Membaca Pemikiran Antropologi Claude Levi Strauss
Claude Levi-Strauss merupakan bapak Antropologi Modern, atau disebut juga sebagai Bapak Strukturalisme Prancis. Levi Strauss lahir pada 28 November 1908 di Prancis dan meninggal pada tanggal 30 Oktober 2009, di usianya yang memasuki 100 tahun.
Pendapat Claude Levi-Strauss yang terkenal ialah Pemikiran primitif memiliki struktur yang sama dengan pemikiran yang beradab dan bahwa ciri-ciri manusia sama dimana saja manusia berada. Pendapat yang berasaskan analisis struktural ini terdapat dalam bukunya yang berjudul Tristes Tropiques, dan memiliki metode yang serempak yaitu Antropologi dan Linguistik, unsur-unsur yang di fokuskan adalah mengenai mitos, adat istiadat dan masyarakat itu sendiri.
Dari proses analisisnya, manusia dipandang sebagai suatu porsi dari struktur yang tidak dikonstitusikan oleh analisis itu, melainkan di larutkan dengan analisis tersebut. Sebab perubahan penekanan dari manusia ke Struktur merupakan ciri umum pemikiran struktutalis.
Pemikiran-pemikiran Levi Strauss di akui oleh dirinya sendiri bahwa ia dipengaruhi ketiga tokoh besar yang dipandangnya sebagai guru yakni, Karl Marx, Psikoanalisis Freud dan James Hutton dengan Ilmu Geologi-nya. Dimana ketiga-tiganya menurut Levi Strauss memperlihatkan bahwa realitas yang spontan tampak dan hal itu harus dipahami secara lebih dalam. Maka dengan itu Levi Strauss sendiri terpanggil melakukan serupa dalam bidang antropologi.
Berkaitan dengan antropologi strukturalnya, tentu Levi Strauss bukanlah satu-satunya orang yang memberi pendalaman pada karakter struktural dalam fenomena-fenomena sosial, namun yang melatarbelakangi kebesaran namanya ialah orisinalitasnya karena memberi perhatian yang serius atas perihal itu dan lebih ia berani mengambil keputusan atas konsekuensi dari semua itu.
Keseriusan yang ditunjukkan oleh Levi Strauss dapat dilihat dalam studi tentang kehidupan masyarakat "masyarakat pembohong" dari berbagai belahan dunia. Hal yang disoroti dalam kehidupan masyarakat adalah praktek atau tata cara perkawinan, sistem kekerabatan, hirarki kekuasaan, sumber mata pencaharian, kepercayaan serta mitos-mitos yang melekat dalam kehidupan masyarakat. Nah dari studi dan analisis yang mendetail inilah yang kemudian membuktikan perluasan cakupan analisis struktural dari sebelumnya dikemukakan oleh de Saussure dalam bidang linguistik.
Sejauh yang tertulis dalam percakapan terkait diri Levi Strauss memang begitu konsisten dengan analisisnya, kemudian dengan itu, secara kenyataan struktur yang melandasi kehidupan masyarakat sesungguhnya adalah hukum-hukum baku yang dipatuhi dengan tidak sadar sejalan dengan kesepakatan-kesepakatan (konvensi) yang mendasari bahasa.
Pendapat Claude Levi-Strauss yang terkenal ialah Pemikiran primitif memiliki struktur yang sama dengan pemikiran yang beradab dan bahwa ciri-ciri manusia sama dimana saja manusia berada. Pendapat yang berasaskan analisis struktural ini terdapat dalam bukunya yang berjudul Tristes Tropiques, dan memiliki metode yang serempak yaitu Antropologi dan Linguistik, unsur-unsur yang di fokuskan adalah mengenai mitos, adat istiadat dan masyarakat itu sendiri.
Dari proses analisisnya, manusia dipandang sebagai suatu porsi dari struktur yang tidak dikonstitusikan oleh analisis itu, melainkan di larutkan dengan analisis tersebut. Sebab perubahan penekanan dari manusia ke Struktur merupakan ciri umum pemikiran struktutalis.
Pemikiran-pemikiran Levi Strauss di akui oleh dirinya sendiri bahwa ia dipengaruhi ketiga tokoh besar yang dipandangnya sebagai guru yakni, Karl Marx, Psikoanalisis Freud dan James Hutton dengan Ilmu Geologi-nya. Dimana ketiga-tiganya menurut Levi Strauss memperlihatkan bahwa realitas yang spontan tampak dan hal itu harus dipahami secara lebih dalam. Maka dengan itu Levi Strauss sendiri terpanggil melakukan serupa dalam bidang antropologi.
Berkaitan dengan antropologi strukturalnya, tentu Levi Strauss bukanlah satu-satunya orang yang memberi pendalaman pada karakter struktural dalam fenomena-fenomena sosial, namun yang melatarbelakangi kebesaran namanya ialah orisinalitasnya karena memberi perhatian yang serius atas perihal itu dan lebih ia berani mengambil keputusan atas konsekuensi dari semua itu.
Keseriusan yang ditunjukkan oleh Levi Strauss dapat dilihat dalam studi tentang kehidupan masyarakat "masyarakat pembohong" dari berbagai belahan dunia. Hal yang disoroti dalam kehidupan masyarakat adalah praktek atau tata cara perkawinan, sistem kekerabatan, hirarki kekuasaan, sumber mata pencaharian, kepercayaan serta mitos-mitos yang melekat dalam kehidupan masyarakat. Nah dari studi dan analisis yang mendetail inilah yang kemudian membuktikan perluasan cakupan analisis struktural dari sebelumnya dikemukakan oleh de Saussure dalam bidang linguistik.
Sejauh yang tertulis dalam percakapan terkait diri Levi Strauss memang begitu konsisten dengan analisisnya, kemudian dengan itu, secara kenyataan struktur yang melandasi kehidupan masyarakat sesungguhnya adalah hukum-hukum baku yang dipatuhi dengan tidak sadar sejalan dengan kesepakatan-kesepakatan (konvensi) yang mendasari bahasa.
Maka dengan itu, Levi Strauss tidak ragu untuk menyimpulkan dalam bukunya yang berjudul The Savage of Mind, bahwa psikis manusia merupakan sebagian dari kosmos atau realitas materi yang tidak berfungsi lain, selain mencerminkan kosmos itu sendiri.
Selebihnya dalam bukunya yang berjudul Antropologi Struktural (1958), Levi Strauss menuangkan beberapa inti pemikiran di dalam tubuh antropologi, dimana pertama Levi Strauss mengemukakan hubungan sejarah dengan antropologi yang kemudian melahirkan konsep yang dikenal Dualistis antara Diakronis dan Sinkronis. Kedua, Levi Strauss, membahas terkait bahasa (linguistik) dengan hubungan yang menyediakan kerangka teoritis bagi analisis struktural. Kerangka ini biasanya dilakukan untuk menganalisis organisasi agama, sosial, seni dan kepercayaan lainnya.
Terakhir, sejauh yang dikemukakan oleh beberapa tokoh antropologi setelahnya ialah kekayaan kebudayaan membuat pemikiran strukturalis sangat relevan untuk diapresiasi dan dijadikan referensi untuk mempertimbangkan. Sebab Levi Strauss dinilai telah berhasil menganalisis struktur berbagai masalah budaya yang muncul akibat keagamaan yang dipetakan dengan jelas.
Selebihnya dalam bukunya yang berjudul Antropologi Struktural (1958), Levi Strauss menuangkan beberapa inti pemikiran di dalam tubuh antropologi, dimana pertama Levi Strauss mengemukakan hubungan sejarah dengan antropologi yang kemudian melahirkan konsep yang dikenal Dualistis antara Diakronis dan Sinkronis. Kedua, Levi Strauss, membahas terkait bahasa (linguistik) dengan hubungan yang menyediakan kerangka teoritis bagi analisis struktural. Kerangka ini biasanya dilakukan untuk menganalisis organisasi agama, sosial, seni dan kepercayaan lainnya.
Terakhir, sejauh yang dikemukakan oleh beberapa tokoh antropologi setelahnya ialah kekayaan kebudayaan membuat pemikiran strukturalis sangat relevan untuk diapresiasi dan dijadikan referensi untuk mempertimbangkan. Sebab Levi Strauss dinilai telah berhasil menganalisis struktur berbagai masalah budaya yang muncul akibat keagamaan yang dipetakan dengan jelas.