Perang Modern : Perang Pembodohan dan Fisik

Dalam dunia peperangan dewasa kini, terdapat dua senjata yang digunakan yaitu, pertama perangkat lunak dan kedua perangkat keras. Sasaran dari perangkat keras adalah hal-hal yang bermuatan material, sedangkan target atau sasaran dari perangkat lunak ialah yang tidak dapat di inderawi.

Perangkat keras dapat dianalogikan sebagai perang dengan senjata api, yang dimana sekali dipakai lawannya langsung tumbang tanpa tersiksa berkepanjangan, sedangkan perangkat lunak adalah perang secara pemikiran yang dibaluti dengan berbagai tampilan dan tujuan jangka panjang.

Tolak ukur keberhasilan dalam pemakaian kedua perangkat ini dianggap sama ampuh dalam menumbangkan lawan, namun yang lebih berbahaya dari kedua perangkat diatas adalah perangkat lunak karena sebagian besar dari pergerakannya tidak dapat ditangkis dengan respon cepat tubuh dan terlebih perangkat ini menggerogoti lawannya dengan jangka waktu yang tidak ditentukan.

Bahkan senjata perangkat lunak membuat korbannya larut dalam kenikmatan, kegemerlapan dan kebodohan. Meskipun pada dasarnya sebenarnya ia menjadi korban. Peluru perang perangkat lunak tidak menembus dan merobek tubuh, sebaliknya ia menargetkan pikiran untuk merusaknya menjungkirbalikkan-nya. Perang perangkat lunak merupakan perang yang paling berbahaya. Sebab Ini adalah wajah dari perang intelektual dan budaya, yang terpenting adalah kekaburan antara baik dan buruk.

Perang perangkat lunak juga tidak terbaca musuhnya, individu-individu yang dianggap musuh bisa saja datang dengan berbagai tampilan dan berusaha untuk menampilkan diri mereka, bahwa mereka adalah penolong dalam peperangan ini.

Dan perang perangkat lunak tidak memandang siapa musuhnya, semua kalangan dan lapisan dalam struktur masyarakat bisa terpapar dengan pelurunya, ini semua karena perang perangkat lunak sudah tersistematis dengan rapi bahkan telah secara legalitas formal.

Satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi atau melawan perang perangkat lunak ialah dengan mengenakan rompi tradisi keilmuan dan spiritual yang dibarengi dengan sikap kritis terhadap semua ajaran yang dikemukakan setiap orang. Dengan begitu kita dapat melawan musuh yang melakukan peperangan berdasarkan perangkat lunak itu.

pembodohan

Asumsi dalam diskusi terkait perang ini dibangun di sebuah momen silaturahmi bersama dengan senior yang menganalisis peta suatu daerah tingkat II yang mahasiswanya cenderung untuk membahas politik praktis yang dianggapnya merupakan sebuah kemegahan yang memperlihatkan bahwa mereka berintelektual, padahal sebenarnya mereka sebenarnya sementara dipermainkan elite sebagai pion, artinya merekalah korban sesungguhnya. Terimakasih

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel