Biografi Aristoteles dan Konsep Analytica

Aristoteles adalah anak dari keluarga dokter, dimana ayahnya seorang dokter di kerajaan Mecadonia yang kala itu dipimpin Raja yang bernama Amyatas II. Lahir tepat pada tahun 384 SM, di Stageria, Semenanjung Kalkidike, Trasia atau Balkan dan meninggal tahun 322 SM usia 63 tahun. Aristoteles lahir, tumbuh besar dan berkembang dibimbing langsung oleh ayahnya sampai berusia 18 tahun. Kemudian setelah sang ayah wafat, Aristoteles muda pergi ke Athena dan belajar di bawah guru besar Plato selama 20 tahun di Akademia.

Semasa muda dan semasa belajarnya itu, Aristoteles terkanal sebagai pemuda sekaligus murid yang rajin membaca dan mengumpulkan buku sehingga gurunya sendiri memberi penghargaan dan menamai rumahnya dengan sebutan 'Rumah Membaca'.

Setelah belajar dari Akademia di bawah bimbingan Plato langsung selama 20 tahun di Akademia. Aristoteles terkenal sebagai Bapak Logika. Logika adalah cara berpikir teratur menurut urutan yang tepat atau berdasarkan hubungan sebab dan akibat. 

Konsep logika aristoteles sendiri di beri nama Analytica, akan tetapi lebih dikenal dan populer di kalangan banyak orang dengan sebutan Logika. Dimana, intisari dari ajaran logika Aristoteles adalah Silogistik, silogistik yang dimaksud ialah menarik kesimpulan dari pernyataan yang umum atas perihal khusus, yang juga dikenal dengan istilah Uraian Berkunci. Contoh, Semua manusia akan wafat (umum), Budi adalah seorang manusia (khusus), (kesimpulan) Budi akan wafat.

Menurut Aristoteles, pengetahuan yang sebenarnya ialah yang berdasarkan pada pembentukan pendapat yang umum dan pemakaian pengetahuan yang diperoleh itu atas hal yang khusus. Baginya pengetahuan yang umum bukanlah tujuan itu sendiri namun merupakan suatu jalan agar mengetahui keadaan kongkrit yang merupakan tujuan ilmu sesungguhnya. Terkait pengalaman, bagi Aristoteles hanya menunjukkan kepada kita, Apa yang terjadi. Sedangkan pengertian umum menjelaskan, Apa sebab hal itu terjadi.

Aristoteles membagi konsep logikanya dalam tiga tahap yakni, Mempertimbangkan, Menarik kesimpulan dan Membuktikan atau Menerangkan. Dimana suatu pertimbangan itu dapat dikatakan benar apabila isi pertimbangan itu sepadan dengan keadaan yang nyata. Pandangan Aristoteles ini dianggap sejalan dengan pendapat Socrates yang menyatakan bahwa, (Pikiran yang dikeluarkan itu adalah gambaran dari keadaan yang objektif).

Menurut Aristoteles, realitas yang objektiif tidak saja tertangkap dengan 'pengertian', akan tetapi juga sesuai dengan dasar metafisika dan logika yang tertinggi. Dimana argumen dasar metafisika dan logika tersebut ada 3 :

1Semua yang benar harus sesuai dengan (Adanya) sendiri. 

2Apabila ada dua (pernyataan)tentang sesuatu, dan yang satu mengiyakan dan lain menidakkan, maka tentu hanya satu yang benar. keadaan ini diistilah sebagai hukum penyangkalan. 

3. ketika ada pertentangan, maka antara dua pernyataan yang bertentangan "mengiyakan dan menidakkan", tidak mungkin ada pernyataan ketiga. Keadaan ini yang disebut hukum penyingkiran yang ketiga.

Biografi Aristoteles

Sekarang, terkait penarikan kesimpulan dapat dilakukan dengan dua cara, jalan. Pertama, dengan jalan Silogistik atau Deduksi. Kedua menggunakan cara Induksi atau Epagogi. Jalan induksi bekerja dengan cara menarikk kesimpulan terkait yang umum dari pengetahuan yang didapatkan dalam pengalaman tentang hal-hal yang individual atau khusus.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel