Keberadaan Tuhan dalam Pemahaman Imanensi dan Transendensi

Keberadaan Tuhan dalam Pemahaman Imanensi dan Transendensi - Percakapan tentang Tuhan di dalam pergulatan filsafat sangatlah begitu serius dan tidak jarang menghadirkan perdebatan, sejak dari era awal filsafat berkembang hingga sampai ada Era Renainsance dan Modern. Dan dua paham besar yang dilahirkan dari perdebatan itu ialah pemahaman tentang istilah Transendensi dan Imanensi. Sekarang mari kita urai lebih jelas terkait pandangan dari kedua cara berpikir tersebut diatas.

1. Transendensi


Secara etimologi, Transendensi berasal dari bahasa latin yaitu, transcendere, dimana terdiri dua unsur kata " trans" yang berarti seberang, melampaui, atas. "Scandere" yang berarti memanjat. Artinya pandangan atau cara berpikir hal-hal yang melampaui apa yang terlihat, atau apa yang dapat ditemukan di alam semesta. Misalnya, pemikiran yang mempelajari sifat Tuhan yang dianggap begitu jauh, berjarak dan mustahil dipahami manusia.

Istilah Tuhan transenden adalah Tuhan yang melampaui dunia ini. Para filsuf yang memiliki ide transenden adalah Pythagoras, Plato yang mengatakan bahwa Allah yang transenden memiliki sifat bertolak belakang dengan Allah yang imanen.

Menurut para filsuf yang mengemukakan pemahaman Transendensi, Tuhan mestilah berada diluar jangkauan alam semesta sehingga tidak dipenuhi keterbatasan. Sebab dengan begitu jauh tidaklah hadir akan sebuah keraguan dan tentunya akan di hormati. Pemahaman ini tentu saja berbedah dengan cara berpikir dengan Imanen yang memandang Tuhan yang di haruskan berada dalam alam semesta sehingga turut mengambil bagian dalam mengatur kehidupan manusia. 

Terlebih agar manusia dapat lebih akrab dengan Tuhannya. Namun pendapat itu dibantah dengan tanggapan dari paham Transendensi yang memandang bahwa hal seperti diatas "membatasi Allah yang maha kuasa atas kehidupan manusia dan kehilangan misterinya.

Selebihnya transendensi memandang bahwa sesuatu yang berada di dalam alam otomatis berpontensi dapat diketahui keberadaannya secara inderawi. Dimana dengan berkembangnya teknologi disaat ini semua itu bisa terjadi. jika demikian begitu, maka Tuhan yang di kultuskan itu telah jatuh dari syarat ketuhanannya.

2. Imanen/Imanensi

Imanen atau imanensi sendiri adalah paham yang menekankan berpikir dengan diri sendiri atau subjektif. Istilah imanen berasal dari Bahasa latin Immanere yang berarti "tinggal di dalam" . Kata yang pertama kali diajukan oleh filsuf Aristoteles dengan arti "batin" dari suatu objek, fenomena dan dikembangkan oleh filsuf Imanuel Kant hingga berlaku sampai sekarang.

Dalam filsafat ketuhanan yang sering menjadi objek pengkajian Tuhan. Imanen diartikan sebagai pemahaman yang memandang bahwa Tuhan berada dalam struktur alam semesta dan turut mengambil andil dalam proses-proses kehidupan manusia.

Secara khusus, pemahaman Imanen lebih terbatas pada pengalaman manusia atau tidak dapat di empiriskan seperti kata filsuf Davidi Hume dalam bukunya yang membicarakan bidang-bidang atau aliran agama, menuliskan bahwa pemahaman imanensi sangatlah terlihat dalam ajaran aliran panteisme yang khusus menentang ajaran transendensi.

Terlebih dalam pandangan imanensi, hal demikian haruslah terjadi sehingga manusia lebih akrab dengan Tuhan dalam menjalani kehidupan. Dalam teologi kristen gambaran Imanen dapat dilihat pada konsep Trinitas, dengan begitu dekatnya Allah dengan gambaran dari ketiga unsur yang dapat begitu dekat dengan manusia.

Di mana tuhan berada

Demikianlah penjelasan singkat terkait pemahaman yang dibangun dari kedua cara berpikir dalam memahami tuhan ini. Penjelasan ini bukanlah sebuah langka kotor mencari mana yang lebih benar di dalamnya. Melainkan sebuah bentuk upaya mengajukan bahan refleksi bagi individu-individu sehingga dapat dengan jelas menentukan sikap dalam memahami Tuhan-nya. Terima kasih.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel