Perbedaan Etika Modern dari Prespektif Aliran Deontologi dan Teleologi
Dalam kasus-kasus tentang etika, jika kita mempertimbangkan kewajiban seseorang dapat menghasilkan kesimpulan yang berbeda daripada mempertimbangkan apa yang bermanfaat bagi orang lain. Seseorang yang selalu memperhatikan kewajiban dengan serius akan membuat keputusan yang berbeda dari orang yang berkomitmen untuk melakukan apa yang paling bermanfaat bagi orang lain.
Sekian lama memikirkan tentang konflik di antara gagasan-gagasan moral, maka para ahli teori telah berada pada pencapaian yang setidaknya berakhir para satu kesimpulan. Yakni kesimpulan yang mengungkapkan bahwa sangat sukar untuk memberikan kesetaraan moralitas yang berlaku di masing-masing lingkungan hidup.
Selama pergulatan itu, menurut para ahli etika, teori etika modern secara kasar terbagi menjadi dua aliran yakni sebagai berikut:
Etika deontologi adalah aliran yang melihat bahwa kerangka tindakan atau prilaku manusia dilihat sebagai kewajiban. Berakar dari kata Deon yang memiliki arti Kewajiban, maka berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa teori etika deontologi menekankan pada pelaksanaan kewajiban. atau secara sederhana etika deontologi berpendapat bahwa suatu tindakan dinilai baik atau buruk secara etis berdasarkan tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban.
Etika teleologi berasal dari bahasa Yunani, Telos yang memiliki arti Akhir, Tujuan, Maksud dan Logos yang berarti Perkataan. Dengan begitu etika teleologi dapat dipahami sebagai ajaran yang mengajarkan segala sesuatu dan kondisi lebih kepada tujuan tertentu.
Dalam pandangan etika teleologi, terkait baik atau buruk suatu tindakan dilihat dan dinilai dari suatu tujuan dari tindakan atau akibat yang ditimbulkan oleh tindakan tersebut. Atau dengan kata lain etika teleologi mengklaim bahwa yang penting adalah tindakan atau kebijakan mana yang paling bermanfaat bagi manusia.
Filsuf besar Jerman yang bernama Immanuel Kant yang mengemukakan etika deontologi Percaya bahwa satu-satunya tes apakah keputusan itu benar atau salah ialah apakah kewajiban itu bisa diterapkan pada semua orang, apakah tidak masalah bagi semua orang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan? Jika tidak, keputusan itu salah dan akan salah. Misalnya membuat janji dengan maksud untuk mengingkarinya, maka tidak ada yang akan mempercayai janji seseorang. Akibatnya, tidak ada yang akan membuat janji sama sekali
Selebihnya dalam pandangan Kant, perbedaan antara benar dan salah hanyalah masalah konsistensi. Kant kemudian mengemukakan pendapat bahwa seharusnya tindakan seseorang semestinya berdasarkan sebuah deon (kewajiban) jika ingin melakukan sesuatu yang benar secara moral. Dan menurut Kant, suatu tindakan dianggap benar atau salah bukan berdasarkan dampaknya, akan tetapi lebih kepada berdasarkan niatan dalam melakukan tindakan tersebut.
Pendapat etika deontologi yang dibangun oleh Kant di atas, kemudian di bantah oleh kedua ahli etika teleologi yang bernama Jeremy Bentham dan John Struat Mill, dengan mengatakan bahwa sebagian besar aturan moral sebenarnya bermanfaat. Sebab aturan morallah yang melindungi manusia dari kesengsaraan dan kekacauan. Menurut Bentham dan Mill aturan moral yang dikemukakan dan di kemukakan oleh Kant dan pengikutnya itu membuat orang tidak bahagia, karena bagi orang-orang teleologi, pemikiran deontologi itu seperti aturan yang terlepas dari teori mereka, karena yang penting pafa akhirnya adalah apa yang bermanfaat.
Teleologi sendiri, dipengaruhi oleh para kaum utilitarian, yang digawangi oleh filsuf inggris Jeremy Bentham dan John Stuart Mill. Dimana kaum utilitarian mengklaim bahwa ujian suatu kebijakan atau tindakan dapat dikatakan benar atau tidak, jika ia membawa dan meningkatkan kebahagiaan bagi masyarakat secara keseluruhan atau tidak.
Dalam bahasa Mill, terkait kode aturan moral yang paling baik bagi umat manusia adalah salah satu yang mencegah orang saling menyakiti, tetapi sebaliknya aturan itu sebisanya membiarkan orang-orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Sebab orang paling bahagia jika mereka dapat mengembangkan kemampuan mereka untuk membuat pilihan dan belajar dari kesalahan mereka, asalkan mereka tidak melukai siapa pun kecuali diri mereka sendiri.
Nah, jika dilihat dari kedua aliran etika yang dikembangkan oleh kedua kubu ini. Maka dapat di garisbawahi bahwa deontologi menekankan peraturan moralitas lebih kepada akibat dari sebuah tindakan atau niatannya. Sedangkan aliran teleologi lebih menekankan pada unsur kebahagiaan akan tindakan yang dilakukan oleh seseorang, selama hal itu tidak merugikan orang lain.
Sekian lama memikirkan tentang konflik di antara gagasan-gagasan moral, maka para ahli teori telah berada pada pencapaian yang setidaknya berakhir para satu kesimpulan. Yakni kesimpulan yang mengungkapkan bahwa sangat sukar untuk memberikan kesetaraan moralitas yang berlaku di masing-masing lingkungan hidup.
Selama pergulatan itu, menurut para ahli etika, teori etika modern secara kasar terbagi menjadi dua aliran yakni sebagai berikut:
1. Etika Deontologi
Etika deontologi adalah aliran yang melihat bahwa kerangka tindakan atau prilaku manusia dilihat sebagai kewajiban. Berakar dari kata Deon yang memiliki arti Kewajiban, maka berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa teori etika deontologi menekankan pada pelaksanaan kewajiban. atau secara sederhana etika deontologi berpendapat bahwa suatu tindakan dinilai baik atau buruk secara etis berdasarkan tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban.
2. Etika Teleologi
Etika teleologi berasal dari bahasa Yunani, Telos yang memiliki arti Akhir, Tujuan, Maksud dan Logos yang berarti Perkataan. Dengan begitu etika teleologi dapat dipahami sebagai ajaran yang mengajarkan segala sesuatu dan kondisi lebih kepada tujuan tertentu.
Dalam pandangan etika teleologi, terkait baik atau buruk suatu tindakan dilihat dan dinilai dari suatu tujuan dari tindakan atau akibat yang ditimbulkan oleh tindakan tersebut. Atau dengan kata lain etika teleologi mengklaim bahwa yang penting adalah tindakan atau kebijakan mana yang paling bermanfaat bagi manusia.
Filsuf besar Jerman yang bernama Immanuel Kant yang mengemukakan etika deontologi Percaya bahwa satu-satunya tes apakah keputusan itu benar atau salah ialah apakah kewajiban itu bisa diterapkan pada semua orang, apakah tidak masalah bagi semua orang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan? Jika tidak, keputusan itu salah dan akan salah. Misalnya membuat janji dengan maksud untuk mengingkarinya, maka tidak ada yang akan mempercayai janji seseorang. Akibatnya, tidak ada yang akan membuat janji sama sekali
Selebihnya dalam pandangan Kant, perbedaan antara benar dan salah hanyalah masalah konsistensi. Kant kemudian mengemukakan pendapat bahwa seharusnya tindakan seseorang semestinya berdasarkan sebuah deon (kewajiban) jika ingin melakukan sesuatu yang benar secara moral. Dan menurut Kant, suatu tindakan dianggap benar atau salah bukan berdasarkan dampaknya, akan tetapi lebih kepada berdasarkan niatan dalam melakukan tindakan tersebut.
Pendapat etika deontologi yang dibangun oleh Kant di atas, kemudian di bantah oleh kedua ahli etika teleologi yang bernama Jeremy Bentham dan John Struat Mill, dengan mengatakan bahwa sebagian besar aturan moral sebenarnya bermanfaat. Sebab aturan morallah yang melindungi manusia dari kesengsaraan dan kekacauan. Menurut Bentham dan Mill aturan moral yang dikemukakan dan di kemukakan oleh Kant dan pengikutnya itu membuat orang tidak bahagia, karena bagi orang-orang teleologi, pemikiran deontologi itu seperti aturan yang terlepas dari teori mereka, karena yang penting pafa akhirnya adalah apa yang bermanfaat.
Teleologi sendiri, dipengaruhi oleh para kaum utilitarian, yang digawangi oleh filsuf inggris Jeremy Bentham dan John Stuart Mill. Dimana kaum utilitarian mengklaim bahwa ujian suatu kebijakan atau tindakan dapat dikatakan benar atau tidak, jika ia membawa dan meningkatkan kebahagiaan bagi masyarakat secara keseluruhan atau tidak.
Dalam bahasa Mill, terkait kode aturan moral yang paling baik bagi umat manusia adalah salah satu yang mencegah orang saling menyakiti, tetapi sebaliknya aturan itu sebisanya membiarkan orang-orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Sebab orang paling bahagia jika mereka dapat mengembangkan kemampuan mereka untuk membuat pilihan dan belajar dari kesalahan mereka, asalkan mereka tidak melukai siapa pun kecuali diri mereka sendiri.
Nah, jika dilihat dari kedua aliran etika yang dikembangkan oleh kedua kubu ini. Maka dapat di garisbawahi bahwa deontologi menekankan peraturan moralitas lebih kepada akibat dari sebuah tindakan atau niatannya. Sedangkan aliran teleologi lebih menekankan pada unsur kebahagiaan akan tindakan yang dilakukan oleh seseorang, selama hal itu tidak merugikan orang lain.