10 Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Sosial
Faktor- Faktor Perubahan Sosial dan Tingkat Kepercayaan Masyarakat - Tulisan ini merupakan bahan diskusi dan hasil akhir "hipotesis" ketika berdiskusi tentang perihal perubahan sosial yang akan terjadi ketika berakhirnya Pandemi Covid 19 di Indonesia secara umum dan terkhusus daerah- daerah.
Perubahan sosialDalam masyarakat selalu terjadi perubahan sosial seiring perkembangan zaman. Perubahan Sosial terjadi biasanya di dalam fungsi dan struktur masyarakat yang mempengaruhi sistem sosial, nilai, sikap perilaku kelompok maupun individu.
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Sosial
Jika dilihat dari pandangan ilmu sosiologi perubahan sosial di bagi menjadi dua Faktor yang mengakibatkan adanya perubahan sosial sebagai berikut :
1. Penemuan Baru
Sebagai contoh penemuan baru yang mempengaruhi pola kehidupan bermasyarakat ialah penemuan "pemanfaatan sampah" menjadi pupuk organik dan di daur ulang dan bernilai seni sekaligus memiliki nilai jual dari sampah bekas masyarakat yang sebelumnya di biarkan ataupun hanya di bakar oleh masyarakat setempat.
2. Berkurang atau bertambah masyarakat
Berkurang dan bertambahnya masyarakat memaksa perubahan didalam struktur masyarakat misalnya bertambahnya peningkatan peran dalam susunan masyarakat, perubahan dalam budaya baru yang dibawakan ataupun perubahan penyesuaian dalam wilayah mata pencaharian yang mulai menipis di akibatkan bertambah masyarakat.
3. Konflik dalam Masyarakat
Dalam masyarakat sudahlah tentu memiliki kompleksitas tersendiri sebab didalam masyarakat juga terdapat kelompok yang berbeda beda kepentingan dan itu memiliki potensi besar terjadinya konflik antar masyarakat. Sebagai contoh ialah konflik kesukuan di Papua dan konflik agama di Maluku. Dan perubahan yang terjadi ialah perubahan sikap perilaku ke arah positif maupun negatif.
4. Terjadinya revolusi
Faktor revolusi yang terjadi di Indonesia sendiri ialah revolusi Indonesia ketika melawan penjajah, kolonialisme dengan begitu memicu perubahan sistem sosial yang dulunya terkotak-kotak lebih pada kedaerahan menjadi satu dalam lingkaran pemahaman bahwa untuk mencapai suatu kebebasan dan kemajuan maka yang harus dilakukan ialah menjadi satu.
1. Faktor Perang Negara
Perang di katakan faktor eksternal karena melibatkan pihak luar dari negara itu sendiri. Perang terbaru ialah perang dagang antara Amerika dan China yang mengakibatkan inflasi ekonomi bagi beberapa negara termasuk Indonesia.
2. Faktor Kebudayaan luar
Pengaruh globalisasi dan keterbukaan informasi mengakibatkan dengan mudahnya satu negara bersentuhan dengan budaya negara lain, misalnya pengaruh budaya Korea yang menjadi trend di Indonesia berapa tahun belakangan.
3. Faktor Alam atau lingkungan fisik
Pada umumnya biasa diakibatkan ketika bencana alam sebagai contoh yang terbaru ialah menyebarnya virus (Covid 19) mengakibatkan banyak masyarakat yang mengungsi ke tempat lain. Dengan begitu, terjadinya penyesuaian budaya di tempat lain dan berubahnya pola hidup sosial masyarakat secara praktis.
Masyarakat Indonesia
Demikian faktor-faktor sering melatarbelakangi perubahan sosial dan dari faktor perubahan sosial ini akan memunculkan budaya baru atau kebiasaan baru di tengah masyarakat . Salah satu yang menjadi perbincangan hangat di beberapa bulan belakangan ialah wabah Covid 19 yang dapat diperkiran terjadinya perubahan sosial secara permanen sebab corona Virus 19 telah merambah secara mengglobal.
Ketika pertama kali pandemi ini mulai di bicarakan masyarakat dunia secara keseluruhan lebih berhati-hati dalam melakukan interaksi sosial, lebih melihat kebersihan dirinya dan secara tampilan fisik pun berubah bisa dilihat dengan masker yang menempel menutup mulutnya sekaligus mengantongi botol hand sanitizer ketika keluar rumah.
Namun yang terjadi akhir-akhir ini adalah masyarakat mulai melupakan dan mulai beraktivitas sebagaimana biasa sebelum Pandemi walaupun dari pemerintah pusat dan daerah belum ada keterangan final bahwa Pandemi ini telah berakhir. keterangan terakhir ialah menuju masa New Normal yang dengan catatan beraktivitas luar rumah boleh tapi memperhatikan protokol Covid 19.
Anda bisa menguji itu dengan mencoba melihat di sekitar anda, anda akan menemukan sebagian masyarakat yang tidak lagi mengikuti anjuran protokol Covid dengan memakai masker dan menjaga jarak ataupun menghindari kerumunan massa.
Dari semua penjelasan diatas, yang menjadi poin saya disini ialah sebagian masyarakat kita di Indonesia cenderung memandang sebuah perubahan tingkah laku sosial ini hanya sebatas larangan dari pemerintah pusat maupun Daerah tanpa memahami setiap esensi dibalik ada bencana alam seperti Covid 19 ini. Dengan kata lain semua yang dilakukan oleh masyarakat sebagian besar sebagai keterpaksaan saja.
Dengan pandangan yang demikian timbul pertanyaan besar dalam kepala saya kenapa masyarakat bersikap demikian?. Upaya untuk mencari tahu apa penyebab semua ini bisa juga anda lakukan. Dari asumsi yang bisa saya angkat ketika mendiskusikan dengan beberapa orang kenalan saya antara lain seperti demikian :
1. Krisis kepercayaan terhadap pemerintah
Krisis kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah telah mendarah daging. Sekian kali masyarakat di kecewakan dengan sistem penanganan setiap masalah yang ada di negara ini. Mengakibatkan merosot juga kepercayaan masyarakat terhadap apapun anjuran pemerintah pusat maupun daerah tentang Covid 19
2. Sistem informasi
Akibat sistem informasi yang tidak transparan dan terbuka untuk masyarakat, mengakibatkan tumpang tindih informasi tentang Covid 19 atau perkara lainnya dan selebihnya kegagalan pemerintah menjelaskan perkara Covid 19 secara komprehensif untuk masyarakat, sekaligus kegagalan memahami keinginan masyarakat secara umum menjadi dorongan awal semua ini terjadi.
3. Kegagalan media nasional
Media juga termasuk aspek yang menerima ketidakpercayaan oleh masyarakat. Bagi sebagian masyarakat tidak ada media yang kredibel, bukan hanya sekedar perkara hoax yang menjadi titik sandaran masyarakat, melainkan kegagalan media menjaga independensi sebagai cerobong informasi yang informatif dan pro kepentingan masyarakat banyak, jauh sebelum Covid 19 adapun sebagian besar masyarakat meragukan manfaat media nasional yang di nilai hanya menjadi alat kepentingan elite politik.
Dari semua penjelasan diatas, yang menjadi poin saya disini ialah sebagian masyarakat kita di Indonesia cenderung memandang sebuah perubahan tingkah laku sosial ini hanya sebatas larangan dari pemerintah pusat maupun Daerah tanpa memahami setiap esensi dibalik ada bencana alam seperti Covid 19 ini. Dengan kata lain semua yang dilakukan oleh masyarakat sebagian besar sebagai keterpaksaan saja.
Dengan pandangan yang demikian timbul pertanyaan besar dalam kepala saya kenapa masyarakat bersikap demikian?. Upaya untuk mencari tahu apa penyebab semua ini bisa juga anda lakukan. Dari asumsi yang bisa saya angkat ketika mendiskusikan dengan beberapa orang kenalan saya antara lain seperti demikian :
1. Krisis kepercayaan terhadap pemerintah
Krisis kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah telah mendarah daging. Sekian kali masyarakat di kecewakan dengan sistem penanganan setiap masalah yang ada di negara ini. Mengakibatkan merosot juga kepercayaan masyarakat terhadap apapun anjuran pemerintah pusat maupun daerah tentang Covid 19
2. Sistem informasi
Akibat sistem informasi yang tidak transparan dan terbuka untuk masyarakat, mengakibatkan tumpang tindih informasi tentang Covid 19 atau perkara lainnya dan selebihnya kegagalan pemerintah menjelaskan perkara Covid 19 secara komprehensif untuk masyarakat, sekaligus kegagalan memahami keinginan masyarakat secara umum menjadi dorongan awal semua ini terjadi.
3. Kegagalan media nasional
Media juga termasuk aspek yang menerima ketidakpercayaan oleh masyarakat. Bagi sebagian masyarakat tidak ada media yang kredibel, bukan hanya sekedar perkara hoax yang menjadi titik sandaran masyarakat, melainkan kegagalan media menjaga independensi sebagai cerobong informasi yang informatif dan pro kepentingan masyarakat banyak, jauh sebelum Covid 19 adapun sebagian besar masyarakat meragukan manfaat media nasional yang di nilai hanya menjadi alat kepentingan elite politik.
Demikian hipotesis yang cenderung pahit untuk pemerintah ini, semoga bermanfaat.
Awin Buton