Perkembangan dan Kedudukan Perempuan di Indonesia

Dalam penciptaan alam semesta, Tuhan telah menciptakan beberapa makhluk atas kuasanya. Tuhan sendiri memberikan kekuasaan di antara makhluk ciptaannya namun mengadakan kelemahan di atas kuasanya. Termasuk juga manusia yang di ciptakan dengan dua jenis kelamin yang berbeda namun sama di pandangan mata Tuhan.

Akan tetapi, cerita kaum perempuan dari setiap lembaran-lembaran sejarah peradaban manusia di muka bumi ini, selalu menyisahkan luka yang pedih. Banyak cerita tentang penderitaan kaum perempuan seperti pemerkosaan, pelecehan dan pembunuhan atas nama arogansi masa lalu.

Berawal dari mindset kaum perempuan yang hanya layak berada di dapur, sumur dan kasur sehingga membuat perempuan selalu menjadi subordinat dalam kehidupan sosial manusia, dengan itu, kaum perempuan dikategorikan sebagai salah satu kelompok yang tertindas, karena dianggap keberadaannya di bawah laki-laki. Hal ini sering kali di perparah dengan otoritas kekuasaan yang juga ikut melegitimasi akan diskriminasi perempuan.

Dalam Teori Evolusi yang disampaikan oleh Lewis Henry Morgan. Penindasan terhadap kaum perempuan tidak dapat dilepaskan dari perkembangan kehidupan masyarakat. Menurutnya tahapan perkembangan masyarakat terbagi menjadi tiga tahapan, yakni. Tahapan Kebuasan, Tahapan Barbarisme dan Tahapan Peradaban.

Pada tahapan kebuasan, manusia yang masih tergantung pada alam dalam hal memenuhi kebutuhan hidupnya, maka manusia memperoleh dan mengumpulkan makanan dari alam. Seperti, buah-buahan, biji-bijian dan kacang-kacangan serta umbi-umbian. Dan pada tahapan ini terdapat perkembangan yaitu, manusia mengumpulkan makanan dari laut dan terakhir ditandai dengan perkembangan perburuan yang ditandai dengan adanya alat berburu, alat kerja yang terbuat dari batu dan kayu.

Terkait persoalan kedudukan, perempuan dan laki-laki setara, kenyataan ini dapat diketahui melalui hubungan sosial dan seksual antara laki-laki dan perempuan, karena dalam tahapan ini mereka bersama-sama mengumpulkan makanan, berburu dan pembagian hasil buruan digunakan untuk kepentingan bersama.

Tahapan Barbarisme adalah tahapan yang ditandai dengan manusia mulai menemukan cara bertani, beternak dan membuat kerajinan tangan. Tahapan ini juga mulai diterapkan kepemilikan pribadi atas hasil, kekayaan yang diperoleh dari pertanian maupun peternakan. Akibatnya untuk menghasilkan keuntungan yang banyak maka dibutuhkan tenaga kerja yang banyak. 

Dengan kenyataan itu, kedudukan laki-laki dan perempuan mulai berubah, dimana kedudukan dan peran perempuan hanya dijadikan sebagai alat untuk menghasilkan tenaga kerja baru seperti reproduksi dan mengasuh anak, sedangkan laki-laki bertugas untuk bekerja.

Tahapan peradaban adalah tahapan yang ditandai dengan spesialisasi dalam perihal pekerjaan, pemisahan perkotaan dan pedesaan, produksi barang semakin maju. Dengan begitu terbentuklah kelas sosial dan kebutuhan tenaga kerja semakin meningkat. Atas dalil itu maka berbanding lurus dengan status laki-laki yang penuh akan dominasi karena hak waris akan kekayaan berada ditangan laki-laki. Adanya revolusi hubungan gender di atas maka berlanjut pada kesenjangan antara kedudukan perempuan dan laki-laki semakin tinggi.

Nah, sekarang bagaimana kondisi perempuan di Indonesia? Di Indonesia sendiri, sebagai negara yang masih erat memegang budaya ketimuran, maka tidak dapat dipungkiri bila sebagian masyarakat Indonesia masih kental dengan ideologi patriarki. Budaya patriarki yang ada dapat dilihat dari posisi istri yang masih menjadi subordinat dari suami. Akan tetapi dengan bergemanya isu kesetaraan dan kesamaan gender yang diperjuangkan beberapa dekade terakhir. 

Perempuan di Indonesia

Maka anggapan-anggapan tersebut bukan lagi menjadi dalih pemasungan proses aktualisasi diri perempuan dalam tingkat persamaan posisi. Sebab telah banyak perempuan di Indonesia yang telah dapat mengeluarkan kemampuannya untuk berkontestasi, berpartisipasi di sektor ekonomi, politik maupun hukum. Hal ini tentu didukung oleh kesetaraan di wilayah memperoleh hak pendidikan yang sama dengan kaum pria. Artinya di Indonesia telah mengalami perkembangan secara sistem dan proses diskriminasi hanya ada pada mindset sebagian masyarakat.

Terakhir menurut saya, terkait persoalan kedudukan kaum perempuan telah mengalami perkembangan pada tahapan reformasi, di mana pemahaman lama yang telah mengakar digantikan dengan kesempatan yang lebih terbuka. Walaupun disisi lain perkembangan ini masih dianggap seperti pisau bermata dua karena di satu sisi mengalami perkembangan secara praktik namun sebagiannya lagi masih terkendala secara budaya. Maka atas dasar itu, kampanye terkait kesetaraan akan hak harus disertai dengan distribusikan pengetahuan juga.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel