Kondisi-Kondisi Mental yang Sering dialami Mahasiswa

Ketika dinyatakan lulus dari bangku sekolah menengah atas (SMA), biasanya para siswa-siswi akan mulai memilih langkah selanjutnya dalam hidupnya. Misalnya memilih menjadi mahasiswa dengan melanjutkan studi di perguruan tinggi. 

Nah, disaat memasuki masa perkuliahan itulah yang terkadang merupakan masa-masa yang tidak mudah bagi sebagian mahasiswa. Sebab biasanya mereka akan menghadapi situasi yang mayoritas lingkungan baru, pergaulan baru ditambah padatnya jam perkuliahan seringkali membuat seorang mahasiswa diuji mentalitasnya secara ketat.

Dinamika ini terkadang di perparah dengan adanya mahasiswa yang datang dari daerah lain atau negara lain dan bahkan tak jarang kita akan melihat sebagian mahasiswa memilih kuliah sambil bekerja. Kenyataan yang terlihat ini membuat siapapun akan mengalami kondisi-kondisi mental tertentu.

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada saat-saat menjadi mahasiswa adalah masa-masa yang paling rentan mengalami gangguan mental akibat beragam beban yang dialami oleh seorang mahasiswa.

Misalnya, mengalami Insomnia. Durasi belajar dan mengerjakan tugas perkuliahan terkadang membuat seorang mahasiswa terjaga sampai larut malam, kondisi ini menurut ilmu medis dapat menggangu kesehatan. Insomnia selebihnya membuat si mahasiswa kekurangan waktu untuk istirahat dan berdampak buruk pada sisi fungsi berfikir, kemampuan belajar (fungsi kognitif). Hal ini disebabkan karena kurang tidur dan otak terasa lelah sehingga mengakibatkan sulit berkonsentrasi dan berfikir dengan baik.

Kondisi lain yang rentan dialami oleh seorang mahasiswa yaitu, Gangguan Makan. Gangguan Makan adalah kondisi yang disebabkan oleh gangguan mental. Kondisi ini akan makin parah ketika seseorang mahasiswa tidak menyadari bahwa dirinya menderita gangguan makan. 

Biasanya seorang mahasiswa akan mengalami situasi random dari sisi waktu makannya, mahasiswa secara langsung akan kehilangan pola makan sehatnya. Kondisi ini berdampak pada fisik dan mental, karena fisik akan lebih rentan terhadap penyakit yang nantinya berpengaruh secara psikis dan mental mahasiswa.

Kondisi terakhir merupakan kondisi mental yang sangat dikawatirkan jika dialami oleh seorang mahasiswa, yaitu Depresi. Depresi adalah gangguan suasana hati "mental" yang ditandai dengan perasaan sedih yang mendalam. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi mahasiswa hingga depresi, beberapa diantaranya seperti, gagal manajemen waktu santai dan jadwal kuliah, banyaknya tugas kampus, konsultasi tugas akhir yang berlarut-larut ditambah tuntutan persaingan yang semakin ketat dan kompetitif sehingga menyebabkan mahasiswa kehilangan kepercayaan diri. 

Kondisi-kondisi inilah yang seringkali membuat sebagian mahasiswa mengalami kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan, tidak stabil secara emosional dan merasa putus asa atau frustasi. kondisi diatas jika tidak dapat dikontrol dan ditangani dengan baik maka akan sampai pada kesimpulan paling buruk yaitu bunuh diri.

Lihat Juga : 

7 Cara Belajar Buat Mahasiswa yang Baru Masuk Kuliah Agar Lulus Tepat Waktu

5 Tips Memilih Judul Proposal Penelitian Mahasiswa Dengan Mudah
  
Menurut WHO Global Health Estimates, angka kematian akibat bunuh diri di Indonesia tahun 2016 sebesar 3,4 orang per 100.000 penduduk dan WHO mencatat bahwa kelompok umur yang bunuh diri yang tertinggi adalah 20-29 tahun yakni dengan presentasi sebesar 5,1 orang per 100.000 penduduk.

Dan Survei terbaru pada tahun 2019, dengan narasumber mahasiswa semester satu di salah satu perguruan tinggi di Bandung. Menunjukkan hasil bahwa 30,5 persen mahasiswa depresi, 20 persen berpikir serius untuk bunuh diri dan 6 persen telah mencoba bunuh diri dengan Cutting, Terjun dari ketinggian dan gantung diri.


Tentu kondisi-kondisi yang di urai diatas dapat ditangani dengan baik. Asalkan jika seorang mahasiswa sadar pentingnya mengatur jam tidur, mengatur pola makan terlebih bisa mengatur dan membagi waktu secara keseluruhan. Cara-cara seperti berolahraga dapat menjaga kondisi tubuh dan mental serta berkumpul bersama teman atau bercengkrama dengan keluarga dapat mengurangi stres berkepanjangan.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel