Ringkasan Pemikiran seorang Ali Shariati

Sekian buku dari Almarhum Ali Shariati telah saya baca dengan kebanyakannya saya terkagum dengan setiap kata dan visi dari dirinya. Makna yang original serta cenderung melihat konteks dibalik realitas sosial masyarakat selalu membuat saya merasa mendapat cara pandang baru dan wawasan yang lebih baik tentang Islam maupun masyarakat di era modern.

Keradikalan berpikirnya tentang problem sosial dan daya analisis dalam upaya memberikan penilaian serta jalan keluar pada problem sosial kehidupan masyarakat di dunia cukuplah menjanjikan untuk dipegang sebagai pedoman. Sebagian besar karya Ali Shariati mengajak kita berpikir radikal terkait fungsi manusia, tentang arti ideologi dan pandangan hidup, tentang pemanfaatan dan penyegaran sumber-sumber budaya sendiri. 

Seperti yang tertuang dalam buku-bukunya yang berjudul Membangun Masa Depan Islam, Ideologi Kaum Intelektual dan Tugas Cendekiawan Muslim yang pernah saya baca di masa pergerakan dan perjuangan ketika masih berstatus mahasiswa. Dan dari Ali Shariati juga yang membuat saya sampai saat ini masih meyakini era pergerakan dan perjuangan saya tetap ada, dan hanya berpindah fokus ke lingkungan yang lebih nyata.

Kemasyuran Ali Shariati yang diperkirakan akan melebihi figur seorang Khoemeni yang menjadi tokoh utama dibalik Revolusi Iran di tahun 1979 itu kian terbukti, sebab jika diamati dari sejarah terakhir Iran jelas menunjukkan bahwa dari lapisan pelajar, mahasiswa dan cendekiawan Iran bertanam budi kepada sosok Ali Shariati berkat gagasan-gagasan cemerlang dan radikal itu.

Tidak hanya cukup sampai di situ Pemikiran serta gagasan Ali Shariati telah menyebar hampir di seluruh negara-negara diberbagai belahan dunia salah satunya di Indonesia. Dimana tidak dapat dipungkiri bahwa Revolusi Iran yang bukan hanya sebagai keuntungan bagi masyarakat Iran melainkan juga masyarakat Indonesia terutama Mahasiswa dan Intelektual yang menyenangi uraian-uraiannya tentang ajaran-ajaran Islam yang dihubungkan dengan persoalan-persoalan dunia kontomporer di kalah itu.

Bahkan, menurut Ubedilah Badrun dalam bukunya yang berjudul, Radikalisasi Gerakan Mahasiswa : Kasus HMI MPO (2006) Mengungkapkan bahwa Ali Shariati merupakan salah satu dari dua tokoh lain yakni Khomeini dan Murtadha Muthahari, yang lewat pemikiran politiknya dapat mendorong terjadi pergerakan dibalik runtuhnya Rezim Orde Baru (Orba) yang dikenal Reformasi 98 di Indonesia.

Jelas bahwa pemikiran politik seorang Ali Shariati begitu melekat di Indonesia, karena revolusi Iran atau Revolusi Putih bukan hanya menggemparkan umat manusia di dunia, melainkan juga berhasil menggoyahkan seluruh sendi-sendi ilmu sosial barat seperti Antropologi, Sosiologi, Psikologi, Psikologi Sosial, Ilmu Politik dan Filsafat. Dan di situlah letak utama kontribusi seorang Ali Shariati yang melakukan revolusi intelektual di kalangan kaum terpelajar Iran, menjelang Revolusi Fisik 1979, yang kiranya telah jelas dituliskan dalam berbagai sejarah revolusi Iran.

Terakhir, pada dasarnya pemikiran Ali Shariati dengan kondisi Negara Indonesia akhir-akhir ini berbeda konteks permasalahan yang dihadapi oleh Shariati maupun Indonesia. 


Walaupun demikian, butir-butir pemikiran Shariati dapat direlevansikan dengan kondisi mayoritas masyarakat Indonesia, terutama dikalangan umat muslim yang terancam akan kekakuan berpikir, kemandekan kritis, kehilangan budaya sendiri dan ideologi perjuangan.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel