Mengenal Filosof Besar Aliran Rasionalisme

Aliran Rasionalisme adalah doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran haruslah ditentukan atau didapatkan melalui pembuktian akal atau logika dan kajian berdasarkan fakta dan bukan berdasarkan pengalaman inderawi. Secara sederhana aliran Rasionalisme memegang prinsip bahwa semua sumber pengetahuan berasal pada rasio atau akal pikiran manusia.

Demikan juga pengertian dalam Wikipedia yang mengatakan bahwa. Rasionalisme atau gerakan Rasionalis adalah doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran haruslah ditentukan atau didapatkan melalui pembuktian, logika dan analisis yang berdasarkan fakta, bukan berasal dari pengalaman inderawi.

Berikut adalah beberapa biografi dari tokoh-tokoh yang beraliran filsafat rasionalisme :

1. Rene Descartes (1596-1650 M)

Rene Descartes seorang filsuf asal Prancis yang dijuluki sebagai ' Bapak Filsafat Modern. Rene Descartes ahli dalam ilmu Alam, ilmu hukum. Maka dari itu Descartes mengatakan ilmu pengetahuan harus mengikuti langkah-langkah ilmu pasti, karena ilmu pasti dapat dijadikan model mengenai ilmu pengetahuan secara dinamis. 

Descartes yang melihat para filsuf-filsuf sebelumnya hanya pada tahap mengomentari pemikiran Plato dan Aristoteles, yang baginya sangatlah membingungkan dan membuatnya mulai meragukan pemikiran mereka, hingga akhirnya terpikirkan olehnya untuk sesuatu yang baru dalam dunia Filsafat, sesuatu yang berdiri sendiri diatas metodenya sendiri pula.

Beranjak dari situlah, Descartes mendirikan aliran rasionalisme yang lebih menekankan pikiran sebagai sumber utama pengetahuan dan memegang otoritas akhir dari penentuan kebenaran. Dimana Descartes menepikan fungsi indera dalam hal menemukan kebenaran. 

Menurutnya, manusia dengan akalnya memiliki kemampuan untuk mengetahui struktur dasar dari alam semesta secara Apriori, dan menyatakan bahwa sumber pengetahuan manusia adalah akal dan ide. Baginya, indera hanya menipu, maka akallah satu-satunya yang harus menjadi panutan pertama dalam merumuskan suatu kebenaran.

Sebagai contoh, ketika seseorang memasukkan bolpoin kedalam air, maka bulpen tersebut terlihat bengkok, walaupun pada kenyataannya bulpen tersebut tidaklah bengkok. Dari kekeliruan itulah, Descartes menarik kesimpulan bahwa indera sangatlah menipu. Descartes mengatakan bahwa manusia yang memperoleh pengetahuan karena melalui kegiatan akal yang menangkap objek. Dengan demikian Descartes membagi potensi akal menjadi dua macam.

Pertama, akal praktis, yang berfungsi mengendalikan gerak badan dan tingkah laku seseorang. Sebab akal praktis inilah yang menerima persepsi inderawi

Kedua, akak teoritis, yang dikhususkan berkenan dengan persepsi dan epistemologi, Sebab akal teoritislah yang menghasilkan kebenaran atau kelogisan dari suatu ilmu pengetahuan.

2. Spinoza (1632-1677 M)

Baruch Spinoza atau yang lebih dikenal Spinoza merupakan seorang pengikut Rasionalisme Descartes yang lahir pada tanggal 24 November tahun 1632 dan menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 21 Februari 1677.

Spinoza yang hidup di pinggiran kota Amsterdam Belanda mengalami berapa kali kejadian pengejaran Kristen ortodoks yang tidak menyukai keinginan Spinoza untuk berpikir bebas dan melihatnya sebagai seorang yang ateis.

Spinoza yang menjadi pengikut setia dari Rene Descartes, memandang sesuatu itu dikatakan benar jika melalui akal. Dan Spinoza sendiri memiliki cara berpikir yang tergambar dalam pendapatnya yaitu, kebenaran itu berpusat pada pemikiran dan keluasan. pemikiran adalah jiwa, sedangkan keluasan adalah tubuh yang eksistensinya berbarengan.

Spinoza dikenal dengan pemikirannya yang disebut Panteisme, yaitu pemikiran yang membicarakan hanya ada kebenaran dan atau subtansi yaitu, Tuhan. Dimana satu subtansi ini meliputi baik dunia maupun manusia, sebab dalam Panteisme, Tuhan disamakan dengan segala sesuatu yang ada.

3. Leibniz (1646-1716 M)

Gottfred Leibniz lahir di kota Leipzig, Sachsen Jerman, pada tahun, 1646 dan wafatnya pada tahun 1616. Dalam keluarga yang cukup terpelajar, bapaknya merupakan seorang ahli hukum dan seorang profesor dalam bidang etika dan ibunya adalah putri seorang ahli hukum pada masa itu.

Leibniz juga merupakan pengikut Rasionalisme Descartes seperti Spinoza. Dari itu, Spinoza menerima subtansi yang dikemukakan oleh Spinoza namun menolak tidak menerima paham serbatuhan "Panteisme" dari Spinoza. Sebab baginya, alam semesta ini mekanistis dan keseluruhan bergantung pada sebab, karena sesuatu terjadi untuk suatu tujuan, maka sesuatu haruslah memiliki alasan, bahkan tuhan juga harus memiliki alasan untuk setiap yang diciptakannya.

 



Demikianlah penjelasan singkat tentang biografi dari 3 filsuf beraliran filsafat rasionalisme diatas. Secara praktis sejarah Rasionalisme sesungguhnya telah berusia tua, sebab telah dimulai pada masa filsu Thales dan berlanjut digunakan dengan begitu jelas oleh filsuf Socrates, Plato dan Aristoteles untuk membungkam mulut para kaum Sofis pada masanya, dan berakhir pada masa modern dengan kehadiran filsuf seperti Descartes yang mulai menamai praktik ini dengan aliran filsafat Rasionalisme dan Spinoza beserta Leibniz yang mulai hadir memperluas ruang lingkup kajian tentang aliran rasionalisme yang kita ketahui hingga sekarang. Terimakasih

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel