Penjelasan Kritik Marxian Terhadap Gagasan Hegel

Georg Wilhelm Friederich Hegel atau lebih dikenal dengan Hegel. Hegel merupakan seorang filsuf idealisme Jerman yang lahir di Stutgart 27 agustus 1770 – meninggal 14 november 1831 M, di umur 61 tahun. Pemikirannya dalam bidang filsafat begitu luas sehingga mempengaruhi beberap filsuf sesudahnya seperti, Sartre (1905-1980 M), Bruno Bauer (1809-1882 M), max Stirner (1806-1856 M) dan juga seorang Karl Marx (1818-1883 M) sang pengagum Hegel yang kemudian menantangya dengan mengkritisi gagasannya tentang Sejarah.

" Sejarah berulang, pertama sebagai sebuah tragedi dan kedua sebagai peristiwa yang absurd " Karl Marx. 

Kritik Marxian Terhadap Gagasan Hegel


Marx dalam kritiknya tentang gagasan hegel terkait sejarah, Marx berpendapat jika hegel menggunakan dan mengembangkan konsep kritiknya dari konteks filsafat idealismenya. 

Dari prespektif Marx, kritik dalam filsafat masih dianggap keruh dan membingungkan sebab hegel memahami sejarah secara abstrak. Berikut kutipan pandangan hegel : “ Bagi hegel sejarah tak lain dari pergumulan rasio merefleksikan dan membebaskan diri dari rintangan untuk menjadi semakin sadar ”.

Menurut Marx, hegel memahami sejarah bukanlah sejarah yang kongkrit dari manusia yang telah mendarah daging, denngan kata lain sejarah Hegel hanya sekedar sejarah kesadaran atau sejarah rasio. Maka dengan pandangan idealistis seperti diatas bagi Marx, kritik Hegel tidak akan menghasilkan apa-apa bagi praxis karena tidak tepat sasaran pragmatisnya.

Marx kemudian menempali idealisme Hegel ini dengan Materialisme sejarah yang bersifat praktis dan emansipatoris. sehinggan konsep kritik dapat diterapkan pada sejarah yang konkret dari masyarakat yang nyata. 

Selanjutnya bagi Marx, apapun yang terjadi dalam sejarah dan masyarakat ialah orang-orang yang bekerja dengan alat-alat kerja dan pengalaman kerja merupakan kekuatan-kekuatan produksi masyarakat sebaliknya hubungan antarpekerja dari proses produksi tidak lain adalah hubungan produksi. 

Dan jika alat-alat produksi berkembang maka berubah pula hubungan-hubungan produksi. Marx mengandaikan budaya gotong royong pada petani pedesaan “tradisional” dalam kerja mengeruk sawah atau panennya akan berubah jika teknologi baru dalam bidang pertanian telah dipakai didalam masyarakat tersebut. 

Demikian menurut Marx sejarah tak lain dan tak bukan ialah dari perkembangan tenaga produksi dan juga hubungan produksi dengan kata sejarah ekonomi atau proses-proses produksi didalam masyarakat.

Secara praktek, hubungan produksi mengaitkan hubungan kekuasan antara pemilik modal dan kaum buruh dan demi menghasilkan keuntungan dalam persaingan pasar pemilik modal memeras kaum buruh dengan pekerjaan yang terpaksa diterima demi menyambung hidup mereka walaupun sekali lagi pekerjaan yang di kerjai terlihat tidak manusiawi. 

Hubungan kerja yang dibuat pemilik modal yang konservatif ini berlanjut demi menjaga keuntungan walaupun kegiatan produksi dirasionalisasikan disisi efesiensi dan efektivitasnya namun ketidakadilan dalam kaum buru terus menerus terjadi. 

Penjelasan Kritik Marxian Terhadap Gagasan Hegel

Dalam urain diatas kita dapat melihat Marx berupaya membuka pintu pemahaman baru bahwa sejarah haruslah dilihat dari proses-proses yang praktis dan nyata berada pada masyarakat. Dari urain diatas juga dapat dipahami bahwa Marx berupaya menarik dialektika hegel kedalam masyarakat yang nyata.

Awin Buton

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel