Analisis Resiko - Resiko Pacaran dan Posisi dari Cinta

Sebuah situasi yang mengagetkan, karena beberapa minggu belakangan ini, saya cenderung untuk lebih nyaman membaca, mendengar dan menganalisis terkait topik-topik romance terkhusus tentang cinta dan pacaran. Saya pastikan hal ini bukan karena pengaruh umur, akan tetapi lebih daripada sebuah kerisauan atas dinamika anak muda akhir-akhir ini yang mengatasnamakan cinta namun terjebak dalam pergaulan dan tingkahlaku yang tidak sehat.

Pacaran sendiri dimaknai sebagai sebuah aktivitas menjalani hubungan atau ikatan percintaan diluar pernikahan "nonformal" . Bagi mereka yang sudah seumuran saya, tentu pacaran adalah kata yang cukup familiar.

Setiap manusia di muka bumi pasti sepakat bahwa unsur terpenting dalam pacaran adalah cinta. Namun tidak banyak yang tuntas membicarakan mengenai definisi cinta dan bagaimana bentuk dari cinta, walaupun telah hadir ratusan pemikir yang mencoba mendefinisikan arti kata itu, namun tak ada yang sungguh bisa menjelaskannya secara lebih detail.

Maka yang dapat dilakukan dari kita untuk memperjelas kehadiran cinta dan menerjemahkan peran cinta dalam sebuah hubungan ialah rasa saling menerima. Menerima segala kekurangan kelebihan dengan penuh kesadaran. Semisalnya ketika kita mengucapkan aku cinta padamu, hal ini dapat berarti saya menerima segala yang ada pada dirinya, atau saya memiliki keyakinan bahwa kamu akan memberikan saya kenyamanan dan perlindungan.

Dalam hubungan pacaran, mudah sekali untuk mencintai orang yang memberi kita kedamaian. Mudah sekali juga untuk mencintai orang yang memberikan kita kebahagiaan. Namun, realitas tidak seperti itu. Banyak pasangan berpisah, karena mereka tidak siap pada yang tak terduga, yg mungkin muncul di dalam hubungan mereka.

Sebab normalnya sebuah hubungan yang dijalani oleh dua orang, dengan dua kepala berbeda selalu dikhiasi oleh konflik yang mungkin sukar untuk lepas dari keseharian bersama pasangan anda. Namun dengan adanya konflik, tandanya hubungan anda telah diberi garam, micin dan perasa lainnya sehingga hubungan tersebut menjadi lebih nikmat dan lebih mendewasakan. Kalau tidak ada hasrat, tidak ada konflik, tidak ada api, bagaimana bisa merasakan sulitnya membangun sebuah pondasi cinta milik anda?

Dengan itu, resiko dalam pacaran ialah konflik. Dan konflik bisa saja beragam, biasanya karena ketidaksejalan pemikiran antara kedua orang yang sementar menjalani hubungan percintaan "pacaran". Konflik memiliki dua resiko, katakanlah resiko terburuk dan resiko bahagia. Resiko terburuk yaitu terjadinya perpisahan "putus" karena permasalahan yang tidak dapat dimanajemen secara baik dan resiko bahagia adalah sebuah penyatuan dengan sebuah ikatan yang sakral dan formal "menikah".

Dari itu, ketika mengucap kata cinta kepada lawan jenis dengan sungguh-sungguh ingin menjalani hubungan, artinya anda telah siap merasakan keadaan bahagia atau sebaliknya keadaan traumatis. Sebab seperti yang dikatakan oleh Slavoj Zizek bahwa 'Kita perlu untuk siap pada yang tak terduga, tak tertebak, yang mengancam kita untuk mengubah segala hal yang kita pegang selama ini.

Dinamika diatas inilah yang disebut Jacques Lacan, seorang pemikir asal Prancis, di dalam berbagai tulisannya sebagai suatu bentuk Polymorphus Perversion atau Keanehan yang Beragam. Karena dengan tingkatan intelek masing-masing orang tentu mengetahui resiko yang akan kita alami jika gagal dalam keanehan ini. Namun tetap mengambil resiko tersebut.

Menyambung daripada pendapat Lacan, saya lebih sepakat mengatakan bahwa yang aneh adalah kita, karena seringkali mengimpretasi cinta di tempat yang salah dan selalu menyelahi cinta padahal kita sendiri gagal menerjemahkan apa itu cinta. Dalam pandangan saya cinta itu suci tidak semua orang dapat memilikinya, demikian juga saya.

Pacaran atau hubungan percintaan diluar pernikahan di larang dan tidak dianjurkan dalam agama, termasuk agama Islam karena dipandang merugikan "haram" karena akan lebih banyak mudharatnya dengan begitu agama lebih mengedepankan pernikahan "halal" demi penyempurnaan cinta kepada agama dan Tuhannya.

Meskipun secara keras Islam melarang dengan lebel (haram) islam sesungguhnya tak alergi dengan Cinta. Sebab didalam kajian Tasawuf islam, cinta adalah modal utama seorang Sufi dalam menapaki jejak kehidupan spiritualnya. Sebab oleh kalangan Sufi cinta disebut Mahabbah. Mahabbah alam tasawuf merupakan sebuah Maqam (jenjang spiritual yang harus dilalui seorang salik setiap hamba memiliki tujuan untuk mendapatkan mahabbah).

Pacaran

Oleh karena itu seorang Sufi besar yang terkenal, Imam al-Ghazali menjadikan mahabbah (cinta") sebagai puncak peribadatan. Demikianlah analisis tentang resiko-resiko pacaran dan analisa tentang posisi cinta. Terimakasih

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel