Kisah Hidup seorang Ibnu Sina (Aviccena)
Ibnu Sina adalah seorang Filsuf abad pertengahan, Ilmuwan dan Tabib (dokter) Islam yang lahir pada tahun 980 M, di Afsyahan daerah dekat Bukhara sekarang Negara Uzbekistan, pada masa Dinasti Samaniyah dan wafat pada bulan Juni tahun 1037 di Hamadan, Persia.
Perjalanan panjang kehidupan Filsafatnya telah dimulai ketika masih kanak-kanak karena sejak itu Ibnu Sina mulai diperkenalkan dan telah akrab dengan pembahasan ilmiah melalui penuturan ayahnya. Dengan begitu, cara berpikir dan kecerdasannya telah terbentuk. Di kisahkan bahwa salah satu dari gurunya pernah menasehati ayahnya agar tidak mempekerjakan anaknya (Ibnu Sina) apapun, selain belajar dan menimba ilmu.
Nasehat dari gurunya-pun terbukti ketika di usianya yang baru beranjak 10 tahun, Ibnu Sina telah hafal Al-Qur'an dan di usia muda 21 tahun ia telah menjadi intelektual muda yang menguasai banyak bidang ilmu hingga dikenal banyak orang dan menjadi seorang filsuf yang memiliki kontribusi dibidang kedokteran sampai sekarang, bukan hanya pada dunia Islam namun sampai di daratan Eropa "dunia Barat". Dimana di dunia barat Ibnu Sina dikenal dengan nama Aviccena.
Selain menjadi filsuf dan tabib ternama Ibnu Sina merupakan seorang penulis produktif yang hampir seluruh karyanya berbicara tentang Filsafat dan Kedokteran. Ibnu Sina yang dikenal dengan nama Avicenna di dunia barat ini, memiliki 450 karya dan dari semua karya hebatnya, terdapat dua karya besar tentang Kedokteran yang berjudul Al-Qanun fi At-Tibb (kaidah kedokteran) dan Kitab Al-Sifa (jilid penyembuhan). Dari kedua karya hebatnya itulah yang membuat dirinya dijuluki sebagai (Bapak kedokteran modern). Sebab karyanya telah menjadi rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad lamanya.
Terlebih semasa hidupnya Ibnu Sina sangat aktif dalam kegiatan akademisnya yang bertepatan dengan masa keemasan Islam. Adapun bidang ilmu yang menjadi minat utamanya ialah seperti bidang Filsafat, Ilmu Kalam, Sastra dan Sains. Dalam dunia Filsafat, Ibnu Sina memfokuskan kajiannya terkait pada Logika yang dapat diamati dari bukunya yang berjudul, Mantiq Al-masyriqin (logika timur) dan (As Syifa, kitab Etika dan Metafisika) yang terdiri dari 18 jilid berupa berbagai macam ilmu pengetahuan didalamnya.
Ibnu Sina dalam kehidupan filsafatnya mengalami dua masa, periode pertama, Ibnu Sina adalah seorang penganut faham Filsafat Parapatetik dan dikenal sebagai penerjemah pemikiran filsafat Aristoteles. Periode kedua ialah ketika dirinya menarik dirinya dari aliran parapatetik dan mulai menunjukkan dirinya yang cenderung pada pemikiran iluminasi.
Perjalanan panjang kehidupan Filsafatnya telah dimulai ketika masih kanak-kanak karena sejak itu Ibnu Sina mulai diperkenalkan dan telah akrab dengan pembahasan ilmiah melalui penuturan ayahnya. Dengan begitu, cara berpikir dan kecerdasannya telah terbentuk. Di kisahkan bahwa salah satu dari gurunya pernah menasehati ayahnya agar tidak mempekerjakan anaknya (Ibnu Sina) apapun, selain belajar dan menimba ilmu.
Nasehat dari gurunya-pun terbukti ketika di usianya yang baru beranjak 10 tahun, Ibnu Sina telah hafal Al-Qur'an dan di usia muda 21 tahun ia telah menjadi intelektual muda yang menguasai banyak bidang ilmu hingga dikenal banyak orang dan menjadi seorang filsuf yang memiliki kontribusi dibidang kedokteran sampai sekarang, bukan hanya pada dunia Islam namun sampai di daratan Eropa "dunia Barat". Dimana di dunia barat Ibnu Sina dikenal dengan nama Aviccena.
Selain menjadi filsuf dan tabib ternama Ibnu Sina merupakan seorang penulis produktif yang hampir seluruh karyanya berbicara tentang Filsafat dan Kedokteran. Ibnu Sina yang dikenal dengan nama Avicenna di dunia barat ini, memiliki 450 karya dan dari semua karya hebatnya, terdapat dua karya besar tentang Kedokteran yang berjudul Al-Qanun fi At-Tibb (kaidah kedokteran) dan Kitab Al-Sifa (jilid penyembuhan). Dari kedua karya hebatnya itulah yang membuat dirinya dijuluki sebagai (Bapak kedokteran modern). Sebab karyanya telah menjadi rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad lamanya.
Terlebih semasa hidupnya Ibnu Sina sangat aktif dalam kegiatan akademisnya yang bertepatan dengan masa keemasan Islam. Adapun bidang ilmu yang menjadi minat utamanya ialah seperti bidang Filsafat, Ilmu Kalam, Sastra dan Sains. Dalam dunia Filsafat, Ibnu Sina memfokuskan kajiannya terkait pada Logika yang dapat diamati dari bukunya yang berjudul, Mantiq Al-masyriqin (logika timur) dan (As Syifa, kitab Etika dan Metafisika) yang terdiri dari 18 jilid berupa berbagai macam ilmu pengetahuan didalamnya.
Ibnu Sina dalam kehidupan filsafatnya mengalami dua masa, periode pertama, Ibnu Sina adalah seorang penganut faham Filsafat Parapatetik dan dikenal sebagai penerjemah pemikiran filsafat Aristoteles. Periode kedua ialah ketika dirinya menarik dirinya dari aliran parapatetik dan mulai menunjukkan dirinya yang cenderung pada pemikiran iluminasi.
Berkaitan dengan pengakuan atas kontribusinya dalam bidang filsafat. Menurut seorang Albertos Magnus (1200-1280) ilmuwan Jerman yang diakui sebagai penyusun lengkap pemikiran filsafat Aristoteles dan dikenal sebagai seorang perintis utama yang mengawinkan pemikiran Kristen dengan pemikiran filsafat Aristoteles pernah mengatakan bahwa "ia mengenal pemikiran Aristoteles Filsuf besar Yunani itu, dari buku-buku yang dituliskan Ibnu Sina, dan diapun mengakui bahwa metafisika Ibnu Sina adalah ringkasan dari tema-tema filsuf yang kebenarannya diakui selama berabad-abad".