Memahami Pemikiran Sejarah Arnold Joseph Toynbee

Filsuf Arnold Joseph Toynbee adalah seorang sejarawan besar yang lahir pada tanggal 14 April 1889 di London Inggris. Toynbee Memulai karir intelektualnya di tahun 1912 sebagai pengajar di Balliol dan kemudian menjadi tenaga pengajar di King's College London serta menjadi profesor sejarah modern Yunani dan Bizantium, menjadi Profesor Sejarah internasional di universitas London pada tahun 1925-1946.

Sebagai seorang Fillsuf Sejarah spekulatif, seperti filsuf sejarah lainnya. Toynbee juga ingin menyelidiki dan menemukan struktur intern yang melatarbelakangi arus peristiwa sejarah. Maka dengan itu, ia menyelidikinya dengan cara mengamati sejarah dari lingkup-lingkup kebudayaan masyarakat tertentu karena menurutnya kebudayaan adalah unit studi sejarah. Sebagai unit studi sejarah maka kebudayaan harus dilihat sebagai suatu keseluruhan. Itu berarti membuktikan bahwa Toynbee berangkat dari asumsi tentang sejarah sebagai sebuah konstruk atau sistem.

Keseluruhan hasil penyelidikannya termuat dalam buku monumentalnya yang mengulas tentang peradaban dunia dengan judul A Study of History, dan berjumlah 12 jilid yang mulai diterbitkan secara bertahap dari tahun 1934 sampai 1961. Dengan mengikuti siklus kehidupan organisme, Toynbee memulai tentang teori gerak sejarah atau proses perkembangan kebudayaan berlangsung dengan tahapan karena menurutnya peradaban selalu mengikuti alur mulai dari kemunculan hingga sampai proses kehancuran. Pola sejarah Arnold Joseph Toynbee ini sejalan dengan hukum siklus karena proses sejarah itu berjalan secara kontinu membentuk suatu lingkaran "lahir, tumbuh, runtuh dan hancur".

Berbeda dengan terminologi Oswald Spengler yang mengatakan gerak sejarah (peradaban) hanya tersisa menjadi periode kemunduran yang tidak akan dapat diubah dan tidak ada pula proyeksi maupun prospek mengembalikan proses sebelumnya. sebab peradaban berkembang kemudian membusuk seperti organisme alami, dan upaya peremajaan kembali dalam satu kasus tidaklah mungkin terjadi seperti kasus lainnya.

Sebaliknya Arnold Joseph Toynbee percaya dan menyimpulkan bahwa sejarah peradaban manusia merupakan suatu lingkaran perubahan yang berkepanjangan, lahir, tumbuh, pecah dan hancur. Namun proses perputaran itu menurut Toynbee jika sebuah peradaban tidak selalu berakhir dengan kemusnahan total. Terdapat kecenderungan proses itu berulang, meskipun dengan cara yang tidak sepenuhnya sama dengan peradaban yang mendahuluinya atau mencapai puncaknya kemudian akhirnya menghasilkan sesuatu yang gemilang.

Hasil berbeda yang dikemukakan Toynbee ini, berangkat dari pandangannya mengenai mekanisme sejarah yang tercermin dari perkembangan kebudayaan. Dimana proses kelahiran kebudayaan berlangsung dalam mekanisme Challenge anda Response (Tantangan dan Jawaban) dan Proses Withdrawal and Return (penarikan diri dan kepulangan) yang akan terjadi di setiap kebudayaan yang ada.

Dan pemikirannya tentang siklus sejarah yang cukup mencengangkan termuat dalam jilid VI, dimana Toynbee berpendapat proses sejarah akan bergerak mengikuti garis lurus menuju Kerajaan Tuhan sebagai tujuan puncaknya. Sebab disitulah manusia mencapai status sebagai manusia super karena menjalin langsung hubungan secara individual dengan Tuhan.


Nah, dapat dilihat bahwa konsep dan pemikiran dari Toynbee ini dapat dilihat relevansinya dengan kehidupan kebudayaan masyarakat modern. Dimana kemajuan disegala bidang kehidupan manusia akhir ini menunjukan sekaligus memperlihatkan bagaimana dialektika antara konsep Tantangan dan Jawaban, atau dengan kata lain dapat menjawab tantangan zamannya.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel