Pemikiran Martin Heidegger dalam bukunya Being and Time

Martin Heidegger merupakan seorang Filsuf Jerman yang lahir pada 26 September 1889 dan menghembuskan nafas terakhirnya pada 26 April 1976. Martin Heidegger terkenal sebagai filsuf Eksistensialis yang terpenting di abad 20. Pernah belajar teologi dan Filsafat, kemudian belajar tentang Fenomenologi dibawah bimbingan Edmund Husserl hingga kemudian menjadi orang yang berusaha mengalihkan filsafat barat dari pertanyaan-pertanyaan metafisis dan epistemologis ke arah ontologis, artinya pertanyaan yang menyangkut makna keberadaan atau apa arti dari keberadaan manusia.

Martin Heidegger memahamkan gagasannya dengan menyebut Fenomenologinya sebagai Fenomenologi Hermeneutik atau analisis eksistensial yang memiliki tujuan untuk mengembangkan suatu metode untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan tentang 'Makna Ada'. Baginya sangat untuk mengetahui problem apa saja. seperti, lupa akan makna secara teoritis dan yang secara praktis. Sebab menurut Martin Heidegger, realitas yang sebenarnya adalah dimana pengetahuan bersifat praktis bukan teoritis dan Martin Heidegger menunjukkan suatu sikap bahwa, berada dalam dunia bagi manusia tidak sama dengan benda-benda.

Karya terbesarnya yang menjelaskan pemikiran Fenomenologi-nya tertuang dalam bukunya berjudul Being and Time atau Ada dan Waktu. Buku ini dicirikan sebagai sebuah ontologi fenomenologis yang panjang terkait hakikat ada dan keterkaitannya dengan waktu. Terutama tentang hubungan ontologi yang diselidiki melalui Fenomenologi dan persoalan-persoalan keberadaan kembali dihidupkan oleh Heidegger karena pernah memudar oleh pengaruh metafisika dari Descartes hingga Plato.

Dalam pandangannya terkait Ada atau Keberadaan, Heidegger memakai istilah yang disebut Dasein dan Seiende. Kata Da berarti Disana dan Sein berarti Berada. Kata ini kemudian digabungkan berbunyi Berada disana, yaitu tempat manusia selalu menempatkan dirinya di tengah dunia sekitarnya, sehingga ia terlibat dalam alam sekitarnya dan bersatu dengannya. Meskipun manusia berbeda dengan benda-benda dunia sekitarnya, karena manusia menyadari keberadaannya ketimbang benda-benda yang mati.

Dan kata Seiende, hanya berlaku untuk benda-benda yang bila dipandang dari dirinya sendiri terlihat terpisah dari segala yang lain. Artinya berdiri sendiri dan terletak begitu saja di depan orang tanpa ada hubungan dengan orang tersebut. Dan benda-benda itu hanya akan berarti jika dihubungkan dengan manusia.

Menurutnya persoalan tentang berada hanya dapat dijelaskan melalui ontologi. Dengan kata lain bila persoalan ini dihubungkan dengan manusia kemudian dicari artinya dalam hubungan itu maka harus digunakan metode fenomenologis, sebab yang penting ialah menemukan arti berada itu.

Selebihnya bagi Heidegger, satu-satunya yang berada dan dapat dimengerti adalah beradanya manusia dan secara fenomenologis. Dibalik itu secara fenomenologis hubungan antara manusia dan dunianya bersifat praktis, hubungan ini dapat diterjemahkan dengan kata demikian, bahwa manusia sibuk dengan dunianya atau manusia mengerjakan dunianya dan sebagainya. Dinamika ini dirangkum oleh Heidegger dengan kata Bisorgen yang artinya memelihara.


Maka dapat disimpulkan daripada pemikiran seorang Heidegger yang termuat dalam bukunya Being and Time yakni ada, adalah keberadaan manusia dan benda hanya akan ada jika di hubungkan oleh manusia. Dengan begitu yang ingin diungkapkan ialah esensi ada atau berada secara ontologi yang ditelisik dengan metode fenomenologis. Terimakasih

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel