Metodologi Mulla Sadra untuk Memperoleh Pengetahuan
Dalam kalangan pelajar Sejarah Filsafat Islam, tentu pernah menemukan atau pernah membaca biografi dari seorang Filsuf dan Teolog asal Persia (Orang) yang bernama Mulla Sadra, lahir pada tahun 980 H atau 1572 M, yang meninggal pada tahun 1050 H atau 1640 M.
Sebagai seorang Filsuf yang dianggap membawa susunan dan keserasian Islam secara lengkap ke dalam pembahasan-pembahasan mengenai Filsafat, dengan cara menyusunnya ke dalam persoalan matematika dan dalam waktu yang bersamaan berhasil memadukan persoalan ilmu makrifat dan ilmu filsafat dengan menggunakan metode grand sintesis filsafat yang baru untuk memecahkan persoalan-persoalan filsafat yang belum dapat diselesaikan oleh kaum peripatetik.
Sebagai seorang Filsuf yang dianggap membawa susunan dan keserasian Islam secara lengkap ke dalam pembahasan-pembahasan mengenai Filsafat, dengan cara menyusunnya ke dalam persoalan matematika dan dalam waktu yang bersamaan berhasil memadukan persoalan ilmu makrifat dan ilmu filsafat dengan menggunakan metode grand sintesis filsafat yang baru untuk memecahkan persoalan-persoalan filsafat yang belum dapat diselesaikan oleh kaum peripatetik.
Sebuah sistem filsafat yang dikembangkan oleh Aristoteles beserta para pengikutnya. Sebab di saat itu pendapat-pendapat dari sistem ini lebih berpengaruh di dalam pemikiran Islam.
Terlebih berkaitan dengan pemikiran Mulla Sadra mengenai epistemologi, Mulla Sadra mengemukakan Pandangannya di dalam dunia keilmuan dengan membaginya menjadi dua bentuk atau macam, yakni Husuli dan Hudhuri. Bentuk pertama, Ilmu yang diperoleh dari belajar dan latihan (Husuli) dan kedua, ilmu yang diperoleh melalui pemberian langsung dari Tuhan (Hudhuri).
Ilmu Husuli yang dimaksudkan adalah ilmu yang keberadaan datanya diperlihatkan dalam gambaran tentang objek pada diri subjek yang terjadi karena interaksi antara subjek dan objek yang sama-sama berdiri sendiri.
Dan yang dimaksudkan ilmu Hudhuri ialah ilmu yang sumbernya berasal dari Tuhan tanpa perantara, dimana dalam hal in objek muncul secara eksistensial dalam diri subjek. Terlebih keduanya tidak terpisahkan dan validitasnya tidak terbatas dalam dualisme benar dan salah.
Dan menurut Sadra untuk memahami dan mencapai pengetahuan itu dapat diperoleh dengan tiga cara sebagai berikut. Pertama ialah pengetahuan yang berawal dari pengalaman rohani kemudian dicarikan sokongan rasio, kemudian diselaraskan dengan syariat. Cara kedua ialah dari pemikiran rasional kemudian dihayati dengan pengalaman rohani, setelah itu dicarikan dukungan atas syariat. Ketiga ialah berangkat dari ajaran syariat yang dirasionalkan dan kemudian dipertajam penghayatan rohani.
Diketahui Sadra hidup dan menemukan perjalanan menuju kemampuannya dan menemukan kesuksesannya dengan menerbitkan berbagai karya-karyanya di masa dinasti Safawi yang dipimpin oleh seorang Syah Abbas I.
Terlebih berkaitan dengan pemikiran Mulla Sadra mengenai epistemologi, Mulla Sadra mengemukakan Pandangannya di dalam dunia keilmuan dengan membaginya menjadi dua bentuk atau macam, yakni Husuli dan Hudhuri. Bentuk pertama, Ilmu yang diperoleh dari belajar dan latihan (Husuli) dan kedua, ilmu yang diperoleh melalui pemberian langsung dari Tuhan (Hudhuri).
Ilmu Husuli yang dimaksudkan adalah ilmu yang keberadaan datanya diperlihatkan dalam gambaran tentang objek pada diri subjek yang terjadi karena interaksi antara subjek dan objek yang sama-sama berdiri sendiri.
Dan yang dimaksudkan ilmu Hudhuri ialah ilmu yang sumbernya berasal dari Tuhan tanpa perantara, dimana dalam hal in objek muncul secara eksistensial dalam diri subjek. Terlebih keduanya tidak terpisahkan dan validitasnya tidak terbatas dalam dualisme benar dan salah.
Dan menurut Sadra untuk memahami dan mencapai pengetahuan itu dapat diperoleh dengan tiga cara sebagai berikut. Pertama ialah pengetahuan yang berawal dari pengalaman rohani kemudian dicarikan sokongan rasio, kemudian diselaraskan dengan syariat. Cara kedua ialah dari pemikiran rasional kemudian dihayati dengan pengalaman rohani, setelah itu dicarikan dukungan atas syariat. Ketiga ialah berangkat dari ajaran syariat yang dirasionalkan dan kemudian dipertajam penghayatan rohani.
Diketahui Sadra hidup dan menemukan perjalanan menuju kemampuannya dan menemukan kesuksesannya dengan menerbitkan berbagai karya-karyanya di masa dinasti Safawi yang dipimpin oleh seorang Syah Abbas I.
Diantaranya ialah, pertama, Kitab Al-Mabda Wa Al-ma'ad, sebuah karya yang menjelaskan tentang masalah-masalah metafisika, Kosmologi dan Eksatologi.
kedua, Kitab Al-Mafatih al-Ghaib yang merupakan karyanya yang berisikan doktrin-doktrin Irfani dan keterkaitannya dengan metafisika, Kosmologi dan Eksatologi, yang rujukan utamanya Al-Qur'an dan Hadist.
ketiga, Kitab Al-Masya'ir yang khusus membicarakan gambaran dari pandangan ontologis dari kumpulan dasar filsafat Mulla Sadra yang fundamental. Terakhir, terdapat tiga guru yang melatarbelakangi lahirnya pemikiran falsafah Mulla Sadra yakni, Mir Damad dan Syekh Baha'i, serta Fendiriski yang tak lain adalah seorang pelopor Mazhab Pemikiran Asfahan yang terkenal di Iran kala itu.