Membaca Pola Kehidupan Nomaden di Masa Prasejarah

Mengutip dari Wikipedia, Prasejarah adalah sebutan bagi kurun waktu yang bermula ketika makhluk homonini mulai memanfaatkan perkakas batu, sekitar 3,3 juta tahun silam dan berakhir ketika sistem tulis diciptakan. Oleh karena itu prasejarah juga disebut Zaman Praaksara atau zaman sebelum ada aksara dan Zaman Nirkela atau zaman ketiadaan tulisan. Selain ketidakadaan tulisan di zaman ini terdapat pola kehidupan yang masih bersifat Nomaden.

Nomaden sendiri artinya berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, dan kebiasaan nomaden ini pada dasarnya ada di manusia atau masyarakat prasejarah. Diketahui melalui literatur kesejarahan bahwa pada masa masyarakat prasejarah kehidupan sangat bergantung pada alam, dan apa pun yang dimakan manusia pada saat itu adalah bahan makanan yang disediakan alam langsung seperti umbi-umbian, dedaunan dan buah-buahan yang tinggal di petik. Dengan kata lain, manusia di masa prasejarah tidak menanam, mengelola pertanian maupun beternak dan tambak ikan.

Sebab jika mereka ingin memakan umbi-umbian tinggal di ambil karena hidup liar di hutan, dan jika mereka menginginkan ikan maka akan ditangkapnya di sungai, waduk atau tempat lain di mana ikan hidup. Selain itu apabila ingin memakan daging mereka akan berburu untuk menangkap binatang buruannya di alam.

Nah, berdasarkan pola kehidupan Nomaden yang artinya berpindah-pindah itu, maka masa kehidupan prasejarah ini sering kali disebut sebagai fase mengumpulkan bahan-bahan makanan. Selain dari itu, pola kehidupan nomaden bertujuan juga untuk menangkap binatang buruannya. Akibat dari kehidupan nomaden yang berlangsung dalam waktu yang lama dan terus menerus. Akhirnya mereka tidak pernah memikirkan rumah sebagai tempat tinggal yang tetap.

Manusia prasejarah biasanya tinggal di alam terbuka seperti di hutan,gua, pohon, tepi sungai, pegunungan, dan lembah-lembah. Dengan letak kehidupan demikian maka ancaman hidup yang terbuka di segala penjuru semisalnya binatang buas yang menjadi musuh utama manusia prasejarah.

Dan dalam kehidupan nomaden perjalanan perpindahan lebih disenangi melalui jalur sungai, jalur sungai dianggap lebih mudah ditelusuri manusia prasejarah karena perjalanan jalur sungai dipandang lebih mudah dan terlebih aman daripada melalui jalur daratan yang dianggap lebih berbahaya. Maka untuk memudahkan bertransportasi, manusia prasejarah merakit alat transportasi seperti perahu yang terbuat dari kayu atau alat rakitan seadanya dari bambu-bambu yang diikatkan seperti perahu untuk melalui sungai.

Terlebih, pada masanya, masyarakat prasejarah telah mengenal kehidupan berkelompok, dimana jumlah anggota dari setiap kelompok terdiri dari 10 hingga 20 orang. Dan untuk memudahkan kehidupannya, mereka manusia prasejarah juga membuat alat-alat perlengkapan dari batu dan kayu. Meskipun terlihat bentuknya masih sangat kasar sederhana namun berguna dalam kehidupan sehari-hari dan berburu.

Seiring berjalannya waktu, manusia atau masyarakat prasejarah mulai menyadari jika makanan yang disediakan oleh alam akan sangat terbatas dan akhirnya habis karena faktor alam maupun manusia. Dengan itu, Masyarakat prasejarah kemudian mempelajari cara bertahan hidup dengan menanami lahan-lahan yang di tinggalkan agar dapat menyediakan bahan makanan yang lebih banyak dikemudian hari walaupun mereka telah berpindah tempat. Dengan bercocok tanam juga akhirnya para wanita dan anak tidak harus selalu ikut berpindah untuk mengumpulkan bahan makanan ataupun berburu binatang.


Pada akhirnya manusia yang hadir di sesudahnya mulai meningkatkan pola kehidupan yang berawal dari pengalaman manusia prasejarah hingga sampai pada titik pola hidup di era modern sekarang. Demikianlah proses menjelaskan sekaligus membaca sejarah kehidupan manusia prasejarah.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel