Sisi Lain Pengembangan Ilmu Pengetahuan di Dunia

Sisi Lain Pengembangan Ilmu Pengetahuan di Dunia - Dalam perjalanan ilmu pengetahuan terdapat dua persimpangan jalan yang membawa pengertian berbeda, baik kepada jalan yang memperbaiki dan merusakkan. Tentu tidak banyak yang menyadari bahwa perkembangan ilmu pengetahuan yang di banggakan justru menelan kepahitan secara realitanya. Hal itu dapat dilihat pada masing-masing zaman atau dimana dunia bercerita sekaligus menandai titik perbedaannya dalam sejarah kehidupan manusia.

Menurut Bertens, 1987. Apabila kehidupan pada adab sembilan belas (abad 19 Masehi) ditandai semangat optimisme besar terhadap ilmu pengetahuan, dimana pada saat itu keyakinan akan kesalamatan dan kesejahteraan manusia begitu di nantikan dari kontribusi ilmu. Namun sayangnya semua situasi itu telah berubah di abad dua puluh (abad 20) secara radikal. Sebab ilmu pengetahuan yang berkembang mulai mengkhawatirkan umat manusia karena telah menjadi senjata untuk menguasai sesama. 

Dimana pada setengah dari abad 20 ini, ditampilkan dengan dua perang besar. Perang Dunia I dan Perang Dunia II yang sama-sama kita ketahui perang kala itu telah dipersenjatai oleh senjata-senjata berat seperti nuklir yang dilatarbelakangi oleh pengembangan ilmu pengetahuan.

Perubahan itu tampaknya masih terus bertahan sampai di abad dua puluh satu (abad 21) sekarang. Walaupun telah berubah dalam bentuk, dimana abad 21 lebih ditandai oleh keprihatinan dan pesimisme manusia terhadap masalah yang menghadang hidup, baik masalah terkait pergolakan dunia maupun masalah dalam kehidupan manusia itu sendiri. Pengalaman dalam dua perang besar yang begitu sangat dahsyat karena sanggup menghancurkan seluruh bumi dan mengakibatkan krisis ekologi serta krisis kehidupan manusia saat itu tidaklah membuat ini berhenti.

Seperti sekarang, meskipun telah menelan pil pahit di abad 20, perang tidaklah berhenti. Perang bukan lagi perang secara fisik dengan kekuatan alustista seperti abad ke 20, perang kini telah disebut perang dagang atau perang ekonomi. Lagi-lagi Ilmu yang dahulunya diharapkan bisa mensejahterakan dan menyelamatkan umat manusia dibuat bagaikan bahan bakar mesin pemotong kepala manusia yang setiap saat selalu hidup.

Semakin hari, semakin dapat disadari bahwa ilmu yang ditransformasikan dengan pemahaman kapitalisme, konsep modernisasi, globalisasi yang melahirkan sebutan teknologi tidak lagi sekedar alat bagi umat manusia untuk merealisasikan niat awalnya, melainkan berubah sebagai kekuatan otonom kelompok atau negara yang memiliki kepentingan. Ilmu di era sekarang tidak saja mempengaruhi proses pertumbuhan sosial-ekonomi, tetapi menciptakan kebudayaan yang menjebak umat manusia dalam kerja sama yang sebenarnya mencekik leher sendiri. Dalam menghadapi krisis seperti itulah orang mulai bicara tentang krisis kehidupan.

Seperti dalam bukunya yang berjudul One Dimensional Man, Herbert Marcus mengatakan bahwa krisis yang melanda kehidupan masyarakat itu sebagai akibat dari kehidupan yang berdimensi satu, yaitu kehidupan yang diarah pada tujuan kelestarian dan peningkatan sistem kapitalisme modern. 

Kata Herbert, dalam kehidupan yang berdimensi satu ini, manusia kehilangan kebebasan, kreativitas dan semangat kritis. Sebelum itu, Jurgen Habermas telah berkata bahwa masyarakat modern sekarang ini mengandung potensi krisis legitimasi dan berbagai macam patologi akibat rasionalisasi yang dilakukan sebagai sistem.

Ilmu Pengetahuan

Sebelum menutup, saya ingin menyampaikan bahwa saya menuliskan topik ini karena didasari oleh dua notifikasi artikel yang membahas tentang konflik yang terjadi di Palestina dan sejarah tentang jumlah korban yang jatuh di saat perang dunia II. Terimakasih

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel