Menganalisis serta Memproyeksikan Masa Depan Generasi Muda dan Bangsa Indonesia
Menganalisis serta Memproyeksikan Masa Depan Generasi Muda dan Bangsa Indonesia - Hasrat dan keinginan untuk menjadi negara maju dengan upaya mengembangkan sumber daya alam melalui sumber daya manusia yang siap berkompetisi di dunia sekarang. Tentunya merupakan langkah yang positif untuk menuju masa depan suatu negara, khususnya Indonesia.
Disisi lain upaya ini menunjukkan sebuah perkembangan pola pikir yang dibangun terkait pemanfaatan sumber daya yang dimiliki, sehingga manusia tidak hanya di perlakukan sama dengan alat produksi lainnya, melainkan harus diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya. Maka upaya yang harus dilakukan adalah melihat potensi sumber daya manusia (SDM) dan selebihnya membaca arah persaingan dunia dan kompetisi global sekian detik berubah dini hari.
Menurut Muis dalam bukunya yang berjudul, Wawasan dan Visi Pembangunan Abad-21 (1997), mengatakan bahwa.
"Dalam menyongsong awal milenium ketiga atau abad 21 pembangunan nasional akan dihadapkan pada banyak masalah besar di semua aspek. Semua masalah itu pada dasarnya bersumber dari pengaruh era globalisasi yang tak mungkin dapat dihindari. Jalannya pembangunan di abad 21 pasti akan sangat diwarnai oleh kemajuan dramatis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang membawa fenomena transformasi sosio-kultural di semua negara atau semua bangsa".
Secara realitas, bangsa Indonesia sesungguhnya masih harus melewati berbagai macam tantangan yang perlu untuk dituntaskan, baik persoalan internal maupun eksternal. Namun jika melihat tesis "Muis" di atas yang berkaitan dengan IPTEK, maka antitesisnya atau langka taktis yang harus dipersiapkan untuk menghadapi persaingan dengan bangsa-bangsa di dunia yang sudah mengglobal itu dengan cara melihat potensi yang aktif dan dapat diharapkan oleh bangsa Indonesia seperti generasi muda yang bisa dipercaya menuntaskan segala persoalan lewat kualitas pendidikan yang membentuk keilmuan bersistem secara baik, setidaknya harapan untuk bisa melahirkan ide-ide, gagasan dan kreativitas dari generasi muda untuk digunakan dalam mengembangkan Indonesia pada masa mendatang.
Selanjutnya jika melihat bagaimana realitas berbicara maka kita akan sepakat bahwa arah persaingan dunia kini menuju pada tajuk globalisasi yang berbasis teknologi. Siapa "negara" yang tidak mempersiapkan generasinya dengan baik akan tergerus oleh arus modernisasi. Maka pengembangan sumber daya manusia yang dilakukan haruslah berbarengan dengan peningkatan dalam penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Sebab penerapan dalam kegiatan industri, perdagangan, jasa, pariwisata dan bidang-bidang pembangunan lainnya, akan berbasis teknologi, menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi, yang siap menghadapi persaingan pasar bebas ASEAN.
Kemudian merujuk pada Amanat GBHN 1993 yang mencantumkan IPTEK sebagai salah satu Asas Pembangunan, Menegaskan bahwa agar pembangunan nasional memberikan kesejahteraan rakyat lahir batin yang setinggi-tingginya, penyelenggara perlu menerapkan nilai-nilai IPTEK, serta mendorong pengembangan, pemanfaatan, dan penguasaan IPTEK secara seksama dan bertanggung jawab dengan memperhatikan nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur bangsa.
Terkait ketersediaan generasi muda yang diharapkan dapat menghantarkan Indonesia pada arah yang lebih maju melalui kecerdasan intelektual serta pengetahuan akan IPTEK, maka menurut Anies Baswedan, "Mereka yang di sebut pemuda pun bukanlah hanya mereka yang berusia muda, tetapi pemuda adalah orang-orang yang berpikir tentang masa depan. Sebab, orang yang selalu membahas masa lalu adalah orang tua".
Maka atas dasar itu, kuantitas manusia dapat dianggap sebagai potensi bangsa, dengan banyaknya jumlah manusia, Indonesia diproyeksikan akan menuju keuntungan di dalam teori yang namanya Demografi (Demografi adalah teori yang mengatakan bahwa dengan jumlah generasi muda yang over kapasitas, diyakini generasi muda Indonesia akan menduduki kekosongan di negara-negara maju yang lebih banyak pekerja orang tuannya)
Menurut Dawam Rahardjo (1997), Hal ini juga merupakan sebagai salah satu modal dasar pembangunan nasional, penduduk yang besar jumlahnya, merupakan sumber daya manusia yang potensial dan produktif bagi pembangunan nasional. Kualitas manusia Indonesia dan masyarakat Indonesia dan penguasaan terhadap IPTEK, merupakan salah satu faktor dominan pembangunan nasional.
Menurut Muis dalam bukunya yang berjudul, Wawasan dan Visi Pembangunan Abad-21 (1997), mengatakan bahwa.
"Dalam menyongsong awal milenium ketiga atau abad 21 pembangunan nasional akan dihadapkan pada banyak masalah besar di semua aspek. Semua masalah itu pada dasarnya bersumber dari pengaruh era globalisasi yang tak mungkin dapat dihindari. Jalannya pembangunan di abad 21 pasti akan sangat diwarnai oleh kemajuan dramatis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang membawa fenomena transformasi sosio-kultural di semua negara atau semua bangsa".
Secara realitas, bangsa Indonesia sesungguhnya masih harus melewati berbagai macam tantangan yang perlu untuk dituntaskan, baik persoalan internal maupun eksternal. Namun jika melihat tesis "Muis" di atas yang berkaitan dengan IPTEK, maka antitesisnya atau langka taktis yang harus dipersiapkan untuk menghadapi persaingan dengan bangsa-bangsa di dunia yang sudah mengglobal itu dengan cara melihat potensi yang aktif dan dapat diharapkan oleh bangsa Indonesia seperti generasi muda yang bisa dipercaya menuntaskan segala persoalan lewat kualitas pendidikan yang membentuk keilmuan bersistem secara baik, setidaknya harapan untuk bisa melahirkan ide-ide, gagasan dan kreativitas dari generasi muda untuk digunakan dalam mengembangkan Indonesia pada masa mendatang.
Selanjutnya jika melihat bagaimana realitas berbicara maka kita akan sepakat bahwa arah persaingan dunia kini menuju pada tajuk globalisasi yang berbasis teknologi. Siapa "negara" yang tidak mempersiapkan generasinya dengan baik akan tergerus oleh arus modernisasi. Maka pengembangan sumber daya manusia yang dilakukan haruslah berbarengan dengan peningkatan dalam penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Sebab penerapan dalam kegiatan industri, perdagangan, jasa, pariwisata dan bidang-bidang pembangunan lainnya, akan berbasis teknologi, menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi, yang siap menghadapi persaingan pasar bebas ASEAN.
Kemudian merujuk pada Amanat GBHN 1993 yang mencantumkan IPTEK sebagai salah satu Asas Pembangunan, Menegaskan bahwa agar pembangunan nasional memberikan kesejahteraan rakyat lahir batin yang setinggi-tingginya, penyelenggara perlu menerapkan nilai-nilai IPTEK, serta mendorong pengembangan, pemanfaatan, dan penguasaan IPTEK secara seksama dan bertanggung jawab dengan memperhatikan nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur bangsa.
Terkait ketersediaan generasi muda yang diharapkan dapat menghantarkan Indonesia pada arah yang lebih maju melalui kecerdasan intelektual serta pengetahuan akan IPTEK, maka menurut Anies Baswedan, "Mereka yang di sebut pemuda pun bukanlah hanya mereka yang berusia muda, tetapi pemuda adalah orang-orang yang berpikir tentang masa depan. Sebab, orang yang selalu membahas masa lalu adalah orang tua".
Maka atas dasar itu, kuantitas manusia dapat dianggap sebagai potensi bangsa, dengan banyaknya jumlah manusia, Indonesia diproyeksikan akan menuju keuntungan di dalam teori yang namanya Demografi (Demografi adalah teori yang mengatakan bahwa dengan jumlah generasi muda yang over kapasitas, diyakini generasi muda Indonesia akan menduduki kekosongan di negara-negara maju yang lebih banyak pekerja orang tuannya)
Menurut Dawam Rahardjo (1997), Hal ini juga merupakan sebagai salah satu modal dasar pembangunan nasional, penduduk yang besar jumlahnya, merupakan sumber daya manusia yang potensial dan produktif bagi pembangunan nasional. Kualitas manusia Indonesia dan masyarakat Indonesia dan penguasaan terhadap IPTEK, merupakan salah satu faktor dominan pembangunan nasional.