Uji Adrenalin Dengan Ombak di Lautan
Uji Adrenalin Dengan Ombak di Lautan - Tulisan merupakan cerita saya yang pertama saya tulis di blog ini yaitu tentang menguji adrenalin saat melakukan perjalanan menggunakan perahu motor di lautan. Jadi ceritanya saya bersama beberapa orang teman melakukan perjalanan menuju rumah duka salah seorang teman kita yang ibunya meninggal dunia di pulau sebelah. Ya ! saya berada di daerah kepulauan jadi wajar jika sering lakukan penyebrangan antar pulau dengan menggunakan perahu motor.
Apa itu Adrenalin ?
Saya tidak akan menjelaskan secara detail apa itu adrenalin yang pastinya kata ini sering digunakan orang-orang sebagai ekspresi berada dalam sesuatu kondisi yang menantang.
Saya berasal dari Kabupaten Kepulauan Sula, provinsi Maluku Utara. Anda dapat melihatnya di google maps letak daerah saya. Saya sendiri belum banyak berkeliling di desa-desa pulau seberang atau pulau Mangoli tepatnya. Jadi saat itu bersilaturahmu di rumah duka temanya saya sekalian jalan-jalan di beberapa desa.
Kami melakukan perjalanan dari kota Sanana (ibu kota kabupaten) menggunakan perahu motor umum artinya tanpa sewa sekitar pukul 14.00 WIT. Pada jam-jam seperti itu masih banyak perahu-perahu yang mengangkut penumpang sebagai mata pencaharian sehingga lebih mudah untuk mendapatkan transportasi laut dan jika sudah pukul 15.00 sampai 16.00 WIT ke atas sudah sulit untuk mendapatkan jalur angkutan perahu kecuali perahu yang disewa dengan bayaran khusus yang berbeda dengan biaya umum.
Perjlanan kami tempuh dari kota Sanana menuju pulau Mangoli memakan waktu sekitar 1 setengah jam. Hal ini tergantung kapasitas mesin yang digunakan pada perahu tersebut dan jumlah muatan. Semakin tinggi kapasitas mesin akan mempercepat waktu tempuh untuk sampai, begitu juga jika tidak banyak muatan di perahu.
Desa Naflo, Kecamatan Mangoli Timur merupakan tempat tinggal teman kami yang dituju. Kebetulan kami menumpang perahu dari desa Mangoli sehingga kami tidak diturunkan langsung di desa Naflo melainkan di Desa Jere yang berdekatan dengan desa Mangoli kemudian perahu tersebut melanjutkan perjalanan mereka ke desa Mangoli.
Kami tiba di desa jere dan menunggu beberapa menit untuk dijemput oleh teman kami menggunakan mobil dari desa Naflo yang berjarak kurang lebih 3 Km dari desa Jere tempat kita turun dari perahu. Saya bersama teman-teman pun tiba di rumah duka dan mulai mengeringkan pakain yang dipakai sebab saat dalam perjalanan tadi laut cukup bergelombang dan hal itu membuat baju kami basah akibat percikan air laut.
Setelah sampai dan bersilaturahmi dengan orang rumah, kami disuguhkan minuman dan sambil ngobrol bersama teman yang ibunya meninggal. Selain ngobrol kami juga berziarah ke makam ibunya sebelum balik ke kota Sanana pada pukul 17.30 WIT.
Menjadi tantangan uji adrenalin kami yaitu saat dalam perjalanan pulang pada sore hari. Pada waktu akan melakukan perjalanan pulang, kondisi laut sudah tidak bersahabat, dengan kata lain ombak di lautan cukup kencang. Ditambah lagi pada sore hari sudah tidak ada lagi perahu yang beroperasi menuju kota Sanana, jadi kami harus menyewa perahu di salah satu desa yang bersedia untuk mengantar kami kembali ke kota Sanana.
Awalnya kami menuju desa Waitulia yang berdekatan juga dengan desa Mangoli untuk menyewa perahu motor di sana namun keadaan laut di desa tersebut lebih besar gelombang ombaknya di bibir pantai. Akhirnya, kami menuju desa Mangoli untuk menyewa perahu di sana sebab ombak di bibir pantai desa itu tidak sebesar di desa sebelumnya dan hal ini memudahkan untuk memulai perjalanan dari desa tersebut.
Akhirnya dapat satu perahu yang mau disewa untuk mengantar kami ke Sanana, tepatnya pukul 17.00 WIT. Dari sinilah uji adrnalin kami dimulai sebab geombang laut yang cukup besar tambah lagi pemilik perahu yang harus kembali ke desa Mangoli sebelum gelap maka kecepatan tinggi pun dilakukan.
Ombak yang cukup besar menghantam perahu kita, terombang-ambing dilautan penyebrangan. Dihantam dari kiri kanan perahu, membuat kami basah dan rasa takut bercampur aduk yang terlihat di wajah beberapa teman saya. Namun, sebagian teman termasuk saya sangat menikmati rasa yang kita alami pada saat itu. Mungkin karena lingkungan hidup di pesisir pantai selain itu saya juga semenjak kecil sudah terbiasa melakukan perjalanan jauh di lautan yang berombak.
Perjalanan pulang kami tempuh hanya sekitar 30 menit dan berbeda dengan waktu kami pergi sebab mesin perahu yang kami sewa cukup besar kapasitasnya dan muatan perahu hanya kami beberapa orang.
Akhirnya kami tiba di desa Bajo, sebuah desa di Sananan Utara yang pada umumnya orang-orang membangun rumah mereka di atas air laut. Desa Bajo berada cukup jauh dari kota Sanana sehingga mengharuskan kita untuk naik angkot menuju Sanana. Pembicaraan sewa perahu memang hanya sampai di desa Bajo sebab seperti yang saya katakan sebelumnya, pemiliknya harus kembali sebelum malam.
Biasanya di desa Bajo akan sulit mendapatkan kendaraan angkutan saat malam. Kami beristirahat sejenak di tepi jalan raya sambil mencari cara untuk dapat kembali ke kota Sanana. Tak lama kemudian saya mendaptkan ide untuk menumpang kendaaran yang lewat atau sering kami sebut DO oto.
Apa itu Adrenalin ?
Saya tidak akan menjelaskan secara detail apa itu adrenalin yang pastinya kata ini sering digunakan orang-orang sebagai ekspresi berada dalam sesuatu kondisi yang menantang.
Saya berasal dari Kabupaten Kepulauan Sula, provinsi Maluku Utara. Anda dapat melihatnya di google maps letak daerah saya. Saya sendiri belum banyak berkeliling di desa-desa pulau seberang atau pulau Mangoli tepatnya. Jadi saat itu bersilaturahmu di rumah duka temanya saya sekalian jalan-jalan di beberapa desa.
Kami melakukan perjalanan dari kota Sanana (ibu kota kabupaten) menggunakan perahu motor umum artinya tanpa sewa sekitar pukul 14.00 WIT. Pada jam-jam seperti itu masih banyak perahu-perahu yang mengangkut penumpang sebagai mata pencaharian sehingga lebih mudah untuk mendapatkan transportasi laut dan jika sudah pukul 15.00 sampai 16.00 WIT ke atas sudah sulit untuk mendapatkan jalur angkutan perahu kecuali perahu yang disewa dengan bayaran khusus yang berbeda dengan biaya umum.
Perjlanan kami tempuh dari kota Sanana menuju pulau Mangoli memakan waktu sekitar 1 setengah jam. Hal ini tergantung kapasitas mesin yang digunakan pada perahu tersebut dan jumlah muatan. Semakin tinggi kapasitas mesin akan mempercepat waktu tempuh untuk sampai, begitu juga jika tidak banyak muatan di perahu.
Desa Naflo, Kecamatan Mangoli Timur merupakan tempat tinggal teman kami yang dituju. Kebetulan kami menumpang perahu dari desa Mangoli sehingga kami tidak diturunkan langsung di desa Naflo melainkan di Desa Jere yang berdekatan dengan desa Mangoli kemudian perahu tersebut melanjutkan perjalanan mereka ke desa Mangoli.
Kami tiba di desa jere dan menunggu beberapa menit untuk dijemput oleh teman kami menggunakan mobil dari desa Naflo yang berjarak kurang lebih 3 Km dari desa Jere tempat kita turun dari perahu. Saya bersama teman-teman pun tiba di rumah duka dan mulai mengeringkan pakain yang dipakai sebab saat dalam perjalanan tadi laut cukup bergelombang dan hal itu membuat baju kami basah akibat percikan air laut.
Setelah sampai dan bersilaturahmi dengan orang rumah, kami disuguhkan minuman dan sambil ngobrol bersama teman yang ibunya meninggal. Selain ngobrol kami juga berziarah ke makam ibunya sebelum balik ke kota Sanana pada pukul 17.30 WIT.
Menjadi tantangan uji adrenalin kami yaitu saat dalam perjalanan pulang pada sore hari. Pada waktu akan melakukan perjalanan pulang, kondisi laut sudah tidak bersahabat, dengan kata lain ombak di lautan cukup kencang. Ditambah lagi pada sore hari sudah tidak ada lagi perahu yang beroperasi menuju kota Sanana, jadi kami harus menyewa perahu di salah satu desa yang bersedia untuk mengantar kami kembali ke kota Sanana.
Awalnya kami menuju desa Waitulia yang berdekatan juga dengan desa Mangoli untuk menyewa perahu motor di sana namun keadaan laut di desa tersebut lebih besar gelombang ombaknya di bibir pantai. Akhirnya, kami menuju desa Mangoli untuk menyewa perahu di sana sebab ombak di bibir pantai desa itu tidak sebesar di desa sebelumnya dan hal ini memudahkan untuk memulai perjalanan dari desa tersebut.
Menguji Adrenalin
Akhirnya dapat satu perahu yang mau disewa untuk mengantar kami ke Sanana, tepatnya pukul 17.00 WIT. Dari sinilah uji adrnalin kami dimulai sebab geombang laut yang cukup besar tambah lagi pemilik perahu yang harus kembali ke desa Mangoli sebelum gelap maka kecepatan tinggi pun dilakukan.
Ombak yang cukup besar menghantam perahu kita, terombang-ambing dilautan penyebrangan. Dihantam dari kiri kanan perahu, membuat kami basah dan rasa takut bercampur aduk yang terlihat di wajah beberapa teman saya. Namun, sebagian teman termasuk saya sangat menikmati rasa yang kita alami pada saat itu. Mungkin karena lingkungan hidup di pesisir pantai selain itu saya juga semenjak kecil sudah terbiasa melakukan perjalanan jauh di lautan yang berombak.
Perjalanan pulang kami tempuh hanya sekitar 30 menit dan berbeda dengan waktu kami pergi sebab mesin perahu yang kami sewa cukup besar kapasitasnya dan muatan perahu hanya kami beberapa orang.
Akhirnya kami tiba di desa Bajo, sebuah desa di Sananan Utara yang pada umumnya orang-orang membangun rumah mereka di atas air laut. Desa Bajo berada cukup jauh dari kota Sanana sehingga mengharuskan kita untuk naik angkot menuju Sanana. Pembicaraan sewa perahu memang hanya sampai di desa Bajo sebab seperti yang saya katakan sebelumnya, pemiliknya harus kembali sebelum malam.
Biasanya di desa Bajo akan sulit mendapatkan kendaraan angkutan saat malam. Kami beristirahat sejenak di tepi jalan raya sambil mencari cara untuk dapat kembali ke kota Sanana. Tak lama kemudian saya mendaptkan ide untuk menumpang kendaaran yang lewat atau sering kami sebut DO oto.
DO oto (bahasa pasar) atau mobil ini sering saya lakukan ketika berada di perantau, apalagi saat mendaki gunung, DO oto sering kami lakukan dengan melihat mobil-mobil pick up atau mobil lain yang mau kami tumpangi. DO oto atau mobil artinya melambai mobil dengan memberi isyarat jari jempol, jika pengendara mobil berhenti berarti mereka mau untuk kita tumpangi.
Beberapa menit kemudian ada sebuah mobil pick up yang berhenti dan mengantar kami sampai ke pusat kota Sanana. Dari kami mulai kembali ke rumah masing-masing dan mengakhiri perjalanan kami hari itu.
Ada hal yang menarik terkait DO mobil, ada beberapa teman saya yang tidak tahu tentang hal ini, jadi ketika mobil berhenti mereka malah bertanya mau bayar berapa. Kemudian saya jelaskan bahwa tidak perlu bayar sebab kami meminta untuk menumpang. Wajar saja jika mereka awam akan hal ini sebab di daerah asal saya, jarang kegiatan DO ini dilakukan.
Baik, sampai di sini dulu cerita saya tentang uji adrenalin di lautan. Tunggu cerita-cerita saya selanjutnya dan silahkan baca juga cerita lain yang telah saya tulis.
Beberapa menit kemudian ada sebuah mobil pick up yang berhenti dan mengantar kami sampai ke pusat kota Sanana. Dari kami mulai kembali ke rumah masing-masing dan mengakhiri perjalanan kami hari itu.
Ada hal yang menarik terkait DO mobil, ada beberapa teman saya yang tidak tahu tentang hal ini, jadi ketika mobil berhenti mereka malah bertanya mau bayar berapa. Kemudian saya jelaskan bahwa tidak perlu bayar sebab kami meminta untuk menumpang. Wajar saja jika mereka awam akan hal ini sebab di daerah asal saya, jarang kegiatan DO ini dilakukan.
Baik, sampai di sini dulu cerita saya tentang uji adrenalin di lautan. Tunggu cerita-cerita saya selanjutnya dan silahkan baca juga cerita lain yang telah saya tulis.