Ibnu Khaldun, Bapak Sosiologi dan Filsafat Sejarah
Ibnu Khaldun adalah pemikir Islam yang memiliki nama lengkap, Abu Zayd'abd al-rahman ibn Muhammad Ibn Khaldun al-hadrami. Ibnu Khaldun lahir di Tunisia pada awal bulan Ramadhan 732 H atau 27 Mei 1332 M dan meninggal di Kairo Mesir, pada 25 Ramadhan 808 H atau 19 Maret 1406 M, dalam usia 73 tahun.
Selebihnya di negara Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, mendedikasikan sebuah perguruan tinggi yang dinamai, Universitas Ibn Khaldun (UIKA), berdiri tahun 1961 dan terletak di Kota Bogor, Jawa Barat. Sebuah apresiasi terhadap sosok Ibnu Khaldun yang telah banyak memberikan sumbangsih dan kontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan khususnya Islam itu sendiri. Terimakasih
Ibnu Khaldun adalah seorang filsuf dan sejarahwan muslim hebat yang di zamannya dikenal sebagai ilmuan pionir yang memperlakukan sejarah sebagai ilmu, dengan cara mengemukakan alasan-alasan untuk mendukung fakta-fakta yang terjadi. Ibnu Khaldun juga terkenal sebagai ilmuan sosiologi, ekonomi, politik. Dimana ia pernah terjun langsung kedalam dunia politik. Dan sekarang Ibnu Khaldun dikenal sebagai 'Bapak Sosiologi.
Ibnu Khaldun memulai pendidikan pertamanya dari ayahnya langsung yang bertindak sebagai guru pertama, kemudian pindah belajar agama yang pertama dipelajarinya adalah Ilmu Bahasa pada Abu abdilah Muhammad Ibnu Al-arabi Al-husairi, Abu Al-Abas Ahmad Ibnu Al-Qushar serta Abu Abdillah al-Wadiyashi.
Ibnu Khaldun memulai pendidikan pertamanya dari ayahnya langsung yang bertindak sebagai guru pertama, kemudian pindah belajar agama yang pertama dipelajarinya adalah Ilmu Bahasa pada Abu abdilah Muhammad Ibnu Al-arabi Al-husairi, Abu Al-Abas Ahmad Ibnu Al-Qushar serta Abu Abdillah al-Wadiyashi.
Kemudian belajar Ilmu Fiqh kepada Abi Abdillah Muhammad al-jiyani dan Abu al-Qasim Muhammad al-Qashir. Selain itu Ibnu Khaldun juga belajar tentang Ilmu Logika, Matematika, Teologi dan Astronomi kepada Abu Abdillah Muhammad Ibnu Ibrahim Al-arabi.
Meskipun hidup pada masa dimana peradaban Islam mulai mengalami kehancuran atau dalam bahasa Nurcholish Madjid, masa dimana umat Islam telah mengalami anti klimaks perkembangan peradabannya. Namun Ibnu Khaldun masih dapat mampu tampil sebagai pemikir muslim kreatif yang melahirkan pemikiran-pemikiran besar yang dituangkan dalam beberapa karya-karyanya.
Salah satu karya Ibnu Khaldun yang paling populer ialah Muqaddimah yang didalamnya terdapat penjelasan tentang ilmu baru dari Ibnu Khaldun yakni, Ilmu al-umran atau Ilmu tentang organisasi sosial. dari karyanya ini kemudian beberapa para pakar sosial berpendapat bahwa Muqaddimah sebagai risalah dalam sosiologi dan memandang Ibnu Khaldun sebagai pendiri Sosiologi.
Dalam Muqaddimahnya, Ibnu Khaldun dianggap tuntas menjelaskan terbentuk dan lenyapnya negara-negara dengan teori sejarah. dimana Ibnu Khaldun begitu meyakini bahwa pada dasarnya negara-negara berdiri bergantung pada generasi pertama "pendiri negara" yang memiliki tekad yang kokoh untuk mendirikan negara, lalu generasi kedua yang menikmati kestabilan yang ditinggali generasi pertama dan akan muncul generasi ketiga yang akan menuju ketenangan, kesenangan yang terbujuk oleh materi, sehingga sedikit demi sedikit bangunan spritual akan lemah dan negara itu pun hancur, baik karena melemahnya internal negara atau serangan musuh "eksternal".
Atas dasar pemikirannya yang brilian dalam Muqaddimah, Ibnu Khaldun mendapatkan pujian sebagai seorang yang memiliki kontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Dari seorang sejarawan Inggris, Arnold J. Toynbee yang menyebutkan Muqaddimah adalah sebuah filosofi sejarah yang tidak diragukan lagi merupakan karya terbesar dari jenisnya yang pernah diciptakan oleh pikiran manapun kapanpun atau dimanapun".
Dan dari Filsuf Inggris, Robert Flint dengan menuliskan tentang Ibnu Khaldun. "Sebagai seorang ahli teori sejarah, dia sama sekali tidak setara dalam usia atau negara manapun sampai Vico muncul, lebih dari tiga ratus tahun kemudian. Plato, Aristoteles dan Agustinus bukanlah teman sebayanya, dan semua yang lain tidak layak untuk disebutkan namanya bersamanya".
Meskipun hidup pada masa dimana peradaban Islam mulai mengalami kehancuran atau dalam bahasa Nurcholish Madjid, masa dimana umat Islam telah mengalami anti klimaks perkembangan peradabannya. Namun Ibnu Khaldun masih dapat mampu tampil sebagai pemikir muslim kreatif yang melahirkan pemikiran-pemikiran besar yang dituangkan dalam beberapa karya-karyanya.
Salah satu karya Ibnu Khaldun yang paling populer ialah Muqaddimah yang didalamnya terdapat penjelasan tentang ilmu baru dari Ibnu Khaldun yakni, Ilmu al-umran atau Ilmu tentang organisasi sosial. dari karyanya ini kemudian beberapa para pakar sosial berpendapat bahwa Muqaddimah sebagai risalah dalam sosiologi dan memandang Ibnu Khaldun sebagai pendiri Sosiologi.
Dalam Muqaddimahnya, Ibnu Khaldun dianggap tuntas menjelaskan terbentuk dan lenyapnya negara-negara dengan teori sejarah. dimana Ibnu Khaldun begitu meyakini bahwa pada dasarnya negara-negara berdiri bergantung pada generasi pertama "pendiri negara" yang memiliki tekad yang kokoh untuk mendirikan negara, lalu generasi kedua yang menikmati kestabilan yang ditinggali generasi pertama dan akan muncul generasi ketiga yang akan menuju ketenangan, kesenangan yang terbujuk oleh materi, sehingga sedikit demi sedikit bangunan spritual akan lemah dan negara itu pun hancur, baik karena melemahnya internal negara atau serangan musuh "eksternal".
Atas dasar pemikirannya yang brilian dalam Muqaddimah, Ibnu Khaldun mendapatkan pujian sebagai seorang yang memiliki kontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Dari seorang sejarawan Inggris, Arnold J. Toynbee yang menyebutkan Muqaddimah adalah sebuah filosofi sejarah yang tidak diragukan lagi merupakan karya terbesar dari jenisnya yang pernah diciptakan oleh pikiran manapun kapanpun atau dimanapun".
Dan dari Filsuf Inggris, Robert Flint dengan menuliskan tentang Ibnu Khaldun. "Sebagai seorang ahli teori sejarah, dia sama sekali tidak setara dalam usia atau negara manapun sampai Vico muncul, lebih dari tiga ratus tahun kemudian. Plato, Aristoteles dan Agustinus bukanlah teman sebayanya, dan semua yang lain tidak layak untuk disebutkan namanya bersamanya".
Selebihnya di negara Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, mendedikasikan sebuah perguruan tinggi yang dinamai, Universitas Ibn Khaldun (UIKA), berdiri tahun 1961 dan terletak di Kota Bogor, Jawa Barat. Sebuah apresiasi terhadap sosok Ibnu Khaldun yang telah banyak memberikan sumbangsih dan kontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan khususnya Islam itu sendiri. Terimakasih