5 Istilah Politik Terbaru di Indonesia yang Terbilang Lucu

Kali ini bukanlah tulisan serius yang memaksa penalaran yang konstruktif dari pembaca, apalagi yang menguras energi dan menarik urat leher kita. Saat ini kita akan membicarakan keseriusan dengan balutan humor yang menggelitik perut dalam perjalanan Politik Indonesia. Mulai dari perang kata-kata dan istilah yang muncul pada kontestasi politik Indonesia beberapa tahun belakangan.

Politik Indonesia dengan ketidakpastian politiknya membuat siapa saja bisa dapat mengamati dan berargumen, kenyataan demikianlah yang membuat pengamat politik lebih banyak dari pengamat ekonomi atau pengamat sepakbola.

Dan dengan ketidakpastian diatas maka Politik di Indonesia diibaratkan :

"Bagaikan badai puting beliung yang berubah-ubah tidak terkirakan dan tidak dapat diduga dengan tepat. Bahkan perubahannya bisa hanya dalam hitungan detik, sedetik anda melihat suhu politik yang memanas, sedetik kemudian mulai menurun tensi politik di tengah masyarakat".

Dengan begitu Politik di Indonesia hampir tidak memiliki pola akibat dari pembacaan arah politik yang sulit di tebak ini. Fakta itulah yang membuat ilmu politik terasa lebih sulit daripada ilmu matematika dan kimia.

Kenyataan ini sejalan dengan pendapat Nusa putra (2015) yang mengibaratkan:

"politik Indonesia itu mirip betul dengan air sabun tak pernah jernih dalam waktu yang agak lama, keruh dan penuh lendir dan busa, licin dan menggelincirkan. Dan juga mengibaratkan seperti anak kecil, sebentar bisa jadi teman, sebentar lagi bisa jadi musuh".

Istilah-istilah baru dalam Politik Indonesia


Perang kata-kata atau perang sebutan terhadap lawan politik yang menjadi headline di media massa begitu beragam tentu dari kita pasti telah mendengarnya, sadarkah kita di balik perang urat saraf itu ada kelucuan yang terkandung didalamnya. Berikut istilah yang menjadi instrumen politik namun memacu kita untuk tertawa dengan serius :

1. Politik Genderuwo

Istilah politik Genderuwo pertama kali menjadi headline media massa ketika Pak Jokowi mamakai istilah Genderuwo dalam pidatonya ketika membagikan Sertifikat tanah untuk masyarakat Tegal, Jawa Tengah hari Jumat 9/11/2018. untuk menggambarkan perilaku politik yang tak beretika seperti ini perkataan Pak Jokowi " cara-cara seperti ini adalah cara-cara politik yang tidak beretika, masa masyarakatnya sendiri dibuat ketakutan? Itu namanya politik Genderuwo, politik menakut-nakuti'.

Sebagai pengetahuan bahwa Genderuwo dalam mitos Jawa adalah sejenis bangsa Jin atau mahluk halus yang tumbuh rambut di sekujur tubuh dan memiliki badan kekar dan kulit hitam kemerahan. Sampai detik ini publik masih bertanya kepada siapa kata Genderuwo ini ditujukan. Bisa jadi anda yang membaca haha

2. Politik sontoloyo

Sontoloyo dalam pengertian Wikipedia adalah sebutan bagi pemilik pekerjaan menggembala itik. Mengembala itiknya kesana kemari mencari lahan sawah yang tela selesai panen. Dan kata sontoloyo didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya konyol, tidak beres, bodoh.

Istilah Politik Sontoloyo ramai menjadi perbincangan karena untuk kesekian kalinya keluar sendiri dari mulut Pak Jokowi ketika berpidato dalam pembagian 5.000 sertifikat tanah di tempat yang berbeda, tepat di Lapangan Sepakbola Ahmad Yani, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Mari kita lihat apa yang dimaksudkan Pak Jokowi dengan Politik Sontoloyo dalam pidatonya. " Hati-hati banyak politik yang baik, tapi juga banyak sekali politik yang Sontoloyo. Ini saya ngomong apa adanya saja sehingga mari kita saring, kita filter mana yang betul dan mana yang tidak betul, karena masyarakat akhir ini semakin matang dalam berpolitik"

3. Istilah kecebong

Diawali dengan kegemaran Pak Jokowi memilihara kodok ketika awal menjabat sebagai gubernur. Kemudian lebel kecebong atau cebong di tempelkan pada penggemar dan pengikut Pak Jokowi sejak Pilpres 2014. Maka jika anda pendukung Pak Jokowi maka di punggung anda tertulis kecebong. Hehe

4. Istilah Kampret 

Dimaksudkan kepada partai pendukung Prabowo di tahun 2014 yang menamai mereka dengan KMP. berikutnya singkatan KMP di pelesetkan oleh lawan politik dengan menuliskan "KMPret" atau Kampret yang memiliki pengertian "anak kelelawar dalam istilah jawa". Dengan kata lain jika anda peminat Pak Prabowo maka anda dapat disebut Kampret hehe.

5. Tampang Boyolali

Istilah tampang Boyolali menjadi ramai ketika di suatu moment pidato Pak Prabowo Subianto. Pidato tentang kondisi ekonomi negara dan ketimpangan dalam masyarakat.

" Saya keliling Jakarta saya lihat gedung mewah, gedung-gedung menjulang tinggi, hotel-hotel mewah.

Tapi saya yakin kalian tidak pernah masuk hotel-hotel tersebut, betul?, kalian klau masuk mungkin kalian di usir, tampang kalian tampang tidak orang kaya, tampang kalian, tampang Boyolali"

Akibat dari pemakaian istilah ini masyarakat Boyolali tidak menerima dan gelombang massa mulai hidup dijalanan yang dipimpin langsung Bupati Boyolali Seno Samodro kala itu. Massa menuntut Pak Prabowo meminta maaf kepada warga Boyolali.

Maka untuk siapapun yang masuk hotel-hotel kemudian di usir berarti anda tampangnya, tampang ?

Hehe tampang Indonesia lah ! Kan di Indonesia kita semuanya masih miskin. 

Istilah Politik Terbaru di Indonesia yang Terbilang Lucu

Demikianlah sebagian kelucuan dari beribuan kelucuan dari Politik Indonesia dewasa kini yang mengalami perubahan dalam permainan isu dan pemakaian kata yang menggambarkan situasi politik yang dinilai sebagai salah satu cara untuk memenangkan pertarungan merebut kekuasaan politik di Indonesia.

Awin Buton

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel