Menunggu Sang Pemikir yang Tercerahkan

Dalam perkembangan dunia akhir-akhir sekarang, ketika sebagian orang mendengar kata problematika. Maka yang muncul adalah upaya untuk menyelesaikannya, dan menuntaskan dibutuhkan energi untuk berpikir. 

Namun ketika seseorang yang tidak terbiasa berpikir yang muncul ialah anggapan bahwa berpikir itu aktivitas yang melelahkan dan membosankan. Sebagian akan lebih memilih menghindar dan apatis karena dianggap menyita waktunya. sedangkan yang lain akan memilih diam tanpa menimbang makna dibalik pentingnya memikirkan persoalan yang akan di hadapinya. Sekalipun orang tersebut adalah kaum terpelajar.

Berpikir sendiri adalah bagian dari proses kehidupan karena manusia dibekali dengan akal, namun berpikir di sini adalah berpikir secara radikal, kritis serta sistematis. Biasanya aktivitas berpikir dengan maksud menyelesaikan problem terkait sosial masyarakat maupun negara dilakukan oleh seorang ilmuwan seperti ahli, pengamat dan pakar.

Ilmuwan sendiri yang dimaksud adalah orang yang memiliki spesifikasi terkait apa yang dipikirkannya seperti ahli ekonomi, pengamat politik dan ahli penyakit dalam dan pakar teknologi. Namun terkadang mengungkapkan problem dan menguraikannya tidaklah cukup untuk melakukan perubahan yang fundamental. Sebab analisa hanya sebatas sebuah metode mengoreksi yang berada dalam periode sebuah perdebatan-perdebatan, dan apabila hanya pada titik perdebatan dan mengklaim kebenaran maka kita membutuhkan seorang Rausyan Fikr.

Rausyan Fikr adalah kata Persia yang artinya (Pemikir tercerahkan), bukan hanya pemikir tapi juga tercerahkan karena memiliki visi mempunyai ideologi. Sikap seperti ini adalah tampilan ilmuwan yang lebih daripada seorang ilmuwan, dimana seorang ilmuwan menemukan kenyataan, seorang Rausyanfikr menemukan kebenaran. Atau dengan kata lain seorang ilmuwan menjelaskan fakta apa adanya yang ditemukan "teori atau konsep" sedangkan Rausyan fikir apa yang di pikirkan oleh rausyan fikr lebih daripada sebuah fakta.

Rausyan fikr dalam pandangan syariati, memiliki tiga ciri dasar. Pertama sadar akan human condition (kondisi masyarakat), sadar akan setting history dan kemasyarakatannya dan memiliki rasa tanggungjawab sosial. Dengan tujuan membangkitkan kesadaran diri dari rakyat jelata. Sebab hanya kesadaran dirilah yang bisa mengubah rakyat yang statis dan bodoh berubah menjadi paham akan sebuah problem yang dihadapi sehingga menjadi kekuatan yang dinamis dan kreatif.

Semisalnya bila seorang ilmuwan, pakar menemukan, mengemukakan bahwa di indonesia bertumpuk berbagai problem dalam mengelola negara dimana terjadi defisit ekonomi, kurangnya penegasan hukum dan pragmatisnya praktik politik di indonesia. Maka seorang rausyan fikr memberikan penilaian sekaligus mengakomodir persoalan dengan memahamkan masyarakat sehingga bersikap sebagaimana seharusnya yang dilakukan.

Tanggungjawab rausyan fikr terhadap masyarakat sendiri ialah menentukan sebab-sebab sesungguhnya dari problem keterbelakangan masyarakatnya dan ikut menemukan penyebab sebenarnya dari kemerdekaan dan kebobrokan dalam lingkungannya. Rausyan fikr mendiaknosis penyakit sekaligus menentukan resep obat yang di temukannya dalam tubuh masyarakat maupun negara. Dengan begitu rausyan fikr dapat melakukan transformasi perubahan sosial dari masyarakat yang tertidur secara bersama-sama.

Rausyan fikr, biasanya akan hadir ketika terjadi jarak antar Kaum terpelajar dan Rakyat jelata, kaum Intelektual dan Ulama, jarak antara Teori dan Praktik terakhir Rakyat dengan budayanya karena pengaruh hegemoni luar yang kuat. Jika melihat realita akhir ini yang terjadi di Indonesia maka kita membutuhkan akan sosok rausyan fikr sesegera mungkin, atau setidaknya hadirnya sosok Superman kata Nietczeh atau juga kehadiran sosok Insan Kamil dalam bahasa Muhammad Iqbal.
Hidup untuk berpikir

Maka dengan melihat kondisi Indonesia dan dunia yang penuh dengan problematika berkepanjangan diharapkan kehadiran sosok pemikir yang tercerahkan sehingga dapat mentransformasikan wajah Indonesia dan Dunia yang bersedih menjadi bahagia.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel