Kegagalan Dalam Mengaplikasikan Pemberian Tuhan

Manusia, manusia pada hakikatnya adalah mahluk yang diberikan keunggulan berbeda dari mahluk ciptaan Tuhan lainnya. Diantara kelebihan manusia ialah pemberian akal untuk berpikir dan mulut untuk berbicara, berkomunikasi sesama manusia. Kemampuan yang menonjol inilah yang tidak dimiliki mahluk ciptaan lain di muka bumi.

Kemampuan berpikir yang dikombinasikan dengan kemampuan berbicara yang dimiliki manusia ini diharapkan mengantarkan manusia pada pencerahan dalam berpikir dan menyampaikan pembicaraan yang bermakna pada tempat-tempat yang baik. 

Berkaitan dengan berbicara atau berkomunikasi, biasanya digunakan untuk menunjukkan rasa, menyampaikan informasi dan bahkan mengungkapkan pemikiran-pemikiran manusia dalam kehidupan sehari-hari maupun suasana diskusi dan debat-debat. Nah, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan berbicara adalah kemampuan penting bagi manusia.

Kemudian, jika kita telaah gaya komunikasi dewasa ini, sebagian besar terlihat seakan sengaja menutup ruang berkomunikasi yang dinamis dalam ruang-ruang diskusi atau debat yang seakan cenderung lebih menunjukkan sikap diskusi yang statis. 

Maka tidak jarang kita akan melihat sebagian orang tidak bisa menerima suatu perbedaan pendapat. dan seakan suatu perbedaan dijadikan sebuah masalah besar. Hal ini disinyalir karena tidak terlatih berargumen di ruang diskusi yang dinamis hingga yang terjadi adalah proses pembullyan dan saling menjatuhkan harkat dan martabat seseorang.

Tampilan seperti demikian dapat dilihat pada wilayah media sosial dan TV nasional hingga pada realitas terbuka. Memang tak bisa dipungkiri semua itu karena pemahaman sebagian besar orang yang menganggap dirinya yang suci dan rasional sehingga pendapat yang berbeda selalu dilihat sebagai ancaman melegitimasi pendapatnya padahal perbedaan pendapat merupakan hal yang lumrah dan tidak bisa dipaksakan untuk harus sama.

Kebiasaan memaksa ini jika tidak dikontrol dapat mengakibatkan hadirnya kebencian yang buta dan pada akhirnya diskusi yang sebenarnya usaha menemukan solusi lewat mufakat atas rasionalitas itu berubah menjadi ajang menghina, membully dan tak jarang ada yang menyerang pribadi dan disertai dengan membongkar rahasia lawan debatnya.

Selebihnya menurut saya, kebiasaan buruk yang demikian pada kenyataannya seperti melempar batu ke udara dan tanpa disadari batu tersebut jatuh menimpa kepalanya sendiri. Sebab semua orang paham ketika yang terlihat adalah keangkuhan maka yang dapat disimpulkan yaitu kekalahan berdebat yang disebabkan oleh kebodohannya sendiri. Terkait hal ini saya menganggap sebagai sebuah kegagalan dalam memanfaatkan pemberian Tuhan.


Sebelum menutup, saya ingin menyampaikan bahwa alasan dibalik tulisan ini dikarenakan ketika saya melihat perdebatan yang diawali dengan diskusi santai kemudian berubah menjadi debat dan pada akhirnya diakhiri dengan pembullyan di salah satu group Messenger Facebook pada tanggal 12 Agustus 2017 kemarin. Sejujurnya saya merasa jijik namun sayangnya saya tidak tegas untuk left dari group.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel