Pilkada dan Pemilih Warna Partai

"Bagi rakyat.Politik bukan urusan koalisi atau oposisi tetapi bagaimana kebijakan publik mengubah hidup sehari-hari" Najwa Shihab

Pilkada serentak 2020 menjadi topik yang sering menjadi obrolan di berbagai kalangan akhir-akhir ini. maka tidak heran jika diberbagai tempat selalu terlihat sebuah eksistensi orang-orang yang mendistribusikan perihal tentang politik.

Tulisan ini ketika berada di kedai kopi teman yang baru saja aktif kembali setelah Pandemi Covid 19 mulai menyusut. Sesaat tidak sengaja mendengar sekelompok anak muda "mahasiswa" yang berdiskusi terkait politik kedaerahan.

Sungguh tidaklah berniat mendengar dan menelan pembahasan mereka tetapi dengan sendirinya suara mereka menempel pada gendang telinga dan mendapat respon pertanyaan dalam diam.

Kenapa mereka hanya mempertahankan kandidatnya dengan uraian masing-masing? Bukankah lawan diskusinya tidak akan percaya dengan argumen yang dikeluarkannya? Bukankah lebih efesien jika mendiskusikan perihal yang lebih esensi misalnya kepentingan masyarakat selama 5 tahun kedepan? Atau diskusikan perubahan seperti apa yang dibutuhkan daerah dan kemudian mengaitkan dengan kandidatnya masing-masing? Bukankah mereka seharusnya menguji dulu pilihannya sebelum mengedepankan pilihannya yang terkesan hanya ego warna partai dan frasa kekeluargaan itu??

Bermunculan rasa resah juga risi dalam benak. Tidakkah kita menyadari betapa cepat orang-orang memberikan argumentasi pilihan yang terkesan subjektif disetiap musim politik datang? bahkan pada saat sedang dalam diskusi yang mempertaruhkan kredibilitas mereka?. Betapa banyaknya analitis yang keluar sekalipun yang dibicarakan tidaklah benar-benar memiliki sandaran yang objektif.

Sampai tingkat tertentu, momen politik itu masih dipahami sebagai kemenangan per individu. Politik memang memancing diskusi setelah perang isu politik dikumandangkan, upaya menghidupi kepentingan pribadi berkelakar hingga sekaligus memakamkan ide yang lebih universal. Saat itu semua orang ingin berbicara, juga ingin didengar beribu dalil yang dikantonginya

Saya menulis demikian karena merasa khawatir. Kita tidak lagi memiliki argumen yang berdasarkan prinsip politik yang lebih esensial dari sekedar narasi pembenaran, lebih mengkhawatirkan jika diskusi publik hanya pada ranah mencari kesalahan dan mengorek kekurangan. Maka yang terjadi ialah pengetahuan politik kita akan turun sampai menembus lantai paling dasar.

Sistem informasi yang jauh dari kepentingan masyarakat banyak dan terkesan menginjak kepentingan itu tidaklah diidentifikasi dengan kritis dan secara radikal. Agresifitas yang terkesan jauh dari kata idealis lebih ditonjolkan dan melupakan pengalaman secara langsung Pilkada tahun lalu yang sebenarnya mengajarkan kita merubah cara pandang kita dalam memilih pemimpin di masa depan.

Kita tidak pernah hidup di abad pertengahan yang katanya masa kegelapan ilmu pengetahuan itu, tapi kita bisa berasumsi selama perihal pilihan dalam pilkada akan datang masih didasari dengan pemikiran demikian dan sengaja dibudidayakan. Kata kemajuan daerah dan kesejahteraan masyarakatnya hanya sekedar cerita dongeng untuk kita dan anak cucu akan datang.

Saya tidak pernah pergi pada fakultas politik yang formal, dengan itulah lebih melihat dari sisi keresahan terhadap kaum yang katanya maha terpelajar, maha terdidik di seberang sana.

Argumen ini bukanlah upaya meremehkan pendapat mereka dan mengusir orang-orang untuk meninggal vorum diskusi politiknya, lebih tepatnya mengubah arah diskusi lebih dari sekedar teknis kelompok kepada politik kepentingan bersama yang universal

Mungkin sebagian orang berpendapat bahwa biarkan saja, begitulah demokrasi bekerja, saya sepakat dengan demokrasi yang memberikan kebebasan namun secara tehnis politik kita bisa memilih dan menentukan arah kerja politik kita ke tujuan yang lebih berpihak secara esensial dan universal.

Tentu kita akan bertanya yang esensial seperti apa? Di sisi ini saya berpendapat walaupun tidaklah selalu benar, bahwa kita haruslah selalu curiga setiap perihal yang datang dan belajar mengkritik hingga telanjang dan mulai menghiasinya dengan pakaian yang di pandang indah semua kalangan masyarakat.

Pilkada serentak 2020


Pasti ada yang berteriak 'belum jelas', memang sedari awal saya tidak berniat mengajari hingga mengerti, namun mengajak untuk berpikir hingga mengerti.

Awin Buton

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel