Merubah Pradigma Negatif yang Terbangun Dalam Masyarakat

Jika melihat pemaknaan cinta di era modern, dapat dikatakan mengalami penyempitan, sekarang cinta dalam realitas kehidupan manusia modern dimaknai hanya berada pada hubungan dua insan manusia (pacaran). Sehingga hubungan-hubungan antar manusia dengan objek yang berbedah dinilai sebagai hubungan yang biasa saja.

Berbicara mengenai dinamika pacaran di era sekarang sangat menyedihkan karena pacaran bisa saja menjerumuskan kepada kegiatan-kegiatan yang merugikan. Walaupun tidak semua bersifat negatif, akan tetapi kebanyakan dalam hubungan pacaran terdapat kasus-kasus seperti pernikahan di bawah umur, kehamilan di luar nikah dan kasus aborsi. 

Terutama pada remaja. Hal ini seperti ini bisa terjadi karena stereotip yang terbangun dalam kehidupan modern, semisalnya, ketika seseorang tidak memiliki pacar maka dinilai sebagai sebuah kegagalan dan tidak keren, tidak gaul dan sebagainya. Dibalik itu, tidak jarang pandangan-pandangan sebagian orang akan sinis dan negatif.

Pengertian pacar di era sekarang diartikan sebagai objek yang menjadi tujuan utama mengekspresikan rasa cinta, Dengan demikian sebagian besar dari kita terpolarisasi atau terstigmatisasi bahwa semua orang harus memiliki pacar atau berpacaran. Terlebih untuk kaum muda dimana pacaran itu di gambarkan sebagai kewajiban. Padahal pacaran merupakan sebuah pilihan, dan pilihan tidak bisa dipaksakan.

Dengan kata lain pacaran adalah hak, jika dianalisa dari segi kata, kata (Hak) sinonim dengan kata kebebasan, maka setiap orang bebas untuk memilih memiliki pacar atau tidak memiliki. Contoh penggunaan hak serupa digunakan ketika momentum pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu), dimana ketika seseorang mengambil keputusan menempatkan dirinya dalam Golongan putih (Golput) maka itu artinya orang tersebut tidak menggunakan haknya untuk memilih.

Nah, sekarang mari kita lihat esensi cinta secara lebih jauh dari sekedar pacaran. Cinta sesuai terminologi Wikipedia diungkapkan sebagai berikut, Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan personal. cinta juga adalah sebuah aksi atau kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apa pun yang diinginkan objek tersebut.

Dengan dalil di atas memberikan sinyal bahwa cinta adalah sebuah keindahan, keunikan yang terbungkus dengan nilai-nilai moralitas. Cinta yang di anugerahi Tuhan yang tak ternilai harganya itu diberikan Tuhan kepada makhluknya yang di sebut manusia. dengan kata lain cinta merupakan sebuah frasa alamiah yang berada dalam setiap diri manusia. Sebagai rasa yang tulus, cinta tidak dapat diucapkan dengan kata-kata, tidak dapat dideskripsikan dengan bahasa apa pun. 

Sebab kata dan bahasa memiliki keterbatasan. Cinta hanya bisa dibaca dengan pengorbanan dalam bentuk perasaan maupun fisik. Selain itu cinta terletak di dalam hati pada titik yang disebut qalbu yang terdalam, dimana cinta dengan keajaibannya bisa membawa manusia pada titik terbahagia yang penuh dengan mimpi-mimpi indah.

Cinta yang tulus semestinya saling melindungi, menjaga harkat dan martabat orang maupun suatu objek yang di cintainya dengan begitu cinta bisa membuat orang yang sementara menikmati nikmatnya cinta tidak terlepas dari aturan-aturan etis seperti yang terjadi dalam praktek pacaran yang diterangkan diatas.

Demikian cinta seorang hamba kepada penciptanya (Tuhan), dimana bukti cinta seorang hamba bukan hanya dari sebuah pernyataan berbalut kata-kata, namun kecintaan hamba terhadap Tuhan mestilah dengan sebuah pengakuan yang dipenuhi akan keyakinan dan disertai dengan pengorbanan untuk tunduk kepada segala perintah maupun larangan Tuhannya. 

Terakhir, tulisan ini sesungguhnya berupaya merubah paradigma sebagian orang yang sebenarnya menghempaskan dirinya ke dalam lembah kerugian yang curam. Atas dasar itu, kampanye tentang kesucian akan cinta harus di bangun di atas altar Agama yang bertumpuk-tumpuk nilai moralitas, terlebih kampanye ini tidak berniat untuk mengkerdilkan pilihan orang lain atau orang yang sedang menjalani hubungan pacaran. 

Merubah Pradigma Negatif yang Terbangun Dalam Masyarakat

Sebab kita tentulah menyadari bahwa kita tidak berdaya melawan kehendak atau hak seseorang apalagi hak mayoritas secara spontan dalam konteks pacar, maka dengan dalil memiliki pacar adalah hak di harapkan melawan stigma yang di bangun pada sekitaran kita. Terima kasih.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel