Sinoli (Sagu Goreng) - Makanan Khas Kepulauan Sula
Makanan Kuliner Khas Sula Sinoli atau Sagu Goreng boleh dikata memiliki cita rasa yang berbeda dengan Sagu Goreng dan daerah lain Se-antero Bangsa yang dikenal sebagai Negara Seribu Pulau. Ciri khas makanan Sinoli dibuat Iebih sederhana lagi dengan bahan dasar Sagu dan Isi Buah Kelapa Tua saja.
Makanan ini pun tumbuh di jaman dulu sejak jaman penjajahan Portugis dan Belanda menjajah Rakyat Indonesia tepatnya di Maluku Sanana Kepulauan Sula. Menurut cerita para Tokoh Adat dan Pemangku Sangadji atau Pimpinan Desa Waitina Kecamatan Mangoli Timur Kabupaten Kepulauan Sula, Makanan khas Sinoli telah disajikan sebagai makan pokok pengganti Beras atau padi pada 1940 Tahun silam.
Karena makanan mi berbahan dasar Sagu yang dulu hadir sebagal pengganti Padi atau Beras yang pada saat itu rakyat susah untuk memperolehnya.
Makanan ini pun tumbuh di jaman dulu sejak jaman penjajahan Portugis dan Belanda menjajah Rakyat Indonesia tepatnya di Maluku Sanana Kepulauan Sula. Menurut cerita para Tokoh Adat dan Pemangku Sangadji atau Pimpinan Desa Waitina Kecamatan Mangoli Timur Kabupaten Kepulauan Sula, Makanan khas Sinoli telah disajikan sebagai makan pokok pengganti Beras atau padi pada 1940 Tahun silam.
Karena makanan mi berbahan dasar Sagu yang dulu hadir sebagal pengganti Padi atau Beras yang pada saat itu rakyat susah untuk memperolehnya.
Maka untuk betahan hidup sebagai penggangti makan pokok, maka pengganti makanan Sanasi atau Basudara warga masayarakat yang berada di kampung Waitina sehari han juga adalah Sinoli.
Proses pembuatan Sinoli itu sendiri diawali dengan Pembuatan alat banag atau pemukul batang isi pohon sagu atau hampir sama dengan Makanan Pola atau Sagu Bakar. Setelah itu secara berkelompok atau regu menuju ke kebun pohon sagu untuk menembang Pohori Sagu.
Hasil pengendapan kemudian diolah lagi hingga menghasilkan isi sagu, guna dimasukkan ke tempat yang telah buat atau menjadi sa tumang (Sagu dalam Bongkahan) yang terbungkus dalam satu tempat yang berbahan daun sagu yang dibuat oleh warga setempat.
Isi sagu yang telah siap kemudian diambil seperlunya untuk diramas atau dihaluskan kembali dengan tangan guna dicampur dengan Kelapa Buah yang telah dikukur/cukur.
Proses berlanjut dalam adonan yang telah dicampur parutan isi buah kelapa guna di naikkan ke wajan yang telah dipanasi api untuk selanjutnya digaruk atau digoreng hingga matang.
Pasca Kemerdekaan 1945, seirlng berjalan waktu, Kuliner Sinoli guna dapat disajikan dengan rasa manis tersendiri bahan dasar Sinoli kemudian ditambahkan gula pasir secukupnya dalam adonan sagu dan parutan isi kelapa tua tersebut guna dapat disajikan kepada para masyarakat yang suka mengkonsumsi rasa manis.
Setelah hasil Sagu Goreng atau garuk sagu matang/masak Sinoli tesebut kemudian diangkat kembali untuk slap disajikan atau slap dicicipi yang dipadukan dengan menu tambahan ikan asin/garam dan popeda.
Namun di zaman sekarang makanan Sinoli juga hampir kurang dilestarikan karena masyarakat juga telah hidup dengan Iebih banyak menkonsumsi beras atau padi sehingga Sinoli sebagai warisan budaya masyarakat Waitina Kecamatan Mangoli Timur Kabupaten Kepulauan Sula tempo doelo hampir jarang ditemukan dirumah rumah warga sula.
Dengan mengkonsumsi makanan Sinoli, hidup masyarakat Iebih ekonomis dan sederhana, gaya hidup sehat dengan sendirinya tercipta karena mengurangi mengkonsumsi makanan berlemak karna Sinoli digoreng tampa minyak serta Silaturrahim warga masyarakat terjalin, karena Sinoli disuguhkan dalam keadaan lagi duduk santai bersama, sambil membicarakan masalah pribadi dalam suasana humoris serta masalah kampung atau desa dengan penuh ceria dan humanis.
Proses pembuatan sinoli atau sagu goreng
Proses pembuatan Sinoli itu sendiri diawali dengan Pembuatan alat banag atau pemukul batang isi pohon sagu atau hampir sama dengan Makanan Pola atau Sagu Bakar. Setelah itu secara berkelompok atau regu menuju ke kebun pohon sagu untuk menembang Pohori Sagu.
Sagu yang ditebang kemudian dilakukan pengambilan isi sagu yang berada pada pohon sagu dengan cara banag atau memukul batang pohon sagu hingga hancur atau halus. Selanjutnya hasil isi sagu kemudian diangkat dan dipisahkan ke tempat selanjutnya untuk dilakukan pengedapan dengan cara memishakan atau menyaring isi sagu untuk terpisah dan kulit batang pohon sagu tersebut.
Baca juga : Makanan Khas Kepulauan Sula - Pola (Sagu Bakar)
Hasil pengendapan kemudian diolah lagi hingga menghasilkan isi sagu, guna dimasukkan ke tempat yang telah buat atau menjadi sa tumang (Sagu dalam Bongkahan) yang terbungkus dalam satu tempat yang berbahan daun sagu yang dibuat oleh warga setempat.
Isi sagu yang telah siap kemudian diambil seperlunya untuk diramas atau dihaluskan kembali dengan tangan guna dicampur dengan Kelapa Buah yang telah dikukur/cukur.
Proses berlanjut dalam adonan yang telah dicampur parutan isi buah kelapa guna di naikkan ke wajan yang telah dipanasi api untuk selanjutnya digaruk atau digoreng hingga matang.
Pasca Kemerdekaan 1945, seirlng berjalan waktu, Kuliner Sinoli guna dapat disajikan dengan rasa manis tersendiri bahan dasar Sinoli kemudian ditambahkan gula pasir secukupnya dalam adonan sagu dan parutan isi kelapa tua tersebut guna dapat disajikan kepada para masyarakat yang suka mengkonsumsi rasa manis.
Setelah hasil Sagu Goreng atau garuk sagu matang/masak Sinoli tesebut kemudian diangkat kembali untuk slap disajikan atau slap dicicipi yang dipadukan dengan menu tambahan ikan asin/garam dan popeda.
Namun di zaman sekarang makanan Sinoli juga hampir kurang dilestarikan karena masyarakat juga telah hidup dengan Iebih banyak menkonsumsi beras atau padi sehingga Sinoli sebagai warisan budaya masyarakat Waitina Kecamatan Mangoli Timur Kabupaten Kepulauan Sula tempo doelo hampir jarang ditemukan dirumah rumah warga sula.
Dengan mengkonsumsi makanan Sinoli, hidup masyarakat Iebih ekonomis dan sederhana, gaya hidup sehat dengan sendirinya tercipta karena mengurangi mengkonsumsi makanan berlemak karna Sinoli digoreng tampa minyak serta Silaturrahim warga masyarakat terjalin, karena Sinoli disuguhkan dalam keadaan lagi duduk santai bersama, sambil membicarakan masalah pribadi dalam suasana humoris serta masalah kampung atau desa dengan penuh ceria dan humanis.