Menelaah Hubungan Rasional Sains dan Agama

Di era modern ini, berbagai krisis datang menimpa kehidupan manusia, baik dari krisis sosial, krisis ekonomi, krisis intelektualitas hingga krisis spritualitas, kesemuanya itu berpangkal pada persoalan pemahaman makna hidup. Dimana manusia modern lebih mempunyai kecenderungan kepada pola hidup konsumtif dan materialisme.

Modernisme jelas mengundang banyak godaan maupun tantangan yang mampu menjerumuskan manusia pada tingkatan yang rendah di berbagai aspek. Oleh karena itu, paradigma yang coba untuk dibangun dalam era global masyarakat berbasis pengetahuan. Pergeseran yang diupayakan tersebut tentu memiliki implikasi pada cara pandang membangun negara di dunia, termasuk negara indonesia.

Pembangunan yang berbasis sumber daya alam secara praktis tergantikan dengan sumber daya masyarakat yang berangkat dari pengetahuan. Dengan begitu juga, dalam lingkaran ekonomi dunia yang berbasis dari sumber daya alampun ikut berubah menjadi perekonomian berlandaskan pengetahuan. Pengetahuan yang dibangun ialah pengetahuan yang terejawantahkan lewat sains dan teknologi.

Hubungan Rasional Sains dan Agama


Sains dan teknologi secara khusus merupakan unsur utama dalam kemajuan peradaban manusia yang krisis menuju terbentuknya masyarakat berbasis pengetahuan. Dimana secara umum peranan sains dan teknologi ialah untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan daya saing bangsa, mewujudkan pemerintahan yang transparan serta meningkatkan jatidiri bangsa di tingkat internasional. Melalui kemajuan pengetahuan dan teknologi juga manusia dapat mendayagunakan kekayaan alam untuk dapat menunjang kesejahteraan dan kualitas manusia "masyarakat".

Akan tetapi, harus dipahami sebagaimana ungkapan Albert Einstein, jika ilmu pengetahuan "sains" tanpa agama adalah pincang, agama tanpa ilmu pengetahuan akan buta. Ini artinya, kehidupan manusia memerlukan arah serta pedoman dan kehidupan manusia memerlukan arah serta pedoman dan agama adalah pedoman dan arah kehidupan. 

Dimana manusia tidak dapat hidup tenang tanpa agama sebaliknya manusia tidak dapat hidup berkembang tanpa ilmu pengetahuan "sains". Sebab agama dan sains semestinya melengkapi iman dalam jiwa seseorang serta beriman "berkiblat" pada suatu agama dengan dasar-dasar sains.

Seyogyanya sebagian besar semuanya akan terkoneksi secara menyeluruh seperti demikian. Karena sains merupakan matanya iman dan iman merupakan hatinya sains. Keduanya sesungguhnya adalah komponen yang tidak dapat di pisahkan satu sama lain, agama dengan mata hatinya hadir untuk mencapai ketenangan hidup dan melengkapi kebutuhan jiwa "spritualitas" dan sains, teknologi hadir sebagai jawaban atas apa yang terlihat dalam realita.

Sekarang, sayangnya fenomena terkait pemahaman yang membenturkan antara sains dan agama (islam) menyebabkan manusia terjebak dalam ketimpangan dan kerusakan paradigma maupun persepsi dari keduanya. Padahal, sains sesungguhnya tidak bertentangan dengan islam, terbukti bahwa beberapa banyak penemuan sains yang berangkat dari ayat dalam Al-Qur'an dan Hadist atau menjadi asas utama dalam mengembangkan sains. Sebab falsafah dan dasar-dasar teori dari sains selalu mencari objek penelitian dan sumber awal penelitian atau sumber pembanding sebuah penelitian. 

Sekalipun banyak ilmuwan yang notabenenya berasal dari benua eropa, Amerika yang tidak percaya dengan agama islam namun tidak dapat terlepas dengan memakai Al-Qur'an dan Hadist sebagai landasan utama, terlebih Orientalis.

Selebihnya jika dilihat dengan kritis, maka akan terungkapkan bahwa membenturkan sains dan agama sebenarnya hanya akan membentuk sebuah pemahaman yang akan menguatkan kemesraan dan keserasian dari keduanya. Sebab manusia secara alamiah akan selalu berkembang secara fisik maupun pemikiran. Dengan kata lain akan selalu dan selalu berusaha menemukan kebenaran.

Hubungan Rasional Sains dan Agama

Berangkat dari kemesraan sains dan agama ini. Diharapkan sebuah perkembangan dan kemajuan melingkupi semua umat manusia di dunia. dimana pengetahuan yang didapatkan berbasis keimanan yang memperkuat pengetahuan "sains" dari aspek ketenangan jiwa. Terimakasih

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel