Perbedaan Karakteristik Ilmu Politik Klasik dan Ilmu Politik Kontemporer
Perbedaan Karakteristik Ilmu Politik Klasik dan Ilmu Politik Kontemporer - Ilmu politik seyogyanya seperti ilmu pengetahuan lainnya yang bersifat dinamis secara langsung "sadar" maupun tidak langsung. Maka tidak heran jika kita akan temukan perbedaan-perbedaan secara pemikiran maupun secara praktik dari massa ke massa.
Terakhir, jika ada yang bertanya diantara keduanya manakah yang lebih benar ? maka jawabannya ialah sebagai mahluk rasional yang juga di dasari dengan kecerdasan emosional, seyogyanya kita dapat menilai dan memilah kebenaran dari kedua karakteristik tersebut secara personal. Demikian perbedaan Karakteristik Ilmu Politik Klasik dan Ilmu Politik Kontemporer terima kasih.
Tentu ini memperlihatkan sebuah progres dan tidak memiliki klimaks sehingga tidak dapat di katakan mana yang benar dan salah. Namun dapat diuji dengan rasional melalui pengalaman secara verbal. Dalam hal ini, saya memilih untuk membahas perbedaan (karakteristik) antara ilmu politik klasik dan ilmu politik kontemporer, sebab menurut saya inilah kajian yang menarik untuk di angkat ke permukaan.
Karakteristik politik klasik, seyogyanya di tentukan oleh prinsip-prinsip dan persepsi tentang sesuatu yang dianggap memiliki kedudukan tertinggi dalam ilmu politik, yaitu apa yang terbaik bagi masyarakat dan cara terbaik untuk mencapai tujuan masyarakat tersebut.
Berbeda halnya dengan ilmu pokitik kontemporer, dalam ilmu politik klasik memiliki pandangan bahwa fakta dan nilai sebagai entitas utama yang berkaitan dengan erat. Kedua landasan tersebut todak dapat dipisahkan secara praktek maupun pemikiran karena fakta ditentukan oleh nilai. Dalam esensi ilmu politik klasik semua pengetahuan adalah empirik, baik mengenai politik dan bukan politik, serta didasarkan pada premis nilai yang tidak dinyatakan secara eksplitit. Dan di setiap teori politik juga didasarkan pada asumsi mengenai hakikat manusia, masyarakat dan negara.
Terlebih, ilmu politik klasik menilai bahwa karena perbedaan fakta dan nilai yang dipahami oleh ilmu politik kontemporer telah menurunkan posisi ilmu politik menjadi sekedar variabel dependen "tergantung". Sebab ilmu politik klasik memandang kemampuan politik manusia rasional sebagai arsitek kajian variabel independen yang paling penting. Sehingga karena itu ilmu politik klasik memperlakukan masalah-masalah politik sebagai hal yang memiliki otonomi.
Tidak seperti ilmu politik kontemporer yang memandang Common Sense sebagai ketidakilmiahan, sebab ilmu politik klasik sebaliknya kajiannya berangkat dari pengetahuan akal sehat hingga akhirnya memghadirkan pengetahuan yang ilmiah. Maka ilmu politik klasik menegaskan bahwa pentingnya membedahkan hal-hal politik dan bukan perihal politik, dan ilmu politik klasik memandang hal yang politik tidak dapat dikaji secara empirik melainkan harus secara dealiktis.
Dalam ilmu politik kontemporer menilai pengetahuan dan pernyataan normatif tidak dapat dibuktikan benar atau salah. Namun disisi ilmu politik klasik mengatakan bahwa pernyataan normatif semisalnya 'Negara yang baik' dapat dibukrikan secara dealiktis dalam bentuk verbal bukan dengan bentuk tindakan dan dalam ranah profesi , secara praktik ilmu politik kontemporer, ilmuwan politik bertindak sebagai pengamat politik.
Karakteristik politik klasik, seyogyanya di tentukan oleh prinsip-prinsip dan persepsi tentang sesuatu yang dianggap memiliki kedudukan tertinggi dalam ilmu politik, yaitu apa yang terbaik bagi masyarakat dan cara terbaik untuk mencapai tujuan masyarakat tersebut.
Berbeda halnya dengan ilmu pokitik kontemporer, dalam ilmu politik klasik memiliki pandangan bahwa fakta dan nilai sebagai entitas utama yang berkaitan dengan erat. Kedua landasan tersebut todak dapat dipisahkan secara praktek maupun pemikiran karena fakta ditentukan oleh nilai. Dalam esensi ilmu politik klasik semua pengetahuan adalah empirik, baik mengenai politik dan bukan politik, serta didasarkan pada premis nilai yang tidak dinyatakan secara eksplitit. Dan di setiap teori politik juga didasarkan pada asumsi mengenai hakikat manusia, masyarakat dan negara.
Terlebih, ilmu politik klasik menilai bahwa karena perbedaan fakta dan nilai yang dipahami oleh ilmu politik kontemporer telah menurunkan posisi ilmu politik menjadi sekedar variabel dependen "tergantung". Sebab ilmu politik klasik memandang kemampuan politik manusia rasional sebagai arsitek kajian variabel independen yang paling penting. Sehingga karena itu ilmu politik klasik memperlakukan masalah-masalah politik sebagai hal yang memiliki otonomi.
Tidak seperti ilmu politik kontemporer yang memandang Common Sense sebagai ketidakilmiahan, sebab ilmu politik klasik sebaliknya kajiannya berangkat dari pengetahuan akal sehat hingga akhirnya memghadirkan pengetahuan yang ilmiah. Maka ilmu politik klasik menegaskan bahwa pentingnya membedahkan hal-hal politik dan bukan perihal politik, dan ilmu politik klasik memandang hal yang politik tidak dapat dikaji secara empirik melainkan harus secara dealiktis.
Dalam ilmu politik kontemporer menilai pengetahuan dan pernyataan normatif tidak dapat dibuktikan benar atau salah. Namun disisi ilmu politik klasik mengatakan bahwa pernyataan normatif semisalnya 'Negara yang baik' dapat dibukrikan secara dealiktis dalam bentuk verbal bukan dengan bentuk tindakan dan dalam ranah profesi , secara praktik ilmu politik kontemporer, ilmuwan politik bertindak sebagai pengamat politik.
Namun didalam ilmu politik klasik, ilmuwan polotik dianjurkan dan seyogyanya menyelami realitas politik sehingga mengalami langsung proses perpolitikan untuk memahami dan memghadirkan refleksi atas realitas politik. Atau dengan kata lain membuat kontemplasi dari pengalaman hidupnya.
Terdapat pergulatan antara kedua karakteristik ini dengan masing-masing menilai. seperti, ilmu politik kontemporer mengkritisi ilmu politik klasik yang terlalu memperhatikan pertanyan Yang Seharusnya (The Ought). Dan ilmu politik klasik menilai ilmu politik kontemporer tidak mengubah pertanyaan fundamental walaupun mereka telah menambah bukti dan argumen-aegumen untuk menjawab pertanyaan.
Terdapat pergulatan antara kedua karakteristik ini dengan masing-masing menilai. seperti, ilmu politik kontemporer mengkritisi ilmu politik klasik yang terlalu memperhatikan pertanyan Yang Seharusnya (The Ought). Dan ilmu politik klasik menilai ilmu politik kontemporer tidak mengubah pertanyaan fundamental walaupun mereka telah menambah bukti dan argumen-aegumen untuk menjawab pertanyaan.
Terakhir, jika ada yang bertanya diantara keduanya manakah yang lebih benar ? maka jawabannya ialah sebagai mahluk rasional yang juga di dasari dengan kecerdasan emosional, seyogyanya kita dapat menilai dan memilah kebenaran dari kedua karakteristik tersebut secara personal. Demikian perbedaan Karakteristik Ilmu Politik Klasik dan Ilmu Politik Kontemporer terima kasih.