Kekeliruan Berpikir di Tengah Masyarakat

Hari ini saya ingin bercerita tentang sebuah fenomena berfikir yang mengakibatkan tindakan yang tak bermoral dalam kehidupan masyarakat yang menurut saya keliru dan cenderung aneh. Saya tak tahu apakah semua orang merasakan seperti yang saya rasakan atau tidak. Namun saya bisa percaya bahwa semua akan mulai menyadari dan pasti menyepakati bila saya mengungkapnya.

Keadaan yang ingin saya ceritakan adalah tentang tanggapan dan perlakuan sebagian masyarakat dalam memperlakukan hewan yang hidup berkeliaran didalam rumahnya dan sekitar pekarangannya . Semisalnya hewan sapi, kambing, kucing dan ayam Tahukah anda betapa banyaknya masyarakat yang begitu kejam terhadap hewan-hewan tersebut.

Saya memiliki pengalaman yang nyata dengan pernah melihat seekor sapi yang mata sebelahnya hancur karena dilempari dengan batu atau bisa juga dipukul oleh masyarakat. Sebab dari pelemparan itu biasanya karena seekor sapi menerobos pagar pekarangan atau pagar kebun demi memakan tumbuhan atau dedaunan yang merupakan makanan pokoknya. Demikian juga kambing dan ayam yang tak jarang kita temukan sementara berjalan dengan terkempang-kempang karena kaki atau tangannya patah karena dihantam dengan benda-benda keras.

Dan yang lebih menyedihkan dari yang saya lihat adalah keadaan seekor kucing yang kulitnya terkelupas dari bagian kepala hingga sekujur tubuhnya karena disirami air panas, atau kucing yang berjalan terseok-seok sebab patah kedua kaki karena di hantam dengan benda tumpul seperti balok atau besi bertiang. Sungguh pemandangan yang menyedihkan. Kejadian penyiraman dan pemukulan biasanya diakibatkan si kucing ketahuan mengambil makanan atau memakan sesuatu dari kepunyaan seorang warga disuatu lingkungan seperti ikan dan lain-lain.

Poin saya disini ialah, mahluk hidup seperti sapi, kambing, kucing dan ayam adalah hewan yang secara umum telah kita ketahui bahwa mereka memiliki keterbatasan dalam berpikir, hewan hanya menjalankan kehidupannya sebagaimana kodratnya. Misalnya Sapi dan kambing, makanannya hanya dedaunan, buah dan pelepah pisang, ayam makanan beras, nasi dan biji-bijian dan kucing memakan nasi maupun ikan.

Keterbatasan dari kodratnya itu pula yang membuat hewan tak akan bisa diajak berpikir sehingga tidak dapat berkompromi dengan manusia. Dengan kenyataan itu, walaupun dilakukan pelarangan dengan dipukuli hingga hampir matipun hewan tetap tak akan memakan selain dedaunan, buah dan makanan yang dikodratkan untuknya.

Sadarkah kita bahwa hewan secara fisik maupun kodrati bertolakbelakang dengan manusia. Manusia bisa berpikir, hewan tidak, manusia bisa memahami kondisi hewan, sebaliknya hewan tidak bisa memahami kemauan manusia, dan manusia bisa mencari makanan lain hewan tidak. Maka tidak heran bila hewan tetap akan datang memakan dedaunan, ikan yang menjadi makanannya sekalipun berada di pekarangan maupun didalam rumah.

Selebihnya yang ingin saya kemukakan disini adalah kesadaran warga "manusia" bahwa dalam fenomena seperti diatas yang harus dikritisi ialah manusia. Baik pemilik hewan tersebut maupun pemilik pekarangan atau kebun yang keji. Dimana bila seekor hewan berhasil mengambil atau memakan sesuatu dari kita maka yang harus disalahkan dan dikoreksi adalah cara kita menyimpan atau melindungi milik kita. Dan berpikirlah untuk lebih rasional sehingga tindakan-tindakan keji seperti diatas tidak terulangi lagi.

Kejadian-kejadian keji dan aneh akibat kesalahan berfikir ini biasanya lebih banyak ditemukan di daerah-daerah, lebih khususnya pedesaan-pedesaan. Walaupun demikian, diperkotaan juga tak kalah bengisnya. Saya tidak sekedar berargumen karena kucing adalah hewan kecintaan Rasulullah Saw ataupun sapi yang merupakan salah satu Tuhan dari agama Hindu. 

Berpikir

Saya mengemukakan ini karena resah terhadap cara berpikir orang "warga masyarakat" dalam menilai keberadaan dan memperlakukan hewan seperti mahluk yang salah sehingga pantas diperlakukan dengan keji.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel