Jacques Derrida dan Pemikiran Dekonstruksinya

Jacques Derrida merupakan seorang filsuf Kontemporer kelahiran Aljazair, pada tanggal 15 Juli 1930. Namun lebih dikenal sebagai seorang Filsuf Prancis. Derrida sendiri menghembuskan nafas terakhirnya di kota Paris, Prancis pada 8 Oktober tahun 2004.

Pada tahun 1949 atau setelah berakhirnya Perang Dunia II, Jacques Derrida pindah ke Prancis dari Aljazair dan mulai mempelajari filsafat demi menunjang niatnya mengikuti tes Filsafat untuk dapat masuk kedalam sekolah bergengsi di Prancis yang bernama Ecole Normale Superieure. Meskipun mengalami kegagalan di ujian pertamanya, Derrida kembali mengikuti tes dan baru lulus di ujian kedua kalinya di tahun 1952.

Selama menempuh pendidikan di sekolah bergengsi tersebut, Derrida lebih banyak menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mempelajari dan mendalami pemikiran seorang Hegel yang menjadi tujuannya untuk merampungkan Tesis Doktoral-nya. Walaupun Tesisnya berjudul The Ideality of the Literary Object itu tidak pernah rampung.

Secara pemikiran Jacques Derrida sangat dipengaruhi oleh pemikiran dari Filsuf Jerman, Edmund Husserl yang merupakan seorang Bapak Fenomenologi dan Ferdinand de Saussure seorang Bapak Linguistik Modern dan Semiotika asal Swiss. 

Dimana dari pengaruh kedua filsuf diatas, Derrida kemudian menerbitkan buku pertama yang datang dari terjemahan karya Edmund Husserl yang The Origin of Geometry dan buku lainnya yang berjudul Of Grammatology. atau buku yang memuat pandangannya terkait pemikiran Ferdinand de Saussure tentang Definisi Bahasa.

Selebihnya pemikiran besar yang dibangun Derrida ialah yang dikenal dengan Dekonstruksi. Dekonstruksi secara etimologis memiliki makna seperti, mengurai, melepaskan dan membuka. Secara praktis Dekonstruksi merupakan sebuah metode pembacaan teks yang menekankan bahwa teks selalu memunculkan anggapan yang kontekstual dan selalu selalu sejalan dengan kontruksi sosial. Artinya teks tidak memunculkan anggapan absolut, apalagi anggapan-anggapan yang mengacu pada makna final. Sebab bagi metode dekonstruksi anggapan-anggapan tersebut hadir seperti jejak yang bisa dirunut pembentukannya dalam sejarah.

Menurut Derrida, kebiasaan membaca kita selalu cenderung untuk melepaskan teks dari konteks, dengan begitu kita akan kehilangan jejak yang selalu menghadirkan makna final. Ini yang disebut Derrida sebagai Logosentrisme. Maka Derrida menghadirkan metode Dekonstruksi yang tidak lepas dari konteks sehingga kita dapat kritis terhadap teks.

Nah terdapat tiga poin penting Dekonstruksi Derrida. Pertama, dekonstruksi seperti halnya perubahan yang terjadi terus-menerus dan ini terjadi dengan cara yang berbeda untuk mempertahankan kehidupan. Kedua, dekonstruksi terjadi dalam sistem-sistem yang hidup, termasuk bahasa dan teks. Ketiga, dekonstruksi bukan suatu kata, alat maupun teknik yang digunakan dalam suatu kerja setelah fakta yang tanpa suatu subyek interpretasi.

Dalam aktivitasnya, Derrida selalu berupaya meneliti tentang teori-teori pengetahuan yang menurutnya dapat dibantah, dengan kata lain dapat membuat teori baru, asalkan teori baru tersebut dapat terbukti kebenarannya dan bisa dipertanggungjawabkan.


Atas dasar itulah, pemikiran dekonstruksi nantinya menjadi salah satu kunci utama dalam pemikiran Postmodernisme. Dimana dekonstruksi Derrida inilah yang memberikan sumbangsih perubahan mengenai teori-teori tentang pengetahuan dari teks-teks pemikiran Modernisme yang dianggap terlalu kaku dan kebenarannya tak bisa dibantah. Terimakasih

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel