3 Materi Bacaan yang Dapat Mempertajam Daya Analisis

Sebelum memulai uraian singkat ini saya ingin mengatakan bahwa ini adalah ungkapan yang cukup subjektif karena datang dari pengalaman saya pribadi. Alasan kenapa saya menuliskan atau mengemukakan perihal ini. Itu semua karena seringkali ditanyakan oleh beberapa orang kenalan saya. Apa yang harus dipelajari sehingga daya analisis atau daya penalaran teratur dan tepat ? 

Responsibilities saya berkata jika saya menjawab maka saya akan terlihat sombong dan sebaliknya jika saya tidak menjawab maka pertanyaan kedua, ketiga akan bermunculan. Akhirnya saya memutuskan untuk menjawab dengan mengemukakan tahapan seperti di bawah ini.

1. Mempelajari Paradigma


Kata Paradigma pertama kali di pakai pada abad pertengahan di Inggris yang merupakan kata serapan dari bahasa latin di tahun 1483 yaitu Paradigma yang berarti suatu Model atau Pola, dan didalam bahasa Yunani memiliki dua unsur kata yakni, Para deigma. Para yang berarti Membandingkan, Bersebelahan dan deigma yang berarti Memperlihatkan.

Paradigma secara disiplin intelektual adalah cara pandang orang terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya berpikir kognitif, bersikap efektif dan bertingkah laku konatif. Seperti yang di definisikan oleh Steven Covey dalam bukunya yang berjudul, 7 Habits of Highly Effective People. Bahwa Paradigma sebagai cara kita memandang sesuatu diantaranya, Pandangan kita, Kerangka acuan kita atau keyakinan kita.

Paradigma adalah seperti kacamata, Steven Covey merangkumnya dalam 4 bentuk umum yaitu, Paradigma tentang umum, Paradigma tentang diri sendiri, Paradigma tentang orang lain dan Paradigma tentang kehidupan.

Nah atas dasar itu, paradigma juga dapat diartikan sebagai seperangkat asumsi, konsep, nilai dan praktik yang diterapkan dalam memandang realitas pada sebuah komunitas yang sama, khususnya dalam disiplin intelektual. Maka dengan begitu paradigma adalah salah satu disiplin ilmu yang wajib dipelajari dan dipahami jika ingin mempertajam daya analisis.

2. Mempelajari Logika


Logika adalah salah satu cabang dari Filsafat yang berasal dari kata Yunani kuno yang berarti, Hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.

Sebagai ilmu, logika episteme atau ilmu logika adalah proses yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat dan teratur. Terlebih ilmu disini mengacu pada kemampuan Rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan kedalam tindakan. dengan kata lain, sebagai ilmu pengetahuan logika merupakan ilmu pengetahuan yang objek materialnya adalah berfikir dengan penalaran dan objek formal logika adalah penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya.

Logika sendiri terbagi menjadi dua yakni : 

1. Logika alamiah


Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subjektif. Kemampuan ini dikatakan telah ada sejak manusia itu lahir karena dapat dipelajari dari kehidupan nyata seseorang itu sendiri.

2. Logika ilmiah


Logika alamiah adalah logika yang bekerja memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi. Dengan begitu logika ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan asas-asas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Dan dari logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja lebih teliti, lebih tepat, lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah dimaksudkan untuk menghindari kesesatan berpikir atau setidaknya mengurangi kesesatan tersebut.

Dasar-dasar logika yang selalu dipakai sebagai sandaran ialah, penalaran deduktif dan penalaran induktif. Penalaran deduktif atau bisa juga disebut logika deduktif adalah penalaran yang dibangun dengan mengevaluasi argumen deduktif. Argumen dikatakan jika kebenaran kesimpulan ditarik dari umum ke khusus atau merupakan konsekuensi logis dari premis-presmis umum ke khusus. Sebuah argumen deduktif dikatakan valid jika dan hanya bila kesimpulannya merupakan konsekuensi logis dari premis-presmisnya. berikut contoh argumen deduktif.

Premis 1 : Setiap mamalia punya sebuah jantung

Premis 2 : Semua kuda adalah mamalia

Premis 3 : Setiap kuda punya sebuah jantung ( kesimpulan benar)

Berikut penalaran Induktif atau lebih dikenal logika induktif yang merupakan penalaran yang berangkat dari serangkaian fakta-faktak khusus untuk mencapai kesimpulan umum. Atau secara sederhana dapat dikatakan penarikan kesimpulan dari khusus ke umum. Berikut contoh penarikan kesimpulan dari fakta-fakta khusus ke kesimpulan umum.

Fakta 1 : Kuda Sumba punya sebuah jantung

Fakta 2 : Kuda Australia punya sebuah jantung

Fakta 3 : Kuda Amerika punya sebuah jantung

Fakta 4 : Kuda Inggris punya sebuah jantung

Fakta 5 : Setiap kuda punya sebuah jantung (kesimpulan umum)

Jika ditinjau dari kedua penalaran diatas, maka kita dapat mengatakan bahwa upaya komparasi pun telah digunakan untuk menarik kesimpulan yang valid lewat premis umum maupun dari fakta-fakta khusus.

3. Mendalami Filsafat


Kata Filsafat berasal dari bahasa Yunani, Philosophia yang terdiri dari dua unsur kata Philo yang berarti cinta dan Sophia yang berarti Kebijaksanaan. Ilmu filsafat tidak terbatas atau tidak hanya mencakup dan fokus di satu bidang saja, melainkan Filsafat adalah upaya untuk mendorong melampaui keterbatasan manusia untuk mempelajari semua ilmu-ilmu pengetahuan.

Mempelajari filsafat, maka tentu bukan hanya melakukan penelitian atau pengkajian saja, akan tetapi juga mengemukakan ide, mencari jawaban dari setiap persoalan yang muncul dalam benak manusia dan memberikan alasan atau jawaban yang tepat. 

Terlebih didalam Filsafat tidak ada bentuk teks yang mutlak, semuanya selalu kontekstual dalam kontruksi sosial, maka dengan keradikalannya, Filsafat mengajukan pertanyaan kepada setiap hal yang dikatakan benar maupun mutlak, karena bagi Filsafat makna atau fungsinya segala sesuatu dapat berubah seiring berjalannya waktu.

Filsafat mempunyai perangkat yang cukup banyak dan beragam yang dapat ditemukan untuk setiap kebutuhan berpikir kita. Filsafat sebagai bidang ilmu yang mempertanyakan segala hal yang terlihat maupun tidak terlihat dengan indera. Menunjukkan sikap yang menawarkan kita agar memiliki kemampuan berpikir secara kritis, radikal, universal dan sistematis.


 Demikianlah uraian dari saya yang cenderung subjektif ini. Semoga tidak menyinggung sebagian dari kita. Terimakasih

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel