Orang Miskin yang Tak Terlihat

Bukan tak ada tapi orang miskin yang tak nampak. Lihat fenomena sosial dan sentuh langsung. Perlu motivasi, ajakan, arahan dan peluang yang lebih (kepedulian).

Kaum muda seharunya lebih mandiri dan kreatif. Petarung harus mampu bertahan di setiap kondisi kalah atau menang. Tak ada zona nyaman dan tidak sebab semua hanya tentang rasa yang dikendalikan.

Hidup adalah permainan dan sendagurau, jika belum tercapai, anggaplah sendagurau dan mulai lagi serta belajar dari kesalahan yang ada.

Emosional itu mencakup marah, sedih dan bahagia. Nikmati itu semua secara proporsional, berlebihan itu tidak baik.

Rakyat gaduh itu biasa, itulah dibentuk pemerintah dan sistem yang dijalankan. Tanggungjawab untuk menghadapi rakyat yang multi karakter. Bukan jenuh dan apatis ketika diteriaki dan tak dihiraukan.

Hakekatnya kita memiliki fungsi sosial. Fungsi tanggungjawab bila dipercayakan. Membangun peradaban yang beradab, bukan tentang keberhasilan untuk berhasil tapi usaha maksimal dan ragam strategi diterapkan.

Baik buruknya peradaban merupakan siklus kejadian yang berulang dalam waktu yang berbeda. Tantangan regenerasi fase mana yang mampu mencapai dan menghadirkan bagian baiknya dan merubah jahiliah-jahiliah kecil menjadi kebesaran etika dan estetika.

orang miskin yang tak terlihat

Tak ada orang miskin ? itu hanya perkataan orang yang kurang berpetualangan, keras untuk berempati dan sedikit pragmatis. Selami dinamika sosial hingga ke dasar, melewati lapisan-lapisan palsu dan temui kenyataan sebenarnya.

Menjadi kaum elit atau tidak, kepedulian menjadi kewajiban. Tak perlu menjadi orang besar untuk lakukan hal besar, itu bisikan seorang sahabat kala itu. Mampu memberikan ruang-ruang hidup, mengurangi lapar dan susah sesama ciptaan Tuhan. Sebaik-baiknya mencintai Pencipta adalah dibuktikan dengan mencintai ciptaanya.

Kedai Kopi Fina Gahu

Sanana, 31 Januari 2020

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel