aktif di HMI cenderung menjadikan aktivitas mereka sebagai karier politik. Nah, sejauh mana kelompok-kelompok yang ada di HMI bangun jaringan politik mereka dengan tokoh-tokoh atau figur-figur tertentu, itulah yang menyebabkan terjadinya terjadinya pelbagai perbedaan pandangan maupun sikap politik di kalangan mereka. Ini terutama jika kita melihat HMI dalam fenomena 1970-an dan 1980-an. 

Perpecahan HMI hasil kongres di padang pada 1986 dan HMI MPO merupakan contoh yang representatif. Dimana disisi kelompok lain lebih menghendaki HMI tampil sebagai satu perjuangan keagamaan, di lain pihak ada yang menginginkan HMI sebagai organisasi politik yang lebih pragmatis, kalau tidak dikatakan kompromi".

Nah. Kemudian dari itu, jika kita melihat catatan atau ungkapan di atas. Kita sudah harus berpretensi bahwa dalam dekade tahun 2000-an sekarang pun. Posisi HMI sebagai organisasi perkaderan dan perjuangan, sudah tidak lagi menjadi suatu gerakan keagamaan yang kuat, namun lebih sebagai suatu gerakan politik. Ini tercermin dari budaya dan karakteristik ber-HMI kekinian.

Pada era kekinian kita sudah harus lebih realistis dan objektif lagi melihat HMI. Pasalnya organisasi yang dari sejak awal membangun basis gerakan dari gerakan ke-Ummat-an, Ke-Islam-an dan ke-Mahasiswa-an telah beralih menjadi suatu gerakan politik yang telah menggeser kultur perjuangannya itu. Sekali lagi kita harus lebih lihai dan objektif melihat persoalan ini.

Pergeseran nilai perjuangan ke-HMI-an seprti ini karena telah di tengarai oleh Logika politik senior-junior, ini cenderung marak interfensi, bahkan lebih ironisnya lagi akan membungkam model gerakan dalam mencegah amar ma'ruf nahi mungkar." Karena kenapa, basis gerakan yang di bangun sudah tidak murni lagi dan yakin saja pasti melemahkan gerakan yang di bangun.

Saya mau tanyakan, apa yang di lakukan HMI pada dekade tahun 2000-an ini? Padahal apa, issu tentang konflik sara misalnya marak di berbagai daerah, problem kebangsaan dan keummatan pun berjalan menyertai, apalagi pada sisi pendidikan, yang sudah kita ketahui dengan jelas bahwa banyak masalah menengarai kondisi kemahasiswaan kekinian. Apakah kita telah menunjukan taring perjuangan kita itu, bagi saya belum. 

Kita lebih banyak berbincang pada tataran "Politik Balas Budi". Kenapa politik balas budi, coba saja lihat ketika setiap momentum kegiatan hadir (semisal kegiatan Kongres, Musda Badko, Konfercab, dsb) momen-momen ini di jadikan sebagia suatu pencitraan dan bahkan menjadi tranding topik di berbagai kalangan. 

Bahkan di struktur-struktur yang ada kita lebih melihat HMI sebagai suatu kendaraan politik utk melegitimasi kekuasaan. Contoh yang paling konkrit kita lihat di struktur PB, badko dan cabang pertarungan begitu sengit untuk mencapai pada posisi kekuasaan. Posisi-posisi seperti ini memang lebih di sinyalir sebagai gerakan politik.

Kembali kepada topik pembahasan perpecahan HMI. Diakibatkan maraknya intervensi kepentingan, kekuasaan yang hadir membuat pemurnian HMI sudah berkurang. Sudah begitu banyak kader-kader terbaik HMI yang di lepaskan, namun hanya menjadi alat politik balas budi. Maka setidaknya lembaga (HMI) yang mengagungkan Independensinya sebagai penyaring dalam unsur lembaga yakni kadernya. Sudah seharusnya mengantisipasi persoalan ini. 

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

Apalagi ketika HMI di jadikan sebagai kendaraan politik oleh senior-seniornya, entah senior yang baru ataupun sudah lama dan telah berkiprah dalam dunia politik untuk melegitimasi kekuasaan mereka dan membungkam independensi HMI itu sendiri. maka sudah sewajarnya itu tidak harus mengindahkan. Walaupun secara kultural kita terikat, namun bicara komitmen perjuangan setidaknya kita masih lebih Idealis ketimbang mereka yang sudah banyak melakukan gerakan-gerakan yang berorientasi kepada pragmatisme.

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel