Sang Penyair yang Hilang : Widji Thukul 1998

Widji Widodo atau lebih dikenal Widji Thukul ialah seorang Aktivis Hak Asasi Manusia dan seorang Sastrawan, Penyair berkebangsaan Indonesia yang lahir pada 23/26 Agustus 1963 di Jagalan, Surakarta dan dinyatakan hilang pada 23 Juli 1998. Widji Thukul merupakan salah satu tokoh yang ikut melawan penindasan rezim Orde Baru. Sejarah tahun 1998 sampai sekarang dia tidak diketahui keberadaannya, disinyalir dihilangkan bersama aktivis yang hilang pada tahun 1998.

Widji Thukul adalah aktivis pembela kepentingan rakyat di zaman Orde baru atau Orba. Ketika mendengar kata Orde Baru, sebagian besar rakyat Indonesia langsung terbayang ketatnya kehidupan di zaman itu. yang secara otomatis terkonstruk didalam kepalanya yaitu keotoritarianisme pemimpin negara di zaman orde baru, dimana suara-suara rakyat dibelenggu dengan lapisan aparat militer.

Keadaan yang diam mencekam seperti di zaman orde baru, justru memunculkan suara-suara yang menggangu ketenangan orde baru. Dan nama Widji Thukul sudah sepatutnya di perhitungkan oleh penguasa Orde baru karena bukan rahasia lagi jika Widji Thukul tidak pernah absen menyuarakan kepentingan-kepentingan rakyat. Beberapa bentuk kepentingan rakyat yang dibelah sebagai berikut:

1. Menentang pencemaran lingkungan oleh pabrik tekstil, PT sariwarna asli, Solo di tahun 1992.

2. Pernah memimpin aksi petani di Ngawi, Jawa Timur dan

3. Pernah menjadi penggerak demonstrasi besar aksi protes karyawan PT. Sritex di akhir tahun 1995.

Dari aksi-aksi ini pula Widji Thukul pernah menerima pukulan yang mengakibatkan cedera parah dibagian mata sebelah kanannya. Setelah sering melakukan aksi demonstrasi dan menjadi masa aksi yang paling gigih dan menonjol menyuarakan aspirasinya. Maka Widji Thukul menerima pantauan khusus sebagai incaran dari antek-antek penguasa yang dikirim memantaunya, karena diduga menjadi dalang dari segala gerakan massa yang terjadi.

Melawan dengan Puisi. Kelebihan Widji Thukul dalam menyuarakan aspirasi rakyat juga dapat dilihat dalam bentuk puisi. Puisi-puisinya juga di curigai sebagai provokatif karena menjadi amunisi buat masyarakat kecil untuk melaksanakan protes. 

Bahkan sebagian besar orang meyakini bahwa puisi-puisinya sudah seperti minyak bensin yang mampu menyulut api perjuangan dengan sangat cepat. Dan benar, sebagaimana yang kita ketahui puisi-puisinya bagaikan ruh, nyawa yang menghidupkan harapan-harapan baru untuk rakyat.

Salah satu puisinya yang dituduh memiliki kata-kata yang bermakna paling provokatif ialah yang berjudul, PERINGATAN. Terlebih puisi yang pernah dibacakan langsung olehnya ini, mulai terlarang karena dianggap wajah lain dari pengganggu stabilitas negara kala itu. Dan di zaman sekarang puisinya luar biasanya itu, telah bebas terbang kemana saja dan sering dibacakan ketika ada aksi massa dan dialog atau seminar pergerakan. Secara tidak langsung, Widji Thukul memperkenalkan dirinya sebagai aktivis perlawanan dengan aksara, sebab ia melihat seni harusnya membebaskan orang untuk masuk kedalam pintu semangat perlawanan.

Widji Thukul juga menjadi salah satu pendiri organisasi penggerak yang dikenal dengan nama, Jaringan Kerja Kesenian Rakyat (JAKKER). yang kemudian dijadikan organisasi sayap kanan Partai Rakyat Demokrati (PRD), dimana dirinya menjadi Ketua Devisi Budaya.

Dari pandangan pemerintah orde baru atas bergabungnya JAKKER ke dalam PRD yang telah dahulu ditetapkan sebagai anak organisasi dari PKI oleh pemerintah. Maka wajar jika Widji Thukul menjadi sasaran empuk untuk dimusnahkan, karena secara langsung Widj Thukul telah dianggap sebagai anggota dari PKI.

Semenjak itu, Widji Thukul hidup dalam pelarian selama hampir setahun sejak tahun 1996 sampai Maret 1997. Kondisi ini pula yang mengharuskan ia hidup dalam persembunyian di Pontianak Kalimantan Barat, dengan nama samaran Paul. 

Tepat pada tahun 1997 Widji Thukul pulang ke kampungnya secara sembunyi-sembunyi hingga pada akhirnya diketahui Widji Thukul hilang bersama 12 aktivis lainnya tepat sebulan sebelum runtuhnya rezim orde baru pada bulan Mei 1998.

Kematian misterius yang dialami oleh Widji Thukul menyisakan tanda tanya besar tentang bagimana cara untuk mengungkap tabir dibalik hilangnya Widji Thukul bersamaan dengan aktivis lainnya. Tentu harapan ini selalu ditujukan kepada semua pihak terkhusus pemerintah negara Indonesia sendiri yang sering berkampanye untuk menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM sebelum di daulat menjadi Presiden. 


Secara kecewa kita harus berkata bahwa, kejelasan terkait kasus-kasus pelanggan HAM di negara kita tercinta Indonesia belum banyak mengalami perubahan yang signifikan. Kita doakan semoga secepatnya dapat diungkapkan.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel