4 Penyebab dan Gejala Kehamilan Ektopik Terganggu
Pernahkah anda mendengar istilah hamil di luar rahim? Jujur saya juga kaget karena baru mengetahui hal itu dapat terjadi disaat istri dari seorang teman saya menjalani operasi pengangkatan jigot sebab hamil di luar rahim. Biasanya kan yang sering terdengar ialah hamil di luar nikahkan? Ternyata ada juga hamil diluar rahim atau disebut juga Kehamilan Ektopik.
Proses kehamilan pada umumnya berawal dari sel telur yang telah dibuahi sel sperma. Dimana proses kehamilan normal, sel telur yang telah dibuahi akan menetap di saluran sel telur (tuba falopi) selama kurang lebih tiga hari sebelum berpindah ke rahim. dan didalam rahim, sel telur yang sudah dibuahi akan berkembang sampai masa persalinan.
Berbeda halnya dengan kasus kehamilan ektopik, karena sel telur yang telah dibuahi tidak menempel pada rahim, melainkan di organ lain. Dimana tuba falopi merupakan organ yang sering ditempel sel telur pada kehamilan ektopik. Selain tuba falopi yang ditempeli sel telur ialah indung telur, leher rahim (serviks) atau rongga perut. Akibatnya sel telur yang telah dibuahi diluar rahim tidak akan berkembang dengan baik.
Pada dasarnya penyebab kehamilan ektopik belum diketahui secara pasti apa yang penyebabnya, akan tetapi kondisi ini sering dikaitkan dengan kerusakan pada tuba falopi, atau saluran yang menghubungkan indung telur dan rahim. Berikutnya penyebab lain yang menjadi pusat perhatian para ahli medis terkait kerusakan tuba falopi yakni faktor genetik, bawaan lahir, ketidakseimbangan hormon, peradangan akibat infeksi dalam prosedur medis, dan perkembangan organ reproduksi yang tidak normal.
Nah, untuk seorang wanita, sangatlah perlu mempelajari serta memperhatikan gejala-gejala kehamilan ektopik sehingga cepat menyadarinya dan cepat pula mengambil langkah pemeriksaan ke dokter bilamana mengalami gejala-gejala kehamilan ektopik. Gejala tahap awal kehamilan ektopik sama dengan kehamilan normal, seperti mual, payudara mengeras, dan tidak lagi mengalami menstruasi. Gejala tahap selanjutnya begitu berbeda, dimana seorang yang mengalami kehamilan ektopik akan merasakan nyeri perut dan pendarahan yang keluar dari vagina, terus kondisi ini akan semakin parah seiring waktu bilamana tidak secepatnya ditangani oleh dokter. Dan terkadang gejala nyeri perut itu juga bisa mirip dengan gejala usus buntu.
Seandainya seseorang pernah mengalami kehamilan ektopik ini, jelas bahwa pertanyaan khususnya adalah apakah mungkin bisa hamil ektopik lagi? Berkaitan dengan pertanyaan ini, menurut beberapa peneliti mengatakan bahwa tidak akan lagi bilamana sebelumnya telah ditangani oleh tim medis. Meskipun begitu, tetap ada kemungkinan untuk kembali mengalami hamil ektopik dengan kemungkinan sekitar 10 persen.
Pertanyaan khusus selanjutnya adalah Kapan waktu yang tepat agar hamil lagi ?
Dalam kasus ini, belum ada penelitian yang jelas dan pasti tentang waktu kehamilan lagi setelah kehamilan normal ektopik. Namun para dokter umumnya menyarankan seorang ibu hamil lagi setelah 3 bulan atau 2 siklus penuh masa menstruasi. Sebab darah yang keluar saat menstruasi bagi orang yang baru mengalami kehamilan ektopik sebenarnya bukan darah menstruasi, melainkan pendarahan karena tubuh merespon adanya penurunan hormon akibat kehamilan yang sudah tidak ada.
Para dokter selanjutnya menyarankan untuk seorang ibu mempersiapkan tubuh dan mental menjelang kehamilan baru, jeda waktu juga bertujuan agar mendorong mental seorang agar lebih siap untuk kembali hamil lagi.
1. Proses Kehamilan Ektopik
Proses kehamilan pada umumnya berawal dari sel telur yang telah dibuahi sel sperma. Dimana proses kehamilan normal, sel telur yang telah dibuahi akan menetap di saluran sel telur (tuba falopi) selama kurang lebih tiga hari sebelum berpindah ke rahim. dan didalam rahim, sel telur yang sudah dibuahi akan berkembang sampai masa persalinan.
Berbeda halnya dengan kasus kehamilan ektopik, karena sel telur yang telah dibuahi tidak menempel pada rahim, melainkan di organ lain. Dimana tuba falopi merupakan organ yang sering ditempel sel telur pada kehamilan ektopik. Selain tuba falopi yang ditempeli sel telur ialah indung telur, leher rahim (serviks) atau rongga perut. Akibatnya sel telur yang telah dibuahi diluar rahim tidak akan berkembang dengan baik.
2. Penyebab Kehamilan Ektopik
Pada dasarnya penyebab kehamilan ektopik belum diketahui secara pasti apa yang penyebabnya, akan tetapi kondisi ini sering dikaitkan dengan kerusakan pada tuba falopi, atau saluran yang menghubungkan indung telur dan rahim. Berikutnya penyebab lain yang menjadi pusat perhatian para ahli medis terkait kerusakan tuba falopi yakni faktor genetik, bawaan lahir, ketidakseimbangan hormon, peradangan akibat infeksi dalam prosedur medis, dan perkembangan organ reproduksi yang tidak normal.
3. Gejala Kehamilan Ektopik
Nah, untuk seorang wanita, sangatlah perlu mempelajari serta memperhatikan gejala-gejala kehamilan ektopik sehingga cepat menyadarinya dan cepat pula mengambil langkah pemeriksaan ke dokter bilamana mengalami gejala-gejala kehamilan ektopik. Gejala tahap awal kehamilan ektopik sama dengan kehamilan normal, seperti mual, payudara mengeras, dan tidak lagi mengalami menstruasi. Gejala tahap selanjutnya begitu berbeda, dimana seorang yang mengalami kehamilan ektopik akan merasakan nyeri perut dan pendarahan yang keluar dari vagina, terus kondisi ini akan semakin parah seiring waktu bilamana tidak secepatnya ditangani oleh dokter. Dan terkadang gejala nyeri perut itu juga bisa mirip dengan gejala usus buntu.
4. Kehamilan Lagi
Seandainya seseorang pernah mengalami kehamilan ektopik ini, jelas bahwa pertanyaan khususnya adalah apakah mungkin bisa hamil ektopik lagi? Berkaitan dengan pertanyaan ini, menurut beberapa peneliti mengatakan bahwa tidak akan lagi bilamana sebelumnya telah ditangani oleh tim medis. Meskipun begitu, tetap ada kemungkinan untuk kembali mengalami hamil ektopik dengan kemungkinan sekitar 10 persen.
Pertanyaan khusus selanjutnya adalah Kapan waktu yang tepat agar hamil lagi ?
Dalam kasus ini, belum ada penelitian yang jelas dan pasti tentang waktu kehamilan lagi setelah kehamilan normal ektopik. Namun para dokter umumnya menyarankan seorang ibu hamil lagi setelah 3 bulan atau 2 siklus penuh masa menstruasi. Sebab darah yang keluar saat menstruasi bagi orang yang baru mengalami kehamilan ektopik sebenarnya bukan darah menstruasi, melainkan pendarahan karena tubuh merespon adanya penurunan hormon akibat kehamilan yang sudah tidak ada.
Para dokter selanjutnya menyarankan untuk seorang ibu mempersiapkan tubuh dan mental menjelang kehamilan baru, jeda waktu juga bertujuan agar mendorong mental seorang agar lebih siap untuk kembali hamil lagi.