Sejarah Revolusi Payung (Umbrella Revolution)
Apakah anda pernah mendengar revolusi payung atau Umbrella Revolution ? Peristiwa penting ini pernah masuk dalam media nasional Indonesia dan dunia internasional akhir-akhir tahun 2014 kemarin. Sehingga menjadi tontonan yang luar biasa bagi masyarakat dunia. Revolusi Payung atau Umbrella Revolution adalah aksi unjuk rasa besar-besaran di Hongkong, peristiwa ini dinilai sebagai aksi perlawanan terbesar kedua di Hongkong.
Demikian sejarah Revolusi Payung atau Umbrella Revolution di Hong Kong yang pernah menghiasi layar kaca dunia pada 6 tahun lalu tepatnya September 2014- Desember 2014. Saya di waktu itu menjadi salah satu orang mengikuti perkembangan unjuk rasa ini, sebab unjuk rasa ini unik, kreatif dan inspiratif kenapa saya berkata demikian karena pertama unjuk rasa ini Damai dengan hanya berdiri dengan Mntel hujan da Payung, kedua membuat tenda-tenda artinya mereka menunjukan aktivitas kreatifitas, ketiga mereka mengirim pesan yang jelas kepada pemerintah dan juga kepada dunia.
Setelah sejarah besar dalam gerakan protes di Hongkong pada tahun 1989 di Lapangan Tiananmen yang dimana menghasilkan penetapan Hongkong sebagai wilayah adminstrasi khusus dengan otonomi tingkat tinggi, tepat pada tahun 1997. Dimana jaminan hak dan kebebasan individu sampai 50 tahun berlangsung bersamaan dengan deklarasi Tiongkok dan Inggris di tahun yang sama.
Tetapi gerakan perlawanan diatas hidup kembali setelah keputusan National People's Congress Standing Committe (NPCSC) dianggap melanggar kesepakatan sebelumnya, karena sengaja menghilangkan hak individu masyarakat Hongkong untuk memilih pemimpin Eksekutif pada pemilu tahun 2017 di Hongkong.
Tepat di bulan September 2014 aksi unjuk rasa dilakukan oleh kelompok Mahasiswa, Lembaga Sumber daya Masyarakat, kelompok akademisi dan warga masyarakat lainnya menggelar unjuk rasa di beberapa titik di Hongkong untuk menentang keputusan ini.
Pada 28 September 2014, pihak pemerintah menurunkan polisi untuk membubarkan aksi yang bermula damai itu dengan gas air mata pusat bisnis di Hongkong. Kejadian inilah yang menyebabkan kemarahan publik makin meluas dan dari semenjak itu semua para pengunjuk rasa menggunakan payung untuk melindungi mereka dari gas air mata. Dengan demikianlah disebut "Revolusi Payung"
Aksi unjuk rasa yang berjalan selama 82 hari ini di bubarkan oleh polisi dengan menggusur tenda kemah pengunjuk rasa di beberapa titik salah satunya di Causeway Bay, di tangga15 Desember 2014 yang sekaligus menandakan berakhirnya Revolusi Payung. Meski gerakan ini sudah diredam tanpa perundingan oleh pemerintah, sebagian besar revolusioner yakin bahwa mereka telah mengirimkan pesan yang jelas selama 82 hari dan Revolusi Payung bukanlah akhir dari segalanya, namun hanya permulaan dari segalanya artinya mereka akan kembali.
Tetapi gerakan perlawanan diatas hidup kembali setelah keputusan National People's Congress Standing Committe (NPCSC) dianggap melanggar kesepakatan sebelumnya, karena sengaja menghilangkan hak individu masyarakat Hongkong untuk memilih pemimpin Eksekutif pada pemilu tahun 2017 di Hongkong.
Tepat di bulan September 2014 aksi unjuk rasa dilakukan oleh kelompok Mahasiswa, Lembaga Sumber daya Masyarakat, kelompok akademisi dan warga masyarakat lainnya menggelar unjuk rasa di beberapa titik di Hongkong untuk menentang keputusan ini.
Pada 28 September 2014, pihak pemerintah menurunkan polisi untuk membubarkan aksi yang bermula damai itu dengan gas air mata pusat bisnis di Hongkong. Kejadian inilah yang menyebabkan kemarahan publik makin meluas dan dari semenjak itu semua para pengunjuk rasa menggunakan payung untuk melindungi mereka dari gas air mata. Dengan demikianlah disebut "Revolusi Payung"
Aksi unjuk rasa yang berjalan selama 82 hari ini di bubarkan oleh polisi dengan menggusur tenda kemah pengunjuk rasa di beberapa titik salah satunya di Causeway Bay, di tangga15 Desember 2014 yang sekaligus menandakan berakhirnya Revolusi Payung. Meski gerakan ini sudah diredam tanpa perundingan oleh pemerintah, sebagian besar revolusioner yakin bahwa mereka telah mengirimkan pesan yang jelas selama 82 hari dan Revolusi Payung bukanlah akhir dari segalanya, namun hanya permulaan dari segalanya artinya mereka akan kembali.
Demikian sejarah Revolusi Payung atau Umbrella Revolution di Hong Kong yang pernah menghiasi layar kaca dunia pada 6 tahun lalu tepatnya September 2014- Desember 2014. Saya di waktu itu menjadi salah satu orang mengikuti perkembangan unjuk rasa ini, sebab unjuk rasa ini unik, kreatif dan inspiratif kenapa saya berkata demikian karena pertama unjuk rasa ini Damai dengan hanya berdiri dengan Mntel hujan da Payung, kedua membuat tenda-tenda artinya mereka menunjukan aktivitas kreatifitas, ketiga mereka mengirim pesan yang jelas kepada pemerintah dan juga kepada dunia.
Awin Buton