Pentingnya Pemahaman Moralitas di Era Globalisasi ?
Dalam Era Globalisasi, lingkungan memiliki definisi yang luas, dimana seseorang bisa sangat mudah menemukan suasana yang dia suka sehingga memunculkan efek positif atau negatif. Terutama para remaja yang merupakan kelompok masyarakat yang paling rentan terhadap pengaruh negatif yang menyebabkan dekadensi moral. Problematika ini jelas sangat sulit diatasi jika hanya mengandalkan teori - teori psikologi Barat yang sekuler.
Moralitas sebagai bentuk kesepakatan masyarakat mengenai apa yang layak dan apa yang tidak layak dilakukan, mempunyai sistem hukum sendiri. Dimana hampir semua lapisan masyarakat mempunyai suatu tatanan masing-masing, bahkan komunitas terkecil masyarakat kadang mempunyai moral atau etika tersendiri dengan sistemnya sendiri. Meskipun hukuman bagi mereka yang melanggar moralitas, lebih kejam dari pada hukuman yang dijatuhkan oleh institusi formal. Hukuman terberat dari seorang yang melanggar moralitas adalah beban psikologis yang terus menghantui, pengucilan dan pembatasan dari kehidupan yang 'normal'.
Tentunya masing-masing kelompok masyarakat mempunyai istilah yang beragam dalam membahasakan moral ini, ada yang menyebutnya dengan etika dan dalam Islam dikenal dengan akhlak. Dan dalam komunitas atau lembaga profesional dikenal dengan kode etik, sedangkan di tengah masyarakat sering dibahasakan dengan sopan santun, keseluruhannya mempunyai kesamaan yaitu apa yang patut dan apa yang tidak patut dilakukan oleh anggotanya.
Nah, di tengah arus globalisasi, lingkungan pendidikan remaja, kini tidak lagi monoton dan terbatas di dalam lingkungan sekolah atau lembaga pendidikan. Namun bisa di dalam lingkungan sekolah, namun kini dia punya akses untuk berhubungan, melihat langsung dan bisa jadi terlibat dalam kehidupan lain di dunia lain dengan media teknologi dan informasi.
Dengan kata lain lingkungan pendidikan mempunyai definisi yang lebih luas yaitu bukan hanya di mana siswa atau anak itu tinggal, namun mencakup juga di mana anak, menemukan tempat, suasana dan lingkungan yang berbeda dan kemudian mengidentifikasi menjadi suatu keadaan yang cocok atau tidak cocok untuk dirinya. Berdasarkan berbagai pengaruh lingkungan yang beragam yang juga membuka peluang yang sangat lebar bagi seorang remaja untuk mempunyai kepribadian ganda karena terjadinya gangguan pada masa remaja anak yang kalau dibiarkan terus-menerus dapat berakibat pada kejahatan remaja.
Nah, dari keterbukaan inilah, maka, penting diadakan penguatan kepribadian yang bermoral pada diri anak berbasis agama, karena sekarang ini moralitas yang dipilih juga akan mempengaruhi kekuatan pengaruhnya pada diri seseorang, yang dapat berakibat pada kekuatan prinsip dirinya untuk bisa memilih dan memilah serta memutuskan yang baik dan tidak baik, yang pantas dan yang tidak pantas untuk dirinya.
Walaupun sudah dilakukan, ketakutan lainnya ketika mereka merasa sudah dibekali moralitas pada remaja, namun keliru dengan moralitas yang hampa karena jauh dari nilai-nilai spiritual. Pada titik inilah peran penting pendidikan agama Islam yang integral dan fungsional dalam mengantisipasi degradasi moral remaja di era global, dengan menelanjangi potensi yang dihadapi remaja dikemudian hari dan melakukan upaya distribusi pemahaman moralitas melalui nilai-nilai Islam itu sendiri.
Moralitas sebagai bentuk kesepakatan masyarakat mengenai apa yang layak dan apa yang tidak layak dilakukan, mempunyai sistem hukum sendiri. Dimana hampir semua lapisan masyarakat mempunyai suatu tatanan masing-masing, bahkan komunitas terkecil masyarakat kadang mempunyai moral atau etika tersendiri dengan sistemnya sendiri. Meskipun hukuman bagi mereka yang melanggar moralitas, lebih kejam dari pada hukuman yang dijatuhkan oleh institusi formal. Hukuman terberat dari seorang yang melanggar moralitas adalah beban psikologis yang terus menghantui, pengucilan dan pembatasan dari kehidupan yang 'normal'.
Tentunya masing-masing kelompok masyarakat mempunyai istilah yang beragam dalam membahasakan moral ini, ada yang menyebutnya dengan etika dan dalam Islam dikenal dengan akhlak. Dan dalam komunitas atau lembaga profesional dikenal dengan kode etik, sedangkan di tengah masyarakat sering dibahasakan dengan sopan santun, keseluruhannya mempunyai kesamaan yaitu apa yang patut dan apa yang tidak patut dilakukan oleh anggotanya.
Nah, di tengah arus globalisasi, lingkungan pendidikan remaja, kini tidak lagi monoton dan terbatas di dalam lingkungan sekolah atau lembaga pendidikan. Namun bisa di dalam lingkungan sekolah, namun kini dia punya akses untuk berhubungan, melihat langsung dan bisa jadi terlibat dalam kehidupan lain di dunia lain dengan media teknologi dan informasi.
Dengan kata lain lingkungan pendidikan mempunyai definisi yang lebih luas yaitu bukan hanya di mana siswa atau anak itu tinggal, namun mencakup juga di mana anak, menemukan tempat, suasana dan lingkungan yang berbeda dan kemudian mengidentifikasi menjadi suatu keadaan yang cocok atau tidak cocok untuk dirinya. Berdasarkan berbagai pengaruh lingkungan yang beragam yang juga membuka peluang yang sangat lebar bagi seorang remaja untuk mempunyai kepribadian ganda karena terjadinya gangguan pada masa remaja anak yang kalau dibiarkan terus-menerus dapat berakibat pada kejahatan remaja.
Nah, dari keterbukaan inilah, maka, penting diadakan penguatan kepribadian yang bermoral pada diri anak berbasis agama, karena sekarang ini moralitas yang dipilih juga akan mempengaruhi kekuatan pengaruhnya pada diri seseorang, yang dapat berakibat pada kekuatan prinsip dirinya untuk bisa memilih dan memilah serta memutuskan yang baik dan tidak baik, yang pantas dan yang tidak pantas untuk dirinya.
Walaupun sudah dilakukan, ketakutan lainnya ketika mereka merasa sudah dibekali moralitas pada remaja, namun keliru dengan moralitas yang hampa karena jauh dari nilai-nilai spiritual. Pada titik inilah peran penting pendidikan agama Islam yang integral dan fungsional dalam mengantisipasi degradasi moral remaja di era global, dengan menelanjangi potensi yang dihadapi remaja dikemudian hari dan melakukan upaya distribusi pemahaman moralitas melalui nilai-nilai Islam itu sendiri.