Puisi Pendek - Kehidupan Singkat Hujan Pagi
Puisi Pendek Kehidupan Singkat Hujan Pagi - Puisi kehidupan singkat hujan pagi menceritakan sepenggal kehidupan nyata saat hujan dipagi hari. Seseorang yang berjalan ditengah hujan pagi sambil memakai jaket hujan. Orang itu belum tidur semalaman akbiat kebiasaan susah tidur yang di alaminya.
Pagi ini aku terbawa hujan gerimis
Basuh sebagian kulitku agar terjaga
Mendatangi jalan-jalan sepi tak bertuan
Aku belum tertidur, hanya takut bermimpi
Aroma tubuhmu menyertai lupaku
Hingga lupa ini melarat kehausan
Mata mulai perih, melambaikan untuk redup
Rindu menolak untuk bersama hujan
Matahari bersembunyi dibalik cahaya gelap
Aku terbaring tak berdaya dengan puisi ini
Terbawa setengah sadar tentang pagi
Pak tua dengan motor lamanya melewati beban
Sedangkan ibu menjaga jualanya semalaman
Kalian pejuang kehidupan sejak pagi
Hujan mengiringi doa kalian akan nasib
Sedangkan aku masih terbawa oleh hujan
Terganggu oleh gadis dimasa lalu
Rindu menjadi penyakit
Bukan hujan yang merindu
Itu hanya omong kosong aneh
Aku lalu berbaring dan masih menulis
Menulis hingga kulit menjadi layu
Dan mata mulai rabun
Maka aku sadar tulisan ini akan abadi
Berjalanan menuju sebuah toko untuk membeli sebungkus rokok. Di depan toko masih terlihat seorang ibu yang dengan semangatnya berjualan sejak malam hingga pagi itu. Semangat seorang ibu tua yang gagah perkasa meski dingin menyelimuti kulit yang mulai keriput.
Dalam perjalanan pulang ke rumah, terlihat juga seorang pak tua dengan sepeda motornya membawa beban berat untuk usahanya. Pemandangan itu begitu indah dan semangat perjuangan terhadap kehidupan meski hujan.
Setibanya dirumah, orang tersebut langsung terbaring di tempat tidurnya dalam keadaan setengah mengantuk akibat belum tidur semalaman. Jadilah puisi kehidupan saat hujan dipagi hari ini, dengan sedikit sadar dia mulai menulis sepenggal puisi ini.
Puisi Kehidupan Singkat Hujan Pagi
Pagi ini aku terbawa hujan gerimis
Basuh sebagian kulitku agar terjaga
Mendatangi jalan-jalan sepi tak bertuan
Aku belum tertidur, hanya takut bermimpi
Aroma tubuhmu menyertai lupaku
Hingga lupa ini melarat kehausan
Mata mulai perih, melambaikan untuk redup
Rindu menolak untuk bersama hujan
Matahari bersembunyi dibalik cahaya gelap
Aku terbaring tak berdaya dengan puisi ini
Terbawa setengah sadar tentang pagi
Pak tua dengan motor lamanya melewati beban
Sedangkan ibu menjaga jualanya semalaman
Kalian pejuang kehidupan sejak pagi
Hujan mengiringi doa kalian akan nasib
Sedangkan aku masih terbawa oleh hujan
Terganggu oleh gadis dimasa lalu
Rindu menjadi penyakit
Bukan hujan yang merindu
Itu hanya omong kosong aneh
Aku lalu berbaring dan masih menulis
Menulis hingga kulit menjadi layu
Dan mata mulai rabun
Maka aku sadar tulisan ini akan abadi