Pemikiran Al Ghazali dalam bukunya Tahafut Al Falasifah

Al Ghazali memiliki nama lengkap yakni, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al Ghazali Ath-Tusi Asy-syafii. Al Ghazali adalah seorang Filsuf dan Teolog muslim Persia, yang lahir pada 1058 M/450 H di Thus dan meninggal di Thus pada tahun 1111 M/ 14 Jumadil akhir 505 H.

Filsuf zaman keemasan Islam yang dikenal dalam dunia barat dengan nama Algazel ini, diketahui memiliki minat utama seperti, Filsafat Islam, Teologi, Logika, Psikologi, Kosmologi, Fiqih dan Sufisme. serta gagasan-gagasan pentingnya ialah Skeptisisme dan Okasionalisme. dengan gambaran yang demikian Al Ghazali dinobatkan secara gamblang oleh komentator Filsafat sebagai, Ulama, Ahli Filsafat, Ahli pikir Islam terkemuka yang memberikan kontribusi bagi perkembangan kemajuan manusia.

Dalam bukunya Tahafut al falasifah adalah karya terpopuler yang melambungkan nama Abu Hamid Al-Ghazali sebagai salah seorang pemikir utama dari garis panjang kesejarahan islam. Sesuai dengan posisinya sebagai penjaga serta pembela umat, maka dalam buku ini, Al-Gazali menjelaskan dengan secara detail kerancuan-kerancuan yang ada dan terus di dengungkan oleh para filsuf-filsuf yang dilesakkan pada umat yang dalam pandangan Al-Gazali sungguhlah tidak sesuai dengan keinginan agama islam.

Dalam karyanya ini, Al-Ghazali berpijak pada basis keilmuan yang begitu telah mengakar kuat dari tradisi teologis atau kalam. Dengan itu Al-Ghazali membedah dan menelanjangi kekeliruan para filsuf. Dimana didalam bukunya ini ia mengatakan dengan kutipan "Dan kami tidak menetapkan dalam buku ini, kecuali mendustakan mazhab para filsuf. Sedangkan untuk mengafirmasi mazhab yang benar, kami akan menyusun sebuah buku yang kami beri judul Qawa'id ai-Aqaid. sebagaimana kami melakukan dekonstruksi dengan buku Tahafut Al Falasifah.

Buku yang memotret banyak dari doktrin mazhab para filsuf terdahulu sebagaimana adanya ini. Berupaya membuat orang-orang yang menjadi ateis atas dasar taklid sekiranya dapat melihat jelas bahwa semua cabang pengetahuan baik klasik maupun kontemporer sepakat untuk meyakini keberadaan Allah dan juga akhirat. 

Ditujukan juga kepada mereka agar dapat menyadari perdebatan-perdebatan yang muncul hanya terkait dengan detail persoalan diluar dua kutub keyakinan dasar tersebut. Di titik inilah letak urgensi kehadiran para nabi yang telah dibekali mukjizat.

Di dalam buku Tahafut Al Falasifah ini juga termuat kritik terhadap mereka "para filsuf" dari sikap berlebihan, seperti anggapan bahwa berpegang pada kekafiran secara taklid menunjukan tingginya kualitas pemikiran dan kecerdasan mereka, karena terbukti bahwa para filsuf yang dianggap sebagai panutan mereka ternyata telah keluar dari syariat atau pengingkar syariat. Sehingga buku ini bermaksud menyingkap anggapan-anggapan tidak berdasar serta kekeliruan-kekeliruan dalam perbedaan pendapat menyimpang yang bisa menyebabkan orang lain tersesat dari jalan kebenaran.

Selebihnya dalam uraiannya tentang ilmu alamiah dan ilmu ilahi dengan melihat relasi antara alam dengan tuhan, Al-Ghazali melontarkan kritiknya terhadap para filsuf yang menggabungkan ilmu alamiah dan ilmu ilahi seolah-olah merupakan satu jenis disiplin ilmu. Bagi Al-Ghazali diantara para filsuf tersebut ialah Filsuf Ibnu Sina yang melalui bukunya yang berjudul Al-Isyarat Wa at-Tanbihat. Berupaya mengulas kedua jenis ilmu diatas dengan mengambil bagian-bagian yang sama dari keduanya sehingga para pembaca tidak menemukam titik perbedaan antar keduanya.

Sepanjang hidupnya, Al Ghazali memiliki beberapa karya-karya yang paling fenomenal dan berpengaruh dari sebagian besar karyanya yang menghiasi warna dari aktivitas berfikirnya serta menjadi rujukan bagi sebagian besar kehidupan setelahnya. Karyanya dapat dikategorikan sebagai berikut.

Pertama, dalam bidang Tasawuf/Sufisme yaitu, Kitab Ihya Ulumuddin (kebangkitan ilmu-ilmu agama), Kitab Misykah Al-Anwar dan Kimiya As-Sa'adah (kimia kebahagiaan).

Al Ghazali

Kedua, dalam bidang Filsafat adalah Kitab Tahafut al- falasifah (kerancuan berfikir dalam filsafat), Al Qistas Al Mustaqim (keseimbangan yang adil) yang dikenal melahirkan metode berfikir logis "logika", Mi'yar Al-Ilm buku yang menjelaskan secara sistematis cara berfikir logika Yunani, Mihakk Al-nazar fi Al-Mantiq (Ujian penalaran dalam logika).

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel